23

4.8K 288 18
                                    

Jeno mengerutkan keningnya saat pejaman mata nya terganggu karena sinar lampu, dia lamat-lamat membuka matanya, ada sedikit rasa pusing di kepala.

Dia menatap sekitar ke seluruh ruangan, matanya membelalak kaget saat dia berada di kamar, dia merasakan ada tangan yang melingkar di pingangganya. Jeno lantas langsung menepis tangan tersebut.

Untuk saat ini seluruh bajunya masih melekat di tubuhnya, mungkin hanya dua kancing kemeja yang terlepas menampilkan dada bidangnya. Lalu dia menatap ke samping, di sana ada Shion yang sedang tertidur pulas.

Jeno langsung menganbil ponselnya di atas nakas, dia menatap beranda ponselnya, jam menunjukan pukul sembilan malam, lantas dia langsung bergegas untuk beranjak.

"Sial, Shion menjebaku" Gumanya.

Jeno keluar dari kamar tersebut dan langsung menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja ruang tamu, dia langsung berlenggang keluar unit apartemen tersebut.

"Bodoh sekali aku, pasti Jaemin menungguku tadi"

Setelah menelusuri beberapa lorong dan lift, akhirnya Jeno sampai ke dasar gedung, yaitu parkiran bawah tanah, dia langsung menemukan mobilnya setelah membunyikan kendaraan tersebut.

Tanpa basa-basi, Jeno masuk kedalam mobil dan langsung menancap gas dan keluar dari gedung tersebut.

...

"Kau yakin? Tidak mau aku temani sebentar?" Haechan yang sudah berada di latar rumah Jaemin hanya bisa khawatir.

"Tidak usah, lagian Manager Mark sudah menjemputmu kan?" Jawabnya seraya menatap mobil yang tak asing terparkir di depan rumahnya.

Haechan mengerucutkan bibirnya, lalu dia terpaksa mengangguk dan salam perpisahan mereka.

"Aku pergi dulu ya" seru Haechan yang sudah berjalan menuju mobil sang kekasih, Jaemin melambai sebagai jawaban.

Setelah Mark membunyikan klakson mobilnya, kendaraan tersebut langsung keluar dari halaman rumahnya, pergi menjauh sampai hilang dari pandanganya.

Jaemin menghela nafas kasar, setelah kepergian Haechan terasa begitu sepi suasananya. Karena hari sudah mulai gelap, Jaemin memutuskan untuk mengunci gerbang rumahnya dan tak lupa mengunci pintu dan berlenggang masuk.

Setelah mematikan semua lampu, Jaemin langsung naik ke atas menuju kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, manyibak selimut yang menganggu kenyamananya.

Lantaran merasa ada yang ganjal, Jaemin mengecek ponselnya kembali, tidak ada notifikasi dari aplikasi apapun, kecuali pesan kuota gratisanya.

"Apa Jeno mungkin lupa. Ah iya, dia pasti lupa" gumanya.

Ada perasaan sedikit kecewa, sebenarnya Jaemin bukanlah orang yang mudah mengumpat bahkan tak peduli, justru hatinya bisa saja selembut kain kapas, dan kesabaranya melebihi tebalnya batu bata.

Lalu Jaemin memutuskan untuk tidur, melupakan apapun yanh mengganjal di pikiranya, mulai memejamkan mata karena kantuk yang sudah menyerangnya.

...

Mobil Jeno terparkir di depan rumah Jaemin, dia menatap rumah tersebut sudah gelap karena lampu yang sudah mati. Lantas Jeno langsung menyambar ponselnya yanh ada di samping pengemudi, dia langsung menyambungkan telepon kekasihnya.

Namun tak ada jawaban.

"Dia tidak kecewa kan? Arghh aku ini kenapa sih" Jeno mengacak surai rambutnya, dia benar-benar frustasi karena hal bodoh yang dia lakukan.

"Besok ada jadwal meeting, aku tidak bisa menemuinya. Ah, kirim pesan dan makanan saja besok" Jeno menyungging senyum tipis, dia berharap Jaemin tidak merasa kesepian lagi.

Lalu Jeno memutuskan untuk melajukan mobilnya, meninggalkam rumah sang kekasih.

Singkat cerita.

Mobil Jeno sudah berada di dalam garasi rumah orang tuanya, karena mabuk yang masih menyerang, dia akan memutuskan tidur di rumah kediaman orang tuanya, mungkin perjalanan dari rumah Jaemin ke Apartemenya sangat jauh di bandingkan rumah orang tuanya.

Jeno membuka pintu besar berwarna putih tersebut, dia langsung di hadapi dengan Donghae yang sedang duduk di kursi ruang tamu sedang membaca koran.

"Apa mengantar Shion membutuhkan waktu sampai larut malam seperti ini?" Tanya Donghae ketus.

Jeno meneguk ludahnya sendiri, dia teringat saat dia bangun dari ranjang Shion, dia merasa hal itu sudah salah dan menghianati kekasihnya, bagaimanapun juga Shion adalah Submisive.

"Shion memaksaku untuk menemaninya, aku benar-benar tidak tahu akan larut dalam kantuku dan berakhir ketiduran di unit apartemenya" Balas Jeno, dia langsung berlenggang melewati sang ayah setelah mendengar jawaban deheman.

Dia menelusuri tangga untuk menuju ke lantai atas. Saat tangga terakhir dia injak, Chenle langsung keluar dari bilik kamar, menatap Jeno sangat tajam.

"Hyung, kau bau alkohol" kata Chenle seraya mengikuti langkah Jeno kearah ruang tv lantai atas.

"Aku lelah, jangan membuatku pusing" Saut Jeno, dia melangkah ke sofa ruang televisi dan Chenle duduk bersebelahan denganya.

"Tidak, aku hanya ingin tanya. Bagaimana? Kau tidak tidur dengan jalang itu kan?"

"Jaga bicaramu" Jeno langsung menatap Chenle tajam.

"Aku hanya tanya, kenapa Hyung jadi emosi? Kau seperti pencuri ketangkap basah kalau begitu" Chenel memutar bola mata malasnya, sedangkan Jeno gelagapan.

"Dia...dia menjebaku, Argh sial"

"Jauhi Shion, aku tau kau masih terpengaruh dari minuman alkohol. Mandilah agar wajahmu lebih segar dan bisa berpikir jernih, besok ada jadwal meeting, istirahatlah" ujar Chenle seraya beranjak dan masuk ke dalam kamar.

Jeno termenung akibat perkataan Chenle. Menurutnya ini benar-benar salah, walau hanya tidur dan bermalam di rumah Submisive sudah termasuk bermaim di belakang kan?

Tak mau berpikir lama, Jeno memutuskan mandi dan setelah itu istirahat.

...

Shion bangkit dari tidurnya, lalu dia menyeringai melihat seseorang sebelumnya berada di dekapanya kini hilang entah kemana.

Wajahnya selalu menyungging senyum nakal, tanganya langsung meraih ponsel yang berada di sampingnya. Shion tampak mengetikan sesuatu di atas benda pipih itu, dan menarik sampai di depan telinga.

"Sayang~" rengek Shion saat ponselnya terhubung dengan sosok di sebrang sana.

"Ada apa? Kau belum tidur? Aku masih di klub"

"Apa kau sibuk?"

"Aku sudah bilang, aku di klub. Mau ku temani?"

"Apa boleh?"

"Tentu, kirimkam alamatmu, aku akan kesana. Kita habiskan malam ini dengan kegiatan panas"

"Baiklah, aku juga butuh kehangatan sementara"

Teleponya dia tutup dan langsung masuk ke dalam kamar mandi yang terpangpang di dalam kamarnya, dia bergegas untuk membersihkan diri, mempersiapkan tubuhnya sebersih mungkin untuk menyambut sosok yang