10. Ten

5.3K 291 70
                                    

"Ternyata ada yang lebih gila dari Daniel,"

-Daisy-

Mobil jeep wrangler rubicon, melintas melewati gerbang hitam, tinggi menjuntai. Lalu berhenti, di halaman rumah besar, yang penampilannya sudah berubah drastis dari sebelumnya. Dikala pertama kali turun menginjakkan kaki, angin kencang langsung berhembus, seolah menyambut kedatangan mereka. Di bawah langit yang mulai gelap, semuanya meneliti dengan seksama rumah Daisy. Terselip rasa rindu, begitu besar di hati mereka yang menatapnya. Rindu, kepada sang pemilik rumah.

 Rindu, kepada sang pemilik rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kira-kira, ke mana Daisy pergi." Lita berceletuk seraya mengigit ibu jarinya. Tatapan kekhawatiran, tampak jelas di mata lentiknya.

Alan, lelaki terkenal pelit ekspresi itu, pikirannya berkelana. Alan menaruh rasa curiga besar terhadap Kalvin. Ingin rasanya mencari tahu. Tetapi bagaimana, jikalau Kecurigaan itu benar, dan ia malah terjebak dalam lingkaran permainan Kalvin. Bukannya apa-apa, hanya saja Alan takut Jika nantinya, Zoya juga terkena imbasnya. Sungguh, kematian Zoya lebih Alan takutkan dari pada kematiannya sendiri.

"Alan," Pemilik nama itu, menengok ke samping. Menatap Zoya bertanya. Jemari Alan mengelus-elus pipi Zoya, Sembari menunggu ucapan selanjutnya.

"Apa terjadi sesuatu sama Daisy?" Ujar Zoya, cemas. Daisy beserta keluarganya menghilang bak di telan bumi. Tak ada kabar dan jejak.

"Yang pasti sih masih hidup, Zo. Orang tuh rumah udah di selidiki nggak ada korban jiwa," Sahut Sem. "Apa jangan-jangan mereka lagi liburan, terus nggak tahu kalau rumahnya kebakaran-"

Plak! Tamparan panas mendarat di pipi kanan Sem. Dia menatap tak percaya ke Lita. "Sakit!"

"Makanya jangan bercanda mulu," ucap Lita tak bersahabat. Akhir-akhir ini, Lita memang menjadi mudah marah, hingga Sem jadi sering mengelus dada.

"Siapa yang bercanda. Kan bisa jadi-"

"Debat mulu." Sindir Alan dingin. Wajahnya lempeng, dan berlalu dari hadapan Sem dan Lita. Tak lupa digandengnya tangan Zoya, lembut.

"Lah?" Sem memandang bingung pada Alan yang masuk ke dalam mobil. Setelah itu Lita juga ikut pergi, tinggallah hanya Sem sendiri yang masih di luar.

"Hih!" Kesal Sem sambil berjalan menuju mobil.

Dilain tempat, orang yang tengah mereka rindukan, sedang mendapatkan hukumannya akibat memotong ucapan Kalvin dengan sangat tajam nan menusuk. Daisy tersungkur di bawah, usai mendapat  tamparan lebih dari satu kali di pipi kanan dan kirinya, tak cukup di situ. Kalvin menjambak rambut Daisy, lalu di dorongnya gadis itu hingga tak sengaja terbentur sudut meja.

Daisy menggertakan giginya, meskipun pandangnya berkunang-kunang, tetapi kilatan api amarah masih tampak jelas di mata Daisy. "S-sakit jiwa." Desis Daisy sinis. "Gue bukan boneka yang seenaknya lo pontang pantingin sana sini, setan!" Lanjutnya tak tertahan. Mendadak matanya berlinang, dadanya juga naik turun akibat menahan gejolak amarah, hanya dengan satu kedipan buliran bening itu meluruh begitu saja.

LIFE WITH KALVINWhere stories live. Discover now