Bab: 4

95 21 3
                                    

Aku tetap menulis tentangmu, meski kau minta perempuan lain yang jadi pemeran utamanya.

***

Pukul tujuh malam, sesuai janji, Aksa menjemput Kiana di kosan. Tadinya Kiana meminta agar pergi sendiri-sendiri saja. Namun Aksa menolak dengan alasan takut kemalaman.

Malam ini Kiana berdandan seadanya. Ia tak ingin terlihat berbeda, sebab takut jika lelaki itu sadar bahwa Kiana masih ingin mencuri perhatiannya. Meski pernyataan itu tak sepenuhnya salah.

Dengan motor sportnya, Aksa yang saat itu mengenakan baju warna hitam tampak keliatan maco. Begitu melihat Kiana melangkah mendekatinya, Aksa dengan gerak cepat membuka pijakan motor di sisi kanan kiri.

Perhatian kecil itu tentu menambah nilai plus bagi Kiana. Selanjutnya, ia naik dan duduk di belakang Aksa.

"Udah?" Tanya Aksa memastikan bahwa Kiana sudah siap.

"Udah, Kak." Jawab Kiana.

Aksa lantas melajukan mesin motor dan mengendarainya dengan kecepatan sedang.

Tak ada percakapan selama di motor. Jujur, ini kali pertama Kiana dibonceng oleh seorang Aksa.

Beberapa menit kemudian, keduanya lantas tiba di sebuah kafe. Tempat itu kebetulan berdekatan dengan sebuah wahana permainan. Awalnya Aksa memberikan pilihan, ingin langsung makan atau singgah main sebentar. Kiana memilih opsi kedua.

Sebenarnya Kiana tak begitu suka bermain game. Di wahana Timezone ini paling ia hanya bisa bermain boneka capit, itu saja.

"Mau main apa?" Tanya Aksa yang datang membawa kartu.

Kiana langsung menunjuk capit boneka. Namun sedang ada anak-anak yang memainkannya.

"Mau coba yang lain aja? Atau mau nunggu?" Tanya Aksa.

"Kak Aksa kalau mau main yang lain gapapa kok. Aku nunggu di sana aja." Ujar Kiana.

"Yaudah, kita nunggu di sana aja." Aksa lantas menggenggam tangan Kiana dan membawanya ke mesin capit.

Di sana masih ada sepasang anak kecil yang salah satunya tertawa melihat temannya gagal mendapat boneka.

Melihat kedatangan Aksa dan Kiana, sepasang anak kecil itu menyudahi permainan mereka dan beralih memainkan permainan yang lain.

"Kasian, mereka kayaknya masih pengen main tapi takut." Ujar Kiana.

"Masa sih? Paling juga udah bosan."

Kiana yang kebetulan bersitatap dengan anak perempuan tadi lantas memanggilnya. "Dek, main sama kakak yuk."

Gadis kecil itu melangkah mendekati Kiana, namun anak laki-laki di sebelahnya menarik tangannya.

Kiana melambaikan tangannya, dan menyuruh keduanya untuk mendatanginya. Alhasil, keduanya kembali ke mesin capit.

Ternyata mereka kehabisan koin dan hanya tersisa 1. Sisa koin itu milik si anak laki-laki.

Akhirnya Kiana memberikan jatah bermainnya untuk gadis kecil itu.

Sekali percobaan, namun tetap gagal. Selanjutnya, mereka bergantian memainkannya, dan tidak berhenti sebelum berhasil mendapat boneka.

"Oh iya, Kak Aksa mau ngomong apa?" Di tengah kehebohan sepasang anak kecil itu, Kiana akhirnya bertanya lebih dulu pada Aksa. Sebab sejak tadi mereka terlalu fokus bermain hingga lupa dengan tujuan awal mereka bertemu.

"Kamu-" Omongan Aksa sontak terputus begitu mendengar kedua anak kecil tadi bersorak riang.

"Yeyy! Dapet kuda poni!!!" Ucap gadis perempuan itu. Akhirnya setelah percobaan kesekian, ia berhasil mendapatkan boneka.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Where stories live. Discover now