BAB 12 || Pulang bareng

28 23 5
                                    

Nara berkali-kali mengecek ponselnya, hari sudah semakin malam namun abangnya itu tak kunjung juga menampakkan dirinya. Apakah abangnya itu lupa untuk menjemputnya?

"Tau gitu gue bareng Letta tadi" gumamnya yang mulai kesal karena abangnya yang tak kunjung menjemputnya, ini sudah hampir malam dan dia masih terjebak disekolahan, mana sendirian lagi

Saat Nara sedang memainkannya ponselnya dia dapat mendengar sebuah motor yang berhenti tepat dihadapan nya. Nara mengalihkan perhatiannya untuk melihat siapa orang itu. Dia menghela nafas kasar saat melihat cowo rese itu lagi, mau apa dia sekarang?

"Belum pulang?" tanyanya. Nara tidak menanggapi nya. Sudah tau Nara masih disini ya itu artinya dia belum pulang lah pakek nanya

Ryo turun dari motornya untuk menghampiri Nara. Ryo berdiri tepat dihadapan Nara, Ryo sedikit menunduk untuk menyamakan tinggi badannya dengan Nara yang lebih pendek dari nya

"Ini udah mau malam kenapa belum pulang?" tanya Ryo sekali lagi. Ryo harap Nara akan menjawabnya kali ini

"Bukan urusan lo" ketus Nara yang tanpa melihat ke arah Ryo

Ryo terkekeh kecil melihat sikap cuek Nara dan tanpa aba-aba apapun Ryo menggandeng tangan Nara. Nara langsung melepaskan tangan Ryo yang menggenggamnya

"Kenapa? Gue cuma mau ngajakin lo pulang bareng" jelas Ryo sebelum Nara memarahinya karena yang tiba-tiba menggenggam tangan Nara

"Gak usah gue udah pesen ojek" balas Nara yang melihat kearah lain, tak ingin menatap Ryo

Ryo pun memilih untuk duduk dikursi yang disediakan di sana. Ya, dia hanya duduk sambil melihat kearah Nara.

Nara sebenarnya merasa sedikit tidak nyaman dengan Ryo yang terus menatap nya namun dia tidak protes alias membiarkan nya

10 menit mereka habiskan hanya untuk saling berdiam diri sampai di mana ojek yang Nara pesan itu datang. Belum sempat Nara menghampiri tukang ojek itu Ryo sudah terlebih dahulu menghampiri nya, mau apa lagi dia?

Ryo mengeluarkan dompet nya dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke ojek itu "dia saya yang nganterin"

Tukang ojek itu sempat menatap Nara sebelum akhirnya mengangguk. Menerima uang itu dan pergi begitu saja

"Kok lo nyuruh dia pergi sih"

"Kan gue udah bilang kalo gue yang bakal anterin lo pulang"

"Gue gak mau"

"Yaudah terserah kalau lo masih mau tetap disini, tapi nih ya hati-hati aja bentar lagi malam banyak preman didaerah sini" ucap Ryo yang sengaja menakut-nakuti Nara

Dengan menghela nafas panjang akhirnya mau tak mau Nara harus menerima ajakan Ryo untuk mengantarkan nya pulang

"Ayo jadi gak" tanya Nara yang sudah terlebih dahulu ke motor Ryo

Ryo tersenyum tipis dan pergi ke motornya "gitu kek dari tadi" Ryo menyalakan mesin motornya dan menyuruh Nara untuk segera naik

"Terpaksa" ucap Nara yang sudah duduk manis di jok motor Ryo

"Lo emang harus dipaksa dikit biar nurut"

Nara memukul pundak Ryo lumayan keras saat Ryo mengatakan hal seperti itu

"Belum nikah aja udah KDRT lo"

"Gak ada yang mau nikah sama lo"

Ryo kembali tertawa pelan mendengar tolakan dari Nara "pegangan yang kuat"

"Hm"

Ryo yang tak kunjung merasakan tangan Nara yang melingkari pinggang nya itu dengan sengaja menjalankan motornya dan menghentikannya secara tiba-tiba yang jelas membuat Nara tak sengaja memeluknya

"Lo bisa bawa motor gak sih" kesal Nara yang kembali menegakkan tubuhnya

"Gak bisa bisanya jadi imam lo" lagi dan lagi Ryo mendapatkan sebuah pukulan dari Nara

"Gak usah halu cepetan jalan atau gue turun"

"Iya iya ini juga mau jalan marah-marah mulu cantik"

Ryo pun menjalankan motornya untuk bergabung dengan pengendara lain. Diperjalanan tak ada satupun yang membuka suara Ryo yang fokus ke jalan dan Nara yang sibuk menatap sekitar yang tampak sangat indah jika sudah malam seperti ini.

Namun perhatian nya ke sekeliling itu seketika hilang saat merasakan tangan Ryo yang menyuruh tangan Nara untuk memeluk pinggang Ryo "pegangan biar gak jatuh"

Awalnya Nara menolak nya namun karena Ryo yang membawa motor nya dengan kecepatan yang lumayan cepat itu membuat Nara mau tak mau berpegangan pada Ryo.

Terpaksa

Hanya butuh waktu sekitar 45 menit untuk Ryo sampai didepan rumah yang berdominasi warna putih itu. Rumah itu tampak tak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman untuk ditempati

Nara turun dari motor Ryo tak lupa mengucapkan terimakasih dan langsung masuk kedalam, namun belum sempat dia membuka pagar rumah nya sebuah tangan menghentikannya.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Nara mengangkat satu alisnya saat Ryo yang tiba-tiba saja menyatakan perasaannya. Nara mendekat dan menempelkan punggung tangannya ke kening Ryo untuk memastikan apakah Ryo sakit atau tidak

"Gak panas" gumam Nara saat mengecek suhu tubuh Ryo yang ternyata normal normal saja

"Lo ngapain?" tanya Ryo yang bingung dengan apa yang saat ini Nara lakukan

"Keknya bukan badan lo deh yang sakit tapi otak lo, kerumah sakit jiwa sana" saran Nara yang langsung meninggalkan Ryo begitu saja

Ryo masih tetap diam untuk mencerna apa maksud Nara tadi.

"Nara gue diterima gak?" tanya Ryo dengan sedikit berteriak agar Nara mendengar apa yang dia katakan

"Kerumah sakit sana" balas Nara dengan cara yang sama seperti Ryo

Ryo menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, jadi Nara menolak nya?

"Gue beneran ditolak nih?" gumam Ryo yang masih tidak percaya dengan respon Nara

Ryo masih tetap disana untuk beberapa saat sambil memandangi rumah Nara. Dia masih tidak menyangka jika Nara menolaknya secara mentah-mentah. Apa yang kurang darinya? Ganteng jelas pintar apalagi. Ya, walaupun Ryo tak sepintar anak yang sering rangking satu di kelas nya namun Ryo masih bisa dibilang murid yang pintar karena Ryo selalu mendapatkan rangking lima besar entah itu 3 4 ataupun 5

Dengan perasaannya yang campur aduk Ryo memutuskan untuk segera pulang, mungkin Nara memang tidak pernah menyukai nya dan itu artinya Ryo harus membuat Nara jatuh cinta terlebih dahulu. Ya, itu yang harus Ryo lakukan saat ini

I'm not him Where stories live. Discover now