BAB 10 || Main

32 23 3
                                    

Kini Ryo, Devan, Reza dan juga Rlyan sudah berada di rumah Levin sekitar 1 jam yang lalu dan mereka hanya diam didalam kamar nya Levin sambil menonton film bersama, karena mereka tidak tau mau melakukan apa jadi mereka memilih untuk menonton film aja

"Siapa yang makan kuaci yang gue kupas tadi" tanya Reza yang baru saja kembali dari toilet dan melihat kuaci yang dia kupasi satu-persatu tadi tinggal sedikit, siapa yang memakan nya?

"Devan" balas Ryo yang tanpa mengalihkan fokus nya dari layar televisi

Reza mengambil bantal sofa dan melemparkan nya ke muka Devan yang kebetulan Devan sedang berbaring jadi bantal itu tepat mendarat di wajah tampan Devan

Devan langsung bangun dan mengubah posisi nya saat bantal itu menimpa wajahnya "siapa yang ngelempar bantal ke gue"

"Gue, kenapa gak suka? Mau marah?"

"Maksud lo apa ngelemparin gue bantal? Kalau mau berantem bilang jing"

"Kuaci gue yang ada dimeja kenapa lo makan?"

"Cuma karena itu?"

"Cuma? Heh! Babi gue ngupasin itu satu-satunya lama bangsat dan lo main makan gitu aja"

"Yaudah maaf"

Devan kembali berbaring dengan tanpa dosanya. Reza kembali melemparkan satu bantal sebelum pergi dari kamar Levin

"Za lo mau kemana?" tanya Levin saat melihat Reza yang hendak pergi dari kamar nya

"Gue mau ke taman belakang rumah lo, boleh?"

Levin mengangguk sebagai jawaban nya. Reza pun pergi dari kamar Levin

"Dev gantiin sana"

"Gantiin apa?"

"Kuaci nya Reza"

"Ck itu cuma kuaci Vin gak usah lebay napa"

"Walaupun cuma kuaci tetap aja Reza butuh waktu lama buat tuh ngupasin satu-satu. Gimana perasaan lo kalo lo udah nunggu itu buat lo makan eh ternyata malah dimakan sama orang lain"

Devan diam apa yang dikatakan Levin ada benarnya juga seharusnya dia tidak memakan kuaci Reza, dengan menghembuskan nafas panjang Devan bangkit dan pergi entah kemana

"Btw gimana hubungan lo sama Angel"

"Baik-baik aja tapi gue sempat liat dia jalan sama cowo kemarin"

"Selingkuh?"

"Mungkin"

"Lo udah nyoba nanya langsung?"

"Udah, gue udah nanya langsung ke dia dan dia bilang kalo itu cuma temen"

"Lo percaya?"

"Enggak"

"Putusin dia vin Angel bukan orang yang baik"

"Gue tau, gue bakal putusin dia tapi bukan sekarang"

"Mau sampai kapan lo kek gini terus?"

"Sampai perasaan gue ilang"

Ryo memegangi pundak Levin guna menyalurkan semangat untuk sahabat nya itu

"Lo beneran gak suka sama Nara?" tanya Levin secara tiba-tiba yang membuat Ryo menghembuskan nafas panjang, kenapa Levin terus menanyakan hal itu?

"Harus dengan cara apalagi gue ngasih tau lo kalau gue gak suka sama Nara"

"Nara cantik yakin lo gak suka?"

Ryo menatap Levin dengan malas "gue gak mandang fisik"

"Iya deh si paling gak mandang fisik" ejek Levin. Ryo melemparkan kulit kacang ke arah Levin bukannya marah kini Levin malah tertawa meliat wajah kesal Ryo

"Gak usah ketawa lo" Ryo pun mengalihkan perhatiannya ke ponselnya karena dia males dengan Levin yang selalu saja mengejeknya

"Jangan marah dong ganteng" goda Levin yang mencolek pipi Ryo. Ryo dengan kasar memukul lengan Levin. Tawa Levin semakin keras

Rlyan yang ada disana hanya menyimak tanpa berniat untuk ikut berbicara dengan mereka menurut Rlyan bermain dengan ponselnya lebih asik ketimbang nimbrung bersama mereka dan lagipula Rlyan baru mengenalnya jadi dia rada canggung jika harus sok asik kepada mereka

"Lo kenapa diam aja Rly?" tanya Ryo yang baru menyadari bahwa Rlyan sendari tadi hanya diam dan sibuk dengan ponselnya

"Gue lagi gak mood ngomong aja"

"Kek cewe lo mood tan"

Rlyan memutar bola matanya males mendengar perkataan Levin, salah jika dia hanya males berbicara? Itu hal yang wajar kan?

"Gak boleh gitu jir lo mah"

"Sorry"

Setelah itu mereka bertiga pun diam tak ada satupun yang membuka suara sampai tiba-tiba sebuah teriakan dari arah dapur mengejutkan mereka

Levin, Ryo dan Rlyan segera keluar dari kamar dan pergi kedapur melihat apa yang sedang terjadi di sana

"Kenapa pa?" tanya Levin yang menghampiri Win yang sudah terlihat sedikit pucat

"Itu tadi ada kecoa tapi udah pergi" jelas Win yang merapikan rambutnya yang sedikit berantakan

Levin menaikan satu alisnya mendengar alasan Win, hanya itu?

"Oh iya suruh temen-temen kamu makan papa udah masakin tadi" suruh Win

Levin menoleh kearah Ryo dan Rlyan sebelum akhirnya mengangguk dan pergi ke arah kedua temanya dan mengajak mereka untuk ke ruang makan tak lupa Levin juga memanggil Devan dan Reza untuk ikut bergabung

Diruang makan tidak ada yang berbicara hanya suara sendok dan ketukan piring lah yang terdengar sampai Devan membuka suara terlebih dahulu

"Habis ini nonton balapan yok" ajak Devan dengan semangat

"Gue ngikut aja" balas Reza yang fokus dengan makanan nya

"Gue juga ngikut aja" timbal Ryo

"Levin udah pasti ikut dan lo Rly mau ikut?"

Rlyan diam dan memikirkan terlebih dahulu ajakan Devan, tak ada salah nya kan jika dia ikut? Lagipula orang tuanya juga sedang tidak ada dirumah jadi dia bisa bebas

"Iya gue ikut"

Devan tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Rlyan yang ke betulan duduk disebelahnya

"Mantap nanti lo sama gue aja kita boncengan"

Rlyan mengangguk pelan sebagai jawaban. Dia pun melanjutkan kegiatan makan nya dan entah mengapa Rlyan merasakan bahwa Levin yang terus menatapnya dengan tatapan aneh, ada apa dengan nya?

"Bisa liatin gue nya biasa aja gak?" ucap Rlyan yang sudah jelas tertuju pada Levin

"Gue biasa aja" balas Levin dengan santai

Rlyan menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya pergi terlebih dahulu dari sana

Mereka berempat yang melihat kepergian Rlyan itu dibuat bingung, kenapa dengan Rlyan?

"Lo apaan Vin anak orang" tanya Reza yang sudah menyelesaikan kegiatan makannya

"Gak gue apa-apain"

"Wajar lah kalo Rlyan kabur pas lo liat orang muka lo kek preman"

Levin melemparkan sendok kearah Devan, enak saja orang seganteng dia dibilang preman 

"Canda Vin"

Levin memutar bola matanya males melihat Devan matanya kembali fokus menatap Rlyan yang tengah berada diruang tamu sendirian, entah mengapa Levin merasa sedikit penasaran dengan cowo berwajah cantik itu

I'm not him Where stories live. Discover now