14. Fourteen

3.7K 244 22
                                    

"Biasakan diri anda untuk melihat hal semacam ini."

-Erlang-

"Tuan belum kembali." Daisy kaget setengah mati kala suara itu muncul dari balik punggungnya. Lelaki itu berpikir bahwa ia sedang mencari Kalvin karena itu dia memberitahunya. Bingung harus bersikap bagaimana, Daisy malah memilih mengacuhkannya.

Kala itu, bertepatan datangnya rasa pusing di kepala hingga membuat tubuh Daisy limbung, untungnya dengan sigap Erlang menangkapnya. Sudah lama Daisy di serang oleh rasa sakit ini, kian hari denyutannya semakin tak karuan. Kini sulit untuknya berdiri seimbang, membuat Daisy bersandar sepenuhnya pada Erlang.

Erlang sendiri mendongakkan kepala tatkala Daisy bersandar di dadanya. Kacau, posisinya terlampau dekat, bagaimana jika tiba-tiba tuannya muncul. Dilanda kegelisahan. Menghela napas berat lalu mengambil tindakan untuk mengangkat tubuh Daisy, membawanya ke kamar.

Seusai membaringkan tubuh Daisy, berniat akan langsung pergi namun malah di tahan. Erlang tidak berbalik, dengan kepala setengah menyamping, ia bertanya dengan wajah tanpa ekspresi. "Apa anda butuh sesuatu?"

Daisy masih diam, di genggamnya jemari Erlang semakin kuat. Tak lama Daisy melepaskannya. Karena Daisy tak bersuara, Erlang anggap sebagai jawaban kalau gadis itu tidak membutuhkan apapun. Oleh karenanya, Erlang segera pergi dari kamar. Dia sudah melewati batasan, tak sepatutnya Erlang menyentuh Daisy tanpa perintah dari tuannya.

Pukul satu malam Kalvin baru kembali. Membuka pintu kamar Daisy dan segera menghampiri. Dia di kabarkan oleh Erlang bahwa Daisy jatuh sakit, dan benar saja wajah gadis itu kini tampak lebih pucat dari sebelumnya, serta ada beberapa buliran keringat di keningnya.

Kalvin duduk di bibir ranjang, di usapnya keringat itu mengunakan jemari. Merasa terganggu, mata Daisy terbuka. Keduanya adu pandang, tak lama Daisy merubah posisi tidurnya menjadi menyamping, membelakangi Kalvin.

"Kepalamu masih sakit?" Daisy menggeleng. Setelah tidur cukup panjang rasa sakit di kepalanya kian mereda.

"Baiklah, hari ini aku tidak akan mengganggumu. Istirahatlah dengan tenang." Kalvin mengecup puncak kepala Daisy dan keluar. Sementara Daisy menghela napas berat, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Setiap hari Daisy menyaksikan sisi Kalvin yang berbeda-beda. Dari semua itu, sisi kepedulian Kalvin lah yang sampai detik ini menganggunya.

***

Kehadiran Alan di sambut tatapan kaget. Sementara gadis yang berjalan di sisinya tengah tersenyum, kedua alisnya naik turun serentak, seakan telah melakukan sebuah pencapaian dan sekarang memamerkannya kepada yang lain.

Sem bertepuk tangan pelan seraya tertawa renyah. "Si paling rajin akhirnya ikut bolos juga." Celetuk Sem dengan nada mengejek. Alan merenggut senyuman itu dengan tatapan dinginnya. Sem berdeham dan membenarkan posisi duduknya.

"Lo sogok pakai apa. Kok, dia sampai mau?" Bisikan Lita menghadirkan tawa ringan dari mulut Zoya.

Alan mengabaikan temannya, memilih menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Tak lama wajahnya mendapat lemparan kulit kuaci. Itu ulah Ayko, gadis yang duduk di kursi depannya. Alan membidik sinis gadis itu, sedangkan yang di tatap malah tersenyum menyebalkan. Adegan itu tanpa di sadari siapapun.

LIFE WITH KALVINDonde viven las historias. Descúbrelo ahora