1. One

9.1K 410 2
                                    

"Gue buka suara, kelar lo berdua,"

-Daisy-

Kelas 12 IPA 1 sangat gaduh. Ada beberapa siswa yang menggelar konser dadakan. Gadis yang semula tertidur, kini terganggu akan kebisingan di sekitarnya. Dengan mata yang setengah terpejam, dia meraih earphone yang berada di atas bangku lalu segera menyumpal telinganya.

Decakan kesal keluar dari mulut gadis itu kala ada seorang pengganggu yang jahil mencopot earphone yang terpasang di telinganya. "Masih pagi udah lecek kek baju belum di setrika aja lu, Dai," cibir Zoya seraya menyembunyikan earphone gadis itu.

Masih dengan mata tertutup. Tangan kanan gadis bernama lengkap Daisy valasco itu terangkat, memperlihatkan jam tangannya pada Zoya. "Udah siang, dan lo semua ganggu tidur siang gue," Daisy berucap malas.

"Masih jam sepuluh babi, makanya jangan begadang mulu. Cuci muka sana, habis ini pelajaran Bu Herlina, jangan sampek lo ketiduran di jamnya dia. Di hukum tau rasa lo. Gue nggak akan bantu." Cerocos Zoya membuat Daisy semakin sumbek berada di dalam kelas.

"Woi bangun, gue mau nyanyi lo harus lihat," lanjut gadis itu menaikkan nada bicaranya. Hembusan napas kasar terdengar, Zoya meninggalkan Daisy dan nimbrung ke gerombolan Arinanda, sang ketua kelas.

"UHHH YEHHHHH!" Seru Zoya lantang. Detik selanjutnya Daisy mengebrak bangku dan berdiri, tatapan horor ia lemparkan ke semua temannya yang membuat kebisingan. Termasuk Zoya sekalipun, gadis itu kini hanya bisa tersenyum kikuk.

Mendadak suasana kelas menjadi hening. Daisy menghela napas kasar, lalu keluar. "Pada stres semua, gue doang yang waras," dumelnya terus melangkah. Sesampainya di luar kelas, kegaduhan kembali melanda kelas 12 IPA 1. Suara nyanyian serta sorakan heboh terdengar lagi.

Daisy harus usul, agar Arinanda di geser dari jabatannya sebagai ketua kelas. Apa-apaan, Daisy sangat yakin ini semua berawal dari lelaki sengklak itu. Sifat lelaki itu sama persis seperti Zoya. Sama-sama banyak cakap dan pembuat onar.

Tepukan di bahu kanannya, mengalihkan pandangan Daisy. Kepalanya menoleh, itu Zoya. "Nggak usah bolos. Lo mah, kebiasaan, bolos mulu di pelajaran Bu Herlina," ujar Zoya. Berdiri di samping Daisy sambil bersedekap dada.

Zoya melirik sekilas ke Daisy, wajah gadis itu tampak kasihan, dia sepertinya memang ngantuk berat. "Gue kan udah bilang, jangan keseringan begadang. Lo mah kek kambing, susah banget di bilangin," sembur Zoya menghadap lurus ke depan.

"Tas gue jangan lupa di bawa, gue mau tidur di rumah Lita," putus Daisy mulai melangkah.

"Gue ikut kalo gitu, gue juga mau kali, berleha-leha di rumah si Lita. Eh emang dia nggak sekolah?" Mendengar itu Daisy menghadap sepenuhnya ke Zoya.

"Nggak! Balik sono ke kelas," suruh Daisy melemparkan tatapan tajam ke Zoya. Bukan apa-apa, pacar Zoya itu garang, wajahnya menyeramkan, sang ketua osis gold high school.

Waktu itu, pernah sesekali Daisy mengajak Zoya membolos. Akibatnya setiap kali bersitatap dengan Alan, pacar Zoya. Daisy selalu ditatap layaknya dia seorang pelaku kejahatan.

***

Daisy sering memanfaatkan rumah Lita, yang berjarak, tak terlalu jauh dengan kawasan sekolahnya itu untuk membolos. Daisy berjalan kaki menuju rumah berlantai tiga, yang memiliki gerbang tinggi berwarna putih.

