15. Fifteen

3.3K 239 106
                                    

banyakin berkomentar di setiap paragraf dong Darling
-------------------------
"Aku merindukan senyumanmu."

-Kalvin-

Daisy belum sadar sejak lima jam setelah kejadian mengerikan itu. Setia menutup mata dan bibir menjadi pucat kering. Di sampingnya ada lelaki yang mulai jenuh menunggunya bangun.

Kalvin memperhatikan wajah cantik nan pucatnya. Tangan terjulur merapikan rambut Daisy, Kalvin bercelatuk. "Aku tidak ingin terus menahanmu di sini, tapi aku tidak bisa melepaskanmu. Apa yang harus aku lakukan." Kalvin menggenggam jemari lemas itu. Cinta menjadi mengerikan jika di berikan kepada manusia sepertinya.

Sadar bahwasanya tidak bisa memberikan kebahagiaan pada Daisy. Mulutnya kembali bergumam. "Aku merindukan senyumanmu." Alih-alih ingin membahagiakan, yang terjadi malah menjerumuskannya ke dalam lubang bernama kesedihan yang berkepanjangan.

Di waktu-waktu hening, ketika amarah naik ke permukaan karena habisnya kesabaran menunggu, Kalvin menarik langkah keluar. Jikalau nantinya Daisy telah sadar, Kalvin tidak akan langsung menemuinya. Dia memberi sedikit ruang waktu untuk gadisnya bernapas.

***

Gadis berpakaian feminim berlari kecil menuju meja yang di duduki oleh satu perempuan sedang bermain ponsel. "Gimana?" Zoya langsung bercelatuk seraya mendaratkan bokongnya.

Lita sontak mengalihkan penglihatannya. Menghadap Zoya sejenak, lalu dagunya mengarah ke seseorang. Zoya mengikuti isyarat itu, sedetik setelahnya mata Zoya terkunci, arahan itu membawanya ke lelaki berkaos hitam dan bertopi, sedang menikmati minumannya.

Gadis itu menyipitkan matanya. "Daniel." lontar Zoya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

"Kita ikutin ke mana tuh cowok pergi. Lo bawa mobil kan?" Pandangan Zoya melesat ke Lita, sedetik setelahnya mengangguk.

"Bagus, soalnya gue nggak bawa motor,"

"Terus lo ke sini di antar siapa?"

"Ayko." Mendengar nama temannya yang satu itu, ingatan Zoya bertaut akan acara bolos kemarin, di mana tatapan Ayko tak mau lepas dari Alan. Dan tatapan itu berbalas.

"Kenapa lo?" Pertanyaan itu menyentak lamunannya. Zoya menggeleng sambil tersenyum simpul.

Dua jam memantau. Karena merasa jenuh, sesekali mereka mengobrol ringan atau bermain ponsel. Tapi kala itu.

"Cabut, Zo!" Lita bangkit dari duduknya. Zoya tersentak, spontan ikut berdiri. Mereka lengah. Gabriel menghilang dari pandangan, sudah tidak ada di tempat. Keduanya buru-buru keluar, matanya sama-sama mengedar mencari keberadaannya.

Tidak lama, Zoya menangkap sesosok lelaki sedang menganti topi dengan helm full facenya, posisinya kini berada di parkiran. "Lita." Panggil Zoya tidak terlalu keras. perempuan itu menoleh, dengan cepat Zoya melemparkan kunci mobilnya.

"Buruan!"

Motor Gabriel melaju, melesat kencang. Di susul mobil Lamborghini berwarna kuning milik Zoya. Lita mengendarainya menggila.

"Jaga jarak, biar nggak ketahuan." Tegur Zoya memberi peringatan.

Lima belas menit kemudian, di bawah langit sore yang mengeluarkan rintikan air hujan. Mobil Zoya berhenti setengah menjauh dari posisi Gabriel saat ini, lelaki itu membeli setangkai bunga mawar putih. Membuat Zoya dan Lita saling pandang.

LIFE WITH KALVINWhere stories live. Discover now