27. Twenty-seven

617 29 2
                                    

"Apa mencintai itu salah, Daisy?"

-Kalvin-

"Kau lebih menjijikan karena menyandang garis keturunan Madisson namun memiliki kelemahan seorang wanita. Bukalah matamu, Kalvin. Daisy Valasco hanya gadis biasa yang tak tau apapun tentang dunia kita. Kau putraku, sebenci apapun aku denganmu, aku tetap tak tinggal diam jika gadis pilihanmu adalah gadis bodoh yang lemah dan merepotkan."

Diwaktu hening, suara Jennifer naik ke permukaan, terus menghantui. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat, seolah siap menghajar siapapun yang ada di sekitarnya, "Tau apa dia tentang Daisy." Geram Kalvin. Setiap kali suara itu mengalun, darahnya selalu mendidih.

Tak lama kemudian, masih dengan emosi yang belum stabil, Kalvin mendatangi kamar Daisy. Kehadiran lelaki itu tentu mengejutkan sang pemilik kamar. Daisy tersentak, lalu bersuara, "Langkahmu ringan sekali sampai aku ka-" sebuah pelukan yang sedari tadi Kalvin butuhkan kini tersampaikan. Ini sangat nyaman, sungguh. Kalvin sampai enggan untuk melepasnya.

Daisy yang sedang berdiri, karena baru saja keluar dari kamar mandi itu pun mematung sesaat sebelum akhirnya bersuara, "Ada apa?" Terlihat bagai seorang ibu yang  berusaha menenangkan putranya.

"Aku cuma ingin tahu keadaanmu," Kalvin menyahut. Semakin tak ingin melepaskan Daisy sedetik pun. Merengkuhnya begitu erat dan sesekali menghirup aroma gadis itu lekat-lekat.

"Karena aku masih hidup, berarti aku baik-baik saja." Menjawab seraya mendongakkan kepala, ekspresinya seperti sedang menahan rasa sakit. Benar, luka diperutnya terasa nyeri akibat tenaga yang dikeluarkan Kalvin pada pelukan kali ini. Tak hanya itu, tulang-tulangnya bisa remuk jika tak segera dilepaskan. Pelukan yang hangat bagi Kalvin, tapi menyakitkan untuk Daisy.

"Apa mencintai itu salah, Daisy?" Tanya Kalvin dengan suara serak dan kurang jelas. Walau begitu Daisy tetap mendengarnya. Ternganga seoalah tak percaya, tak disangka seorang Kalvin bertanya demikian. Daisy bukan tidak bisa menjawab, melainkan tak dapat bersuara karena dilanda rasa takut, takut bila jawabannya salah luka baru ditubuhnya akan tercipta lagi.

"Apa salah, jika orang sepertiku juga mengharapkan untuk dicintai. Jawab aku Daisy, mengapa semua orang mentertawakan aku yang ingin dicintai olehmu, di mana letak kesalahannya, Daisy. Aku juga manusia!" Kalvin bagai mengutarakan isi hatinya begitu saja. Semuanya mengalir tanpa dapat ia cegah. Sosok Daisy membuatnya tanpa sadar mengeluarkan sisi lain yang dia sembunyikan.

Tidak kunjung mendapat balasan, Kalvin menghempaskan Daisy ke lantai tanpa perasaan. Memilih tak menjawab memang lebih membuat Kalvin marah, sebab lelaki itu paling tak suka jika diabaikan. Akhirnya pelukan itu terlepas dengan sangat kasar, "Mengapa malah tutup mulut seperti orang bodoh!"

Daisy mengangkat kepala tegas, sontak satu alis Kalvin tersentak. Hidung gadis itu mengeluarkan darah. "Jika jadi iblis, jadilah iblis seutuhnya. Tidak perlu bertanya! Perasaan manusia di dalam dirimu lebih baik kamu matikan. Karena itu lebih cocok denganmu, Kalvin!" Sengit Daisy dengan mata memanas.

Anggap saja Daisy menyalakan percik api di dalam jiwa Kalvin, jadi bukan salahnya bila kini Kalvin menunjukkan taringnya. Kalvin berjongkok di hadapan Daisy, tangannya terjulur seraya bertanya dengan nada tegas, "Perlu aku tambah satu sayatan lagi?"

Sorot mata yang sulit dijelaskan tapi dapat Daisy mengerti. Sentuhan menghapus darahnya mengunakan ibu jari membuat sekujur tubuh Daisy merinding. Dibalik tatapan Daisy yang tajam, dalam hati ia menjerit meminta tolong serta berusaha mati-matian menahan air mata yang hampir menetes. Daisy menepis tangan Kalvin kasar, membuat lelaki itu melemparkan tatapan sengitnya.

"Diberi kesembuhan untuk mencoba penderitaan selanjutnya. Siapa lagi kalau bukan.." Kalvin sengaja menggantungkan kalimatnya. Senyuman tipis yang terkesan dingin disertai tatapan mata yang dalam. Disitu kekesalan Daisy sudah memuncak. Tangannya mengepal kencang, bibirnya ia gigit kuat-kuat sampai berdarah. Kalvin tengah memojokkannya!

Hembusan napas kasar, terlepas, "Aku tidak peduli, itu lebih baik dari pada dihidupkan untuk menjadi bahan bakar api neraka!" Sarkas Daisy dengan wajahnya yang mengeras.

"Neraka? Aku tidak percaya dengan hal-hal seperti itu, Daisy." Bisik Kalvin menyeringai seraya menyentuh bibir Daisy guna menghapus darah yang ada. Di saat Daisy lengah, tiba-tiba Kalvin menyelipkan tangannya lalu mengangkat tubuh Daisy,  memindahkannya ke atas kasur. Wajah lelaki itu kembali normal seperti biasa.

Kalvin menyelimuti Daisy sampai batas dada. Kemudian duduk di bibir ranjang. Tangannya tergerak untuk merapikan rambut Daisy yang menutupi wajah dan setengah berantakan, "Aku lepas kendali.." celetuk Kalvin.

"Daisy.."

"Sakit, Kalvin."

Gadis itu mengadu sambil menangis, sampailah dirinya jatuh dalam dekapan Kalvin, lelaki yang dia sebut iblis. Menyedihkan, karena tak memiliki temeng, pada akhirnya Kalvin jugalah yang menjadi sandarannya walau Kalvin pula yang membuatnya jatuh terpuruk. Kavin lelaki yang enggan untuk meminta maaf walau tau dirinya bersalah.

•••

"Kenapa tidak mau bersabar. Jika dia benar milikmu, mau dengan cara apapun dia tidak akan bisa tercuri,"

"Apa kamu lupa Maix, sebagai darah Alesai, bukankah pantang untukku berdiam diri saat ada tikus masuk ke dalam renah," ucap Darlen pada Maixel.

Kendrick menyunggingkan bibirnya, ikut menimpali, "Kalau sampai orang itu benar mati terbunuh,  kisahmu akan sama dengan kalvin," ujarnya.

Maixel kemudian bangkit, "Berpikir lebih jernih lagi. Jangan mengambil wanita itu jika hanya untuk dijadikan sebagai bayang-bayang Enola, hanya karena wajah keduanya mirip," tegur Maixel.

"Sudah terlambat, Darlen sudah bergerak sejak lama kamu saja yang baru tahu," sahut Kendrick. Sontak mata Maixel melesat sinis pada Darlen.

"Memberi tahumu juga rasa-rasanya percuma, tidak pernah mau membantu." Ujar Darlen disambung semburan tawa singkat dari Kendrick. Merasa sudah tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi, Maixel akhirnya memilih melangkahkan kaki pergi dari ruangan tersebut.

"Mau bertemu Jolie lagi?" Tanya Kendrick.

"Tadi saja bicaramu seperti orang yang paling waras. Berpikir lebih jernih lagi, Maix, berselingkuh dengan kakak iparmu itu juga tidak dibenarkan!" Seru Darlen  mengeraskan suara. Dibalas acungan jari tengah dari Maixel yang sedang berjalan keluar ruangan.

___


Life with Kalvin

LIFE WITH KALVINWhere stories live. Discover now