BAB 18 || Danau

20 14 3
                                    

"Sorry gue gak bisa nerima lo." ucapan Nara itu membuat seisi cafe terdiam.

Ryo menghembuskan nafas panjang. Dia ditolak. Ryo hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Nggak papa gue ngerti kok." balas Ryo yang mencoba untuk menyembunyikan kesedihannya.

Kecewa? Itu sudah pasti, namun Ryo tak bisa berbuat apapun selain menerima keputusan Nara. Walaupun itu menyakitkan hatinya.

Keheningan sempat terjadi diantara mereka. Tak ada satupun dari Ryo ataupun Nara yang angkat bicara. Mereka diam dengan isi pikiran nya masing-masing.

Ditengah keheningan, Nara meremas ujung bajunya saat perasaan bersalah mulai menghantui nya. Harusnya dia tidak menolak Ryo tadi setelah apa yang Ryo lakukan.

"Lo boleh keluar malam sampai jam berapa?" tanya Ryo yang memecah keheningan diantara mereka.

"Emm.. Jam 10 udah harus dirumah."

Ryo melihat jam dari ponselnya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 yang artinya sebenar lagi sudah jam 22.00.

"Mau pulang sekarang?"

Nara mengecek jam terlebih dahulu di ponselnya sebelum mengangguki tawaran Ryo untuk segera pulang.

Ryo mengambil buket yang tergeletak seperti barang yang tak dianggap itu. Menyodorkan nya ke arah Nara.

"Buat lo, mau lo simpan atau lo buang terserah."

Nara dengan ragu menerima bunga mawar itu. Bunga itu terlihat sangat cantik dan tersusun rapi. Aroma bunga itu juga sangat wangi. Ini adalah alasan mengapa Nara menyukai bunga mawar.

Mata Ryo tak henti-hentinya menatap Nara. Apalagi melihat senyum tipis yang terukir diwajah cantiknya. Itu membuat mata Ryo tak bisa berhenti untuk menatapnya. Ya, walaupun hatinya masih sakit karena habis ditolak sama Nara namun dia masih merasa senang karena masih bisa mendekati nya bukan?

"Ayo" Ryo menggandeng tangan Nara. Menuntun Nara keluar dari cafe sedangkan Nara dia hanya diam dan mengikuti Ryo dari belakang, tanpa protes sedikit pun.

Namun langkah mereka terhenti saat melihat betapa cantiknya pemandangan danau ini dimalam hari. Sejenak mereka menikmati keindahan itu.

"Ken, gue boleh nanya sesuatu?" ucap Ryo yang menoleh untuk melihat Nara.

Nara juga ikut menoleh dan al hasil tatapan mereka saling bertemu untuk beberapa saat sebelumnya akhirnya Nara lah yang memutuskan kontak mata dengan Ryo.

"Hm." balasnya singkat

"Yang gue denger-denger lo belum bisa move on itu benar?"

Nara tak langsung menjawab melainkan dia hanya diam dan menanggapi pertanyaan Ryo dengan anggukan pelan.

"Pantes lo nolak gue."

"Sorry gue nggak mau nyakitin hati cowo lagi."

Ryo yang masih senantiasa menggenggam tangan Nara itu mengusap dengan lembut punggung tangan Nara.

"Kalau gue bantuin lo move on gimana?"

"Ha?"

Ryo menghela nafas pelan sebelum mengulangi apa yang dia katakan tadi.

"Gue mau bantuin lo move on."

Apa? Nara tidak salah dengar kan? Ryo ingin membantunya? Apakah ini mimpi?

"Lo nggak perlu buat ngelakuin sejauh itu."

"Itu perlu, gue bakal ngelakuin apapun untuk orang yang gue cinta."

Oke kali ini Nara di buat terdiam untuk kesekian kalinya oleh Ryo. Cinta? Apakah Ryo sedang bercanda sekarang?

"Ryo, gue bukan cewe yang baik bahkan lo tau kalo gue udah sering nyakitin cowo cuma karena gue nggak bisa move on tapi kenapa lo jatuh cinta sama gue? Apa yang lo cinta dari gue? Gue bukan cewe yang tulus. Masih banyak cewe lain yang lebih pantas buat dapatin cinta lo"

"Kalau gue bisa gue nggak bakal ngelakuin semua ini. Hati gue cuma mau sama lo ken, bukan buat cewe lain"

Nara memalingkan wajahnya kearah lain. Dia bingung harus apa sekarang. Jika dia menerima Ryo, Nara takut nanti akan menyakiti hatinya namun jika Nara menolak itu juga akan tetap menyakiti nya. Ah, sudah lah Nara bingung!

Ryo mengambil kedua tangan Nara dan menggenggam nya dengan erat.

"Gue temenin, kita sembuhin luka lo sama-sama ya."

Apakah ini yang namanya cinta yang tulus? Cinta yang rela terluka hanya untuk bersama orang yang dia cintai? Jika iya maka Nara sudah menemukan cinta yang tulus untuk nya. Namun perasaannya itu tidak bisa dia bohongin. Dia masih mencintai masa lalu nya.

"Gue... Oke gue bakal coba."

Coba? Maksudnya Nara akan mencoba untuk mencintai nya? Apakah ini mimpi? Jika iya tolong jangan bangunan Ryo sekarang, jika bisa dia ingin abadi didalam mimpi nya ini.

"Serius?" tanya Ryo yang masih tidak yakin dengan apa yang Nara katakan tadi.

"Yaudah nggak jadi."

Ryo langsung menghentikan langkah Nara yang hendak pergi.

"Kok gitu sih." ucap Ryo yang sedikit kesal. Apakah Nara sedang mempermainkan perasaan nya?

"Apa lagi?"

"Jawab dulu yang tadi. Lo beneran bakal buka hati lo buat gue?"

"Ck iya, punya kuping nggak lo."

Ryo langsung memeluk Nara dengan sangat erat. Akhirnya perjuangan dia selama 1 bulan tak sia-sia. Nara akhirnya menerima cinta.

"Ryo banyak orang malu."

Ryo yang menyadari itu dengan cepat langsung melepaskan pelukannya.

"Sorry reflek tadi." balas Ryo dengan cengiran tak berdosa nya.

"Yaudah kita pulang sekarang udah mau jam sepuluh nanti kamu dicariin." ucap Ryo yang kembali menggandeng tangan Nara.

"Harus banget pakek aku kamu?" tanya Nara yang merasa sedikit aneh jika harus menggunakan bahasa aku kamu.

"Iya lah, ingat kita udah pacaran."

"Alay nggak sih."

Ryo menghembuskan nafas lelah. Apa nya yang alay? Hanya panggilan aku kamu alay? Kalau nggak karena cinta mungkin Ryo sudah membuat Nara saat ini.

"Terserah lo ken." balas Ryo yang sudah lelah.

Nara tertawa melihat wajah pasrah Ryo. Dia memang sengaja menayangkan hal itu. Karena pasti Ryo akan kesal dengan nya, sungguh membuat Ryo kesal seperti adalah kebiasaan baru Nara mulai saat ini.

"Canda sayang, udah ayo." Nara menarik Ryo untuk menuju parkiran.

Jangan tanyakan kondisi Ryo saat ini. Dia sudah pasti salting karena dipanggil sayang oleh Nara. Oke sepertinya Ryo harus membiasakan diri saat mendengar Nara memanggil namanya dengan sebutan 'sayang'.

I'm not him Where stories live. Discover now