Ilusi

84 15 3
                                    

"Emm.." Leguhnya sembari mengerjapkan mata. Mencoba membiasakan mata dengan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya.

Dilihat olehnya sebuah cahaya remang-reman dari sebuah lampu yang sudah berlumut. Minim cahaya, itu yang dilihat Ryu sekarang.

"Dimana ini.." Mata Ryu tak berhenti mengamati lokasi barunya.

Sebuah terowongan yang sudah lama tak digunakan. Terlihat dari banyaknya lumut dan berbagai jenis tumbuhan liar yang menempati tempat ini. Kaki nya tak bisa digerakan, seperti terjerat sesuatu. Ryu menemukan secarik kertas tentang penutupan terowongan ini, sebuah koran dengan berita:

Penutupan Terowongan

     Telah terjadi sebuah pembunuhan berantai, banyaknya 3 korban mati tragis dengan tubuh membiru, bibir merah disertai remuknya beberapa tulang didalam tubuh. Satu mayat ditemukan dengan kondisi organ dalam yang hilang (diambil).

      Polisi bersama pihak terkait hingga sekarang tak menemukan sisi terang. Pemerintah memutuskan untuk tak mematikan sumber cahaya sebagai penghormatan untuk para korban.

"Tempat ini..?" Ryu mencoba berdiri, tapi gagal. Kakinya seperti diikat oleh sesuatu.

Ada yang tak beres.. Batin Ryu. Ryu mencoba untuk tetap tenang.

Seorang Pria muncul dengan membawa sebuah mayat laki-laki. Itu remaja yang ia lihat saat dihutan bersama Rikako. Wajahnya rusak, tak bisa dilihat.

"Eh? Wah, aku menemukan anggota Kuryu." Dia terkekeh, "Imut ya?"

Ryu melihat karah lawan bicara sebelum akhirnya melihat kearah mayat itu, mukanya blur. Ryu mencoba untuk berdiri, tapi gagal, "Siapa--

"Kenapa kau harus tau?"

...benar, tapi aku perlu tau. Wajah itu.. tak asing.., Ryu mencoba mengingat-ngingat dimana dia lihat kedua wajah itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Lawan bicara mendekati Ryu.

"Menjauh.." Ryu mencoba untuk pergi tapi sesuatu mencoba untuk membuat Ryu diam ditempat. Tak ada sesuatu.

"Tak bisa berdiri, eh?" Dia mulai mendekati Ryu dengan belati tajam di tangannya. Dia tertawa.

Ryu melihat kebawah. Dia terkejut, sebelumnya tak ada rantai yang mengikat kaki dan tangannya.

Lawan bicara maju, menyobek bagian bahu baju Ryu. Ryu diam, bukan tak bisa atau takut melawan tapi dia tak bisa bergerak, Rantai itu tumbuh. lawan bicara mengoreskan sesuatu di bahu Ryu. Berdarah.. tapi Ryu tak merasakan apapun.

"Sempurna." Lawan bicara pergi ke dekat bangunan terowongan. Mengambil mayat yang dia bawa tadi lalu melambaikan tangan kearah Ryu.

"Adios manis~."

Terdengar suara kereta.

Ryu melihat kebawah lagi, sekarang rantainya terkait pada rel kereta api. Suara kereta api itu terdengar lebih kencang.. semakin kencang.

***

Dia bangun dan langsung duduk sambil memegangi kepalanya.

"K-Kepalaku..." Ryu melihat sekeliling dan melihat dia terbaring di kasur di tempat tidurnya, "Itu... hanya mimpi.."

Tubuh Ryu berkeringat, "Mimpi itu.. seperti nyata, tapi aneh."

"Itu mimpi itu sebabnya itu aneh." Ryu menoleh ke sumber suara. Dia bersiap-siap mengambil pisau kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Kenapa? Kau seperti melihat hantu. Aku Ryoga, kau lupa? Jahat sekali!" Ryoga, anak laki-laki yang usia nya satu tahun diatas Ryu. Dia yang menjadi teman bercerita Ryu beberapa minggu terakhir ini.

"Aku kira kau siapa.. kenapa ada dikamar ku malam-malam seperti ini?" Ryoga mengabaikan pertanyaan Ryu. Ryu menghela nafas kesal. Dia berjalan ke mejanya lalu mengambil air minum lalu meminumnya. Sejenak menenangkan dirinya karena mimpi yang baru ia alami.

Suara pintu diketuk.

Ryushin Kuze masuk, "Ada apa Ryu?" Tanyanya.

"Bukan apa-apa, Ryoga masuk tiba-tiba lagi." Ryu memandang keluar jendela. Ryoga pergi secara tiba-tiba. Ryu pikir wajar saja, karena jendela kamarnya terbuka.

"Jangan berteman dengannya, dia tak pantas menjadi teman mu. Jika dia mengajak mu pergi maka jangan mau.. ini perintah-

"Aku mengerti, aku tak akan membantah." Ryu memutuskan untuk menuruti perkataan ayahnya. Ryu menceritakan mimpinya, Ryushin menyuruh Ryu untuk tidur lagi dan melupakan mimpi yang ia ceritakan tadi.

"Oh.. jangan berteman dengannya, jauhi dia. Mengerti?" Ryu terdiam kemudian menganguk. Dia tak akan membantah keinginan ayahnya, Ryushin Kuze. Apapun itu.

THE PAST; HIGH & LOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang