Bab: 11

80 20 1
                                    

Pernah dituduh merebut kekasih orang. Begini mbak, tidak semua wanita terpikat dengan sifat heroik kekasihmu. Jadi gunakan waktu untuk menebak simpanannya dengan tepat. Ingat! Jangan melesat lagi.

***

"Mama kenapa gak bilang sih ngajak Tante Ambar sama Eyang." Sungut Kiana saat mereka duduk di ruang keluarga.

"Mereka diundang sama Leya."

"Mama bilang di grup katanya Mama sendirian. Kia sampai pending jadwal nulis hari ini loh."

"Kalau Mama gak bilang gitu, kamu pasti gak bakal dateng. Memangnya kamu gak kangen sama keluarga? Mama liat kamu terlalu fokus ngejar mimpi kamu." Balas sang Mama.

"Bukan gitu, Ma."

Papanya kini berdehem. "Udah sampai mana progres menulis kamu? Ada buku yang mau terbit lagi tahun ini?"

"Belum, Pa. Kia lagi fokus jadi penulis bayaran."

Dahi sang Papa mengernyit heran. "Bukannya penulis memang dibayar ya?"

"Gak semua karya penulis dibayar, Pa. Tergantung dimana mereka memublikasikan naskahnya. Yang lagi Kia jalanin sekarang, nulis cerita yang ide dan alurnya udah ditentuin sama klien, jadi Kia cukup ngembangin ceritanya sampai selesai."

"Kayanya dari dulu cuma kamu yang kukuh sama mimpi kamu. Gak kayak Mia dan Mahen." Ujar sang Mama.

Kakaknya, Mia dulu bercita-cita ingin menjadi guru, tapi dia malah kuliah di bidang kesehatan, dan saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan. Sementara adiknya, Mahen, dulu bercita-cita ingin menjadi polisi, tapi ujung-ujungnya dia kuliah di bidang administrasi.

"Gak mudah buat Kia untuk bertahan perjuangin mimpi Kia sampai detik ini, Ma." Balas Kiana.

Sang Mama mengusap bahunya pelan.

"Mia akan menikah akhir tahun depan." Ujar sang Mama.

Kiana terkejut. Tentu saja! Meski keduanya tak terlalu akrab, Kiana merasa tak dianggap. Bisa-bisanya sang Kakak tak mengabarinya hal penting ini. Ya meskipun waktunya masih lama.

"Kak Mia gak pernah cerita sama Kia kalau dia mau nikah."

"Mungkin Mia mikir kamu lagi sibuk. Makanya dia nunggu momment yang tepat. Lagipula kamu jarang ke rumah." Balas sang Mama.

"Papa punya kenalan, tadinya mau dikenalkan ke Mia, tapi dia sudah punya calon. Papa bilang, Papa punya satu anak gadis yang masih lajang. Kalau kamu mau, Papa kenalkan sama orangnya." Ujar sang Papa blak-blakan.

Kiana bungkam. Ia kaget.

"Gak ada salahnya dicoba. Lagipula kamu gak ada yang ditunggu kan? Maksud Mama, Mia milih nikah di akhir tahun depan karena dia mau menyelesaikan kontrak kerjanya juga sebelum berakhir jadi ibu rumah tangga." Timpal sang Mama.

Jujur, Kiana shock.

"Mama sama Papa cuma mau lihat kalian bahagia." Ujar Mamanya lagi.

"Aku belum kepikiran untuk punya pasangan!" Batin Kiana. Namun ia urung mengatakannya.

"Papa gak perlu nyoba kenalin Kia ke orang lain. Kia bisa nyari pasangan sendiri. Kia udah punya pasangan." Jawab Kiana mantap.

"Oh ya? Siapa orangnya?" Tanya sang Mama.

"Belum waktunya Kia kenalin dia ke keluarga."

"Mau menunggu sampai kapan? Kalau bisa disegerakan, kan lebih baik." Ujar sang Papa.

"Menikah gak harus terburu-buru kan? Kia gak mau kayak Mama sama Papa. Menikah karena tergesa, tanpa saling kenal satu sama lain. Ujung-ujungnya menyesal, dan berkali-kali mikirin pisah!" Batin Kiana, lagi.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Where stories live. Discover now