3. Trauma dan Alasan.

21 3 12
                                    

Ryoga sedaritadi menyadari iris hitam milik Xeyshi mengikutinya sepanjang saat. Dia memutuskan bertanya, "O-oi.. ada apa?"

Hideki minamoto terseyum. "Tampaknya Xeyshi menyukai mu!"

"Hah? Kenapa aku harus menyukai Ryoga sementara ada yang lebih baik?" Xeyshi memperbaiki postur tubuhnya, memandang jahil kearah Agito Zenshin.

Sementara yang ditatap-Agito Zenshin hanya mengukir senyum tipis. Dia paham sudut pandang dan mindset milik Xeyshi.. sebuah sudut pandang yang dia miliki tepat sesudah hidupnya tercemar oleh toxic yang disebut kekuasaan.

Ogarai Katsunari terkekeh, "Dari mana saja kau Ryoga? Sepertinya kau sudah bisa keluar dari penjara ini dengan alasan melakukan pekerjaan, walaupun penjara ini telah hancur... aku terbawa bersamanya."

"Kita sudah tersesat begitu jauh.. aku hanya menghilangkan sedikit dampaknya dengan pergi dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya aku lelah dengan semua taktik kekuasaan mewah milik ayahku.. hanya saja, dia sudah di tangkap kan? Jadi sekarang semuannya terserah padaku." Ryoga Ueno tau bahwa dirinya sulit menemukan jalan pulang, mungkin.. raga mereka sudah dirantai oleh kasih sayang yang diam-diam menghancurkan jiwa mereka.

Akemi menaikkan sebelah alisnya, "Kau masih memiliki trauma aneh itu?"

"Eh? Sudah.. tidak terlalu," ucap Ryoga sembari tangannya menyentuh belakang lehernya.

Agito berjalan pergi.

"Mau kemana?" Akemi bertanya.

Agito menjawab tanpa menghentikan langkahnya, "Aku masih ada urusan.."

Angin berhembus.

"Kalau begitu sampai nanti, aku dan Xiomara harus pergi." Ryu menarik tangan Xeyshi, melupakan jika kaki gadis itu terluka.

Mereka pergi tanpa persetujuan siapapun.

***

"Hei Ryu.. kaki ku sakit tau!" Ryu melemparkan kotak obat yang ada di mobilnya pada Xeyshi.

Mereka hendak pergi ke Fuck Jungle, club yang didirikan oleh Mighty Warriors. Mereka pergi bertiga.. Ryu, Xeyshi dan ketenangan.

"Kenapa kau terus menatap Ryoga?" Ryu bertanya, walaupun jalan raya tetap menjadi prioritas mata nya kala dia sedang menyetir.

"Tidak.. oh, tentang trauma Ryoga.. apa trauma nya?"

Ryu menaikkan sebelah alisnya, heran. "Trauma? Terkadang dia takut melihat bayangannya sendiri, seperti takut melihat cermin atau terkadang dia diam terus-menerus didepan cermin."

Xeyshi mengangguk, "Well.. itu tidak aneh sih, sikap seperti itu membuatnya hampir tergeser dari tahta keluarga Ueno, ya?"

"Itu tak akan terjadi, Ryoga Ueno adalah anak tunggal. Kelainan mentalnya sedikit menghambat ambisi nya untuk menjadi pewaris, tapi tidak akan mempengaruhi banyak hal." Ryu pikir itu aneh, Ryoga sering kali punya masalah dengan bayangan dirinya sendiri.

"By the way.. apa Ryoga sebelumnya memiliki kakak? Atau apapun itu yang namanya sodara kandung?"

Ryu mengingat-ngingat kembali, "Dia punya kakak laki-laki.. tapi kakaknya sudah mati."

"Kenapa dan bagaimana sikap kakaknya?"

Ryu mengerjap, merasakan aneh pada pertanyaan Xeyshi walaupun tetap menjawabnya, "Seseorang memasukkan bunga lily the valley pada minumannya lalu membuang tubuhnya pada sebuah trowongan kereta api. Saat itu aku berusia tiga tahun dan istri Ueno sedang mengandung Ryoga, miris kan? Padahal kakak Ryoga itu benar-benar cocok dijadikan pewaris muda dengan sikap dan kelakuannya, saat itu umurnya empat belas tahun. Mereka menamai anak itu sama seperti kakaknya, Ryoga."

Xeyshi menyenderkan punggungnya pada kursi mobil. "Kalau begitu Ryoga tidak memiliki gangguan mental."

"Huh?" Tatapan mata Ryu menajam.

"Dia tak pernah sendiri, sesuatu selalu menjadi beban tambahannya...sama seperti ku."

Mata Ryu membulat, "Apa.. apa maksudmu?"

"Xeyshi itu kembaranku.. dan ya, aku Xiomara. Aku memakai nama itu karena memang ingin mengenangnya, dia yang sudah mati karena ibu tiri ku dan Ranmaru."

"Ranmaru?"

"He's my older brother.. kau pikir kenapa dia tidak bersikap buruk padaku? Xeyshi mati tragis.. dia didorong dari tangga, dimasukan pada penggiling daging untuk menghilangkan bukti.. apa yang Ranmaru dan Aku lakukan? Tidak ada dan tidak bisa, we are taught to be antagonists from childhood. We were used to seeing blood, no matter whose blood it was, kami menyayangi Xeyshi. Kejadian itu membuat Ranmaru membenci wanita, dan aku? Itu membuat rasa takutku tentang menyakiti seseorang hilang." ucap Xeyshi menceritakan apa yang terjadi di masa lalu. Tanpa beban dia membuka kembali kenangan pahitnya.

Ryu terdiam. Dia tak tau harus merespons bagaimana, disatu sisi, dia ingin menepi- mematikan mesin mobilnya. Memeluk Xeyshi dan mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Tapi disisi yang lainnya, laki-laki jangkung ini tau jika dia melakukan hanya akan menggores harga diri Xeyshi.

Gadis itu baik-baik saja, dia tidak lemah, luka mengangga yang sudah lama terbuat itu dengan mudah akan menutup. Terjahit dan tertimbun oleh luka baru. Terlupakan oleh setiap luka yang datang.

"Batas ku menyakiti seseorang adalah cara yang wanita jalang itu lakukan pada kembaranku."

×××

Haloo! Eh? Kalian sadar ga? Di bab yang judul nya "Ilusi" itu sebenernya yang datang ke kamar Ryu itu kakak nya Ryoga yang udah mati?

Nama dia sama kakaknya sama! Kata Ueno sih.. buat ngenang anak kebanggaannya!

Sebenarnya di bab "ilusi" tuh bukan mimpi Ryu, tapi emang ilusi yang dibuat kakaknya Ryoga buat ngasih tau kalau dia bakal kembali. Sebuah ambisi terhadap tahta Kuryu telah mengikat sebuah arwah gentayangan.

Nama asli Xeyshi itu Xiomara, dia pakai nama itu buat mengenang kembarannya yang mati tragis. Coba baca bab "pertengkaran kecil" sebenernya itu udah jelas kalau Ranmaru itu sayang sama Xiomara.

Oh iya! Bunga lily of the valley sangat beracun. Bunga, daun, dan batangnya tidak boleh dimakan. Tanaman bunga ini mengandung glikosida jantung, yang bekerja langsung pada jantung dan menyebabkan muntah, ilusi, kabur, detak jantung lambat dan bisa berakibat fatal dalam beberapa kasus.

Bunga indah dengan efek mematikan.

Adios! Kalau ada pertanyaan komen aja.

THE PAST; HIGH & LOWWhere stories live. Discover now