prolog

290 22 2
                                    

Sembilan keluarga tengah berkumpul diruangan untuk membicarakan suatu hal.

"Apa apaan ini?" Rikako Kuze menemukan suatu kejanggalan. Seseorang mulai membocorkan sedikit demi sedikit kejahatan organisasi ini. Emosi setiap orang disini melesat pesat. Aura mencekam, kemarahan, dan kegagalan.

Ryu Tatsuhito menatap Rikako yang perannya disini bukan hanya atasan, tapi ibunya. Ketegasan Rikako menjadi sedikit pudar karena adanya Ryu.

Rapat yang harusnya mereka laksanakan sekitar 4 minggu dari sekarang malah berubah. Tak lebih dari 1 hari sudah ada masalah baru. Bukan masalah dari S.W.O.R.D, tapi dari pesaing lain.

"Rencana kita hancur sebagian. Ini lebih cepat dari yang aku kira." Ryuichiro Katsunari memperjelas keadaan.

Yang lain diam. Mereka tau posisi mereka sama sekali tidak menguntungkan. Masalah ini bukan masalah sepele lagi.

"Anak-anak ingusan itu." Yoshitatsu Zenshin mengingat S.W.O.R.D dengan kesal. Terutama anak dari Sannoh. Cobra, dia pasti menjadi salah satu orang yang merencanakan semua ini.

Atmosfer terasa sangat berat. Keadaan ini serius, jika terlambat mereka tak bisa menutupi semuannya dari publik lagi. Beberapa berita tentang bisnis kotor mereka mulai disiarkan di media. Ini buruk, sangat buruk..

"Semua yang disiarkan masih tuduhan, bukan bukti. Kita masih punya kesempatan." Tatsuo fujimori berusaha untuk tenang ketika semuanya sedang dalam kondisi marah. Walaupun sebenarnya dia juga marah.

Ryukai Minamoto mengeram kesal. Menoleh pada Fujimori, "Memangnya apa yang selama ini kalian lakukan? Apakah kalian benar-benar membersihkan semua bukti?"

Fujimori menatap Minamoto kesal. Dia selalu menghapus semua jejak bukti dengan teliti. Tak mungkin ada celah bagi siapapun untuk mengetahuinya.

"Seharusnya kita menghancurkan Mumei gai lebih cepat, agar sebagian bukti bisa--

TSAT! Sebuah kartu yang dilemparkan entah darimana menancap ke tengah-tengah dinding. Tepat dimana logo Kuryu tertera disana.

Argumen berhenti sejenak, ruangan lengang. Kemarahan bercampur bingung memenuhi setiap benak disana.

Ryu berdiri. Berjalan mengambil kartu. Tangannya mencabut kartu yang menancap. Dia memicingkan matanya setelah tau apa isi dari kartu itu. Kartu dengan warna hitam dengan kilatan warna biru. Dilihatnya sebuah tulisan dengan tinta merah yang masih berbau amis. Darah, tulisan di kartu itu dibuat dari darah seseorang yang masih segar.

"Apa itu?" Kurosaki menoleh, mewaliki pertanyaan setiap orang. Zenshin menghampiri Ryu. Ryu menyerahkan kartu itu.

Tertulis.

Kita masih punya bisnis yang belum selesai, jangan abaikan kami sialan! Itu terlihat seperti kalian merendahkan kami!

Pertanda: K


Raut wajah Zenshin yang semulanya kesal berubah menjadi marah. Dia melemparkan kartu itu ketengah-tengah lokasi mereka beragumen.

Ryuhei Ueno membaca kartu itu. Ada kilatan amarah di matanya, "Celaka, tampaknya perang saudara akan terjadi ya?"

Ryu menoleh heran tapi tetap dengan ekspresi datarnya. Ryu bukan heran karena isi kartu itu, melainkann; dari mana kartu ini berasal? Monolognya dalam batin. Dia melihat sekitarnya mencari letak celah dimana sekiranya kartu itu datang.

"Kamizono..." Kurosaki terkekeh miris, "Dirimu menjalin kontrak dengan mereka hanya untuk uang?"

Ueno menatap Kurosaki, "Huh? Orang itu.. uangnya sekarang sama sekali tak berguna."

Tatsuomi Kamizono berbicara, "Jika kau tak tau apa masalahnya maka diam."

"Jadi biang masalahnya adalah dirimu? Karenamu pihak luar ada yang mengetahui hal ini." Tatsumi Iemura memandang Kamizono dengan tatapan kesal.

Kamizono semakin kesal karena Iemura. Dia hendak berbicara namun Kurosaki menyelanya, "Urus masalah mu sendiri." Ucap Kurosaki.

"Bereskan semuannya, aku tak mau ada masalah lain selain S.W.O.R.D itu. Ryu.. kau ikut aku." Rikako berdiri. Mengajak Ryu pergi meninggalkan semua perdebatan yang ada disana.

THE PAST; HIGH & LOWWhere stories live. Discover now