Urusan motor gampang. meskipun membenci Arinanda karena lelaki itu suka bikin kegaduhan, tapi Daisy selalu mengandalkan Ari untuk mengantarkan motornya.

Daisy tersenyum miring, sesampainya di depan gerbang rumah Lita. Ada motor Sem di dalamnya berarti Lita memang tidak bersekolah hari ini. Perempuan itu sepertinya dua Minggu sekali sekolahnya. Lita lebih senang menghabiskan waktunya dengan sang pacar dari pada untuk belajar di sekolah.

Setelah membuka pintu rumah Lita. Daisy memutar bola matanya malas. "Gue nggak lihat," suara bernada dingin itu menghentikan kegiatan ciuman panas Lita dan Sem. Perempuan itu buru-buru berdiri, tak lupa cengiran malunya yang terlukis jelas di wajah Lita.

"Kesurupan hantu zombie lo?" Sindir Sem  diiringi kekehan ringan. Daisy tak menanggapi celotehan lelaki itu dan malah trobos masuk ke salah satu kamar yang berada di rumah Lita, Sem kembali merengkuh tubuh Lita.

Lelaki itu meninggalkan banyak bekas kemerahan di leher putih Lita. Beberapa menit kemudian Daisy ke ruang tamu lagi, dia melemparkan sesuatu tepat di paha Lita.

"Najis, kondom!" Ketus Daisy dengan raut bergidik. Lita kembali menyengir, dia menggaruk kepala bagian belakangnya. Sedangkan Sem sudah menepuk dahinya pelan.

"Gue lupa buang, lagian ko, bisa dari banyaknya kamar di rumah ini, lo masuknya pas banget di kamar yang baru gue pake." Heran Lita sambil berdiri, berniat untuk membuang pengaman itu.

Daisy memilih merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Kedua orang tua Lita saat ini memang berada di luar kota. Dan kurang ajarnya, Lita mengunakan kesempatan ini untuk bercumbu dengan kekasihnya. "Gue buka suara, kelar lo berdua," kata Daisy mengancam, sambil merem.

Lita berdecih. Dia melemparkan bantal sofa tepat di wajah Daisy mengakibatkan Daisy membuka mata dan langsung membalas lemparan itu. "Ganggu aja lo!" Cetus Daisy kesal. Lemparannya tepat sasaran, yakni mengenai wajah Lita.

"Gue tusuk-tusuk kaya sate, kalo sampek lo Cepu sama bunda!" Ujar Lita balik mengancam. Rautnya tak bersahabat. Sedangkan Daisy sudah tertawa renyah.

"Di rumah lo banyak nyamuk ya, Ta?" Tanya Daisy tiba-tiba. Matanya masih menutup namun mulutnya tidak berhenti bersuara.

"Enak aja lo! Mana ada lalat, nyamuk, kecoa di rumah gue!" Sahut Lita ngegas. Seakan tak terima, rumah Lita itu bersih, wangi, no serangga-serangga di sini.

"Nggak percaya, orang leher lo merah-merah kayak digigit nyamuk gitu. Atau di gigit nyamuk jadi-jadian?" Refleks Lita menoleh ke Sem yang juga ternyata tengah memandanginya. Mereka kompak tersenyum miring lalu melemparkan bantal ke wajah Daisy secara bersamaan.

"Bangke lo!" Maki Lita.

Daisy tertawa. Sial! Padahal tadi di sekolah ia sangat mengantuk, tapi mengapa sekarang tidak? Mungkin ini efek syok melihat pengaman Lita. Jadi rasa kantuknya mendadak hilang.

"Dai, om Jeff sama Tante Emma belum pulang ke Indonesia kan?" Tanya Lita memastikan dan mendapat respon dehaman dari Daisy.

"Nanti malam Sem balapan, gue juga ikut, lo mau ikut nggak?" Ajak Lita seraya menyingkirkan kepala Sem yang hendak menciumi lehernya. Sem memang tidak tahu tempat dan kondisi, main nyosor aja.

Daisy menanggapinya dengan acungan jempol. Kemudian bersuara. "Gue juga udah lama nggak ke arena balap." Ungkap Daisy.

___

[Life with kalvin]

LIFE WITH KALVINWhere stories live. Discover now