Bab: 1

304 27 3
                                    

Sudah kuabadikan tentangmu dalam sebuah tulisan. Kataku jangan kembali. Tapi tampaknya semesta tak ingin menyaksikan obsesi ini dibawa sampai mati.

***

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Tak sedikit yang mengatakan bahwa salah satu pencapaian hidup orang dewasa ialah ketika mereka menikah. Tak bisa disangkal, sebab kalimat 'Kapan nikah?' itu pasti akan muncul dari mulut siapa saja. Katanya, mereka hanya sekedar basa-basi, tapi semakin ke sini rasanya terlalu basi.

Seorang gadis di barisan tengah yang memakai seragam sama berderet tiga itu menyeka sudut matanya dengan tisu. Padahal situasi disana terharu gembira, tapi tampaknya hanya ia yang menangis.

Kiana, gadis yang sengaja membawa persediaan beberapa tisu di ransel kecilnya itu menangis karena terharu saat menyaksikan langsung sahabatnya, Balqis menikah.

"Tenang, Ki. Selanjutnya giliran lo, kok." Medina, sahabatnya yang duduk di sisi kiri mengusap bahunya pelan.

Dania, gadis yang duduk di sebelah kanan Kiana. Sedari tadi ia sibuk mengabadikan momment pernikahan sahabatnya lewat ponsel. Kini ia menghentikan kegiatannya dan beralih menatap Kiana heran.

"Gimana mau nyusul kalau pacar aja belum punya." Sindir gadis itu.

"Hust! Gak boleh ngina jomblo yang lagi sedih. Ntar kena karma loh." Bela Medina.

Mereka bertiga terpilih menjadi bridesmaid di pernikahan Balqis. Sebenarnya masih ada dua bridesmaid lainnya, yaitu sahabat Balqis saat masih kuliah. Sedangkan Baskara, pria yang saat ini sudah sah menjadi suami Balqis itu memilih lima groosmen untuk menjadi pendampingnya.

"Sayang banget Balqis nikahnya di tanggal 13. Mestinya kemarin aja, biar cakep tanggalnya 12-12." Ujar Medina. Ngomong-ngomong saat ini memang bulan Desember.

"Tradisi orang kebanyakan kalau acara nikahan emang hari Minggu, Me. Kalau lo mau hari lain, ntar aja pas nikahan lo sama Randi." Sahut Dania.

Kiana kini diapit oleh dua manusia berisik. Setelah membuang remukan tisu bekasnya, ia beralih mengambil ponsel dan menjepret momment kebersamaan pasutri baru itu.

Tak bisa dipungkiri bahwa Kiana terharu sebab sahabat seperjuangannya ketika SMA dulu kini akhirnya menikah. Sudah sah menjadi istri orang. Keinginan Balqis untuk nikah muda kini sudah terwujud.

"Bakalan sepi nih grup chat." Ucap Kiana. Jujur saja di grup chat yang berisi empat anggota itu hanya dua akun saja yang sering mengirimkan pesan di sana. Orang itu adalah Balqis dan Medina. Balqis adalah orang yang sering mengajak nongkrong. Medina dan Dania selalu mengiyakan ajakan Balqis. Sementara Kiana adalah orang yang paling sering menolak segala ajakan.

Tapi Kiana menolak ajakan kumpul bersama bukan tanpa alasan. Masalahnya, ketiga sahabatnya itu kerap membawa pasangan mereka ketika berkumpul. Kiana yang sejak lahir tak punya pasangan tentu merasa tersisihkan. Bayangkan jika ketiga sahabatnya sibuk ngobrol dengan pasangan masing-masing. Lalu bagaimana dengan Kiana? Please! Kiana tidak mau menjadi nyamuk!

Beruntungnya di momment pernikahan Balqis ini, pacar Medina dan Dania sedang berhalangan hadir, jadi Kiana bisa kembali merasakan momment kebersamaan dengan sahabat-sahabatnya setelah sekian lama.

Medina dan Dania kini sibuk bersitatap dan ngobrol lewat kode bibir.

Merasa digunjingkan, Kiana berdehem pelan.

Hal itu membuat Medina dan Dania menghentikan aktivitas mereka. Medina kini bersuara. "Ki, cowok yang pakai baju blue sky daritadi ngeliatin lo mulu tau." Lirikan mata gadis itu tertuju pada rombongan groosmen.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Where stories live. Discover now