30

5.4K 389 15
                                    

Hari ini cuaca sedikit tidak mendukung. Di siang hari yang biasanya terik dengan cahaya matahari kini menjadi gelap dengan langit yang sudah mendung hendak hujan deras sepertinya.

Jeno menatap awan-awan berwarna abu-abu dari luar jendela kantor yang menjulang tinggi itu dengan wajah khasnya yang datar.

Namun hatinya terasa gundah akhir-akhir ini karena terlalu sering memikirkan sang kekasih yang tak kunjung membukakan hatinya kembali.

Apa itu masih bisa di sebut kekasih? Jeno berharap hubungan mereka tak berakhir sampai disini hanya karena kesalah pahaman.

Tok tok tok

Kepalanya langsung menoleh kearah pintu ruangan, dia mengernyitkan alisnya bingung kearah pintu buram tersebut.

"Masuk" katanya dengan suara berat.

Ketika pintu tersebut terbuka, menampilkan Mark yang tengah berpakaian casual karena pria itu sedanh cuti. Tapi tumben sekali Mark mengunjungi ruanganya di hari libur pria itu.

"Ada apa?" Jeno menghampiri dengan wajah penuh penasarannya.

"Aku perlu bicara"

Lalu keduanya menduduki sofa yang tertera di sana, Jeno menduduki tubuhnya di hadapan pria yang lebih tua darinya. Sedangkan Mark kini menatapnya dengan wajah datar, seperti akan memcekam nya.

"Hey wajahmu tampak serius, apa ini menyangkut pekerjaanmu? Kau ingin cuti tambahan lagi?" Kata Jeno dengan kekehan kecil.

Namun Mark tidak mengubah ekspresinya. "Ini tentang hubunganmu dengan Jaemin"

Jeno yang tadinya menyungging seulas senyum kini berubah menjadi datar, dia tahu sekarang maksud Mark datang untuk menemuinya, pria itu pasti berpendapat dari sang kekasih-Haechan.

"Apa kau juga akan menyalahkanku Hyung? Sama seperti kekasihmu dan keluargaku. Begitu kan?" Ujar Jeno dengan suara beratnya namun sedikit terdengar lantang.

"Aku tidak berpihak kepada siapapun disini, aku juga tidak menyalahkanmu Jen...tapi aku hanya ingin menyampaikan sesuatu untukmu"

Jeno lagi-lagi dibuat bingung dengan tutur kata Mark yang begitu serius, bahkan wajah pria itu tak menampilkan ekspresi apapun kecuali datar seperti dinding rumahnya.

"Saat aku dekat dengan Seunghan saudara kandung jauh Jaemin. Dia kebetulan menjalin kontrak dengan pak Direktur Lee, jadi kita saling kenal dan akrab. Saat aku mengenal saudara kekasihmu itu, dia selalu menceritakan tentang Jaemin...

Dulu keluarga mereka berdua tak pernah dekat karena da satu masalah yang membuat kedua keluarga tersebut tak pernah memandang satu sama lain. Dulu ayah Jaemin tah pernah pulang kerumah karena urusan bisnisnya.

Sedangkan Ibunya dulu pernah berselingkuh saat Jaemin pertama kali bekerja di gedung ini. Asal kau tahu, Jaemin tak pernah mendapatkan cinta dari kedua orang tuanya. Dia tumbuh dari kecil hidup dengan mandiri.

Hanya saja Jaemin tak pernah memperlihatkan sisi betapa kesepian dirinya. Dan saat itu Seunghan pun ikut iba karena keadaan keluarga Jaemin, pria itu membantu membangun titik hancurnya rumah tangga menjadi harmonis kembali seperti semula.

Disana Jaemin mulai merasakan kebahagiaan walau sementara. Kini dia harus kehilangan satu sosok orang tuanya setelah kembalinya hubungan yang dekat itu..."

Jeno mendengarkan cerita Mark dengan begitu seksama, pria itu terus menatap cara Mark biacara dengan jujurnya. Hatinya terasa begitu ngilu mendengar cerita kehidupan sosok Na Jaemin.

Pria yang dimatanya selalu ceria dan tak pernah sedih bahkan ternyata memendam banyak luka di dalamnya.

Mark menatap Jeno dengan sebuah harapan kecil. "Kau paham kan maksudku?...aku percaya padamu bahwa foto itu hanya sebuah kesalah pahaman, aku tau pergaulan sydney itu seperti apa, dan aku mengenal Shion dengan baik disana...

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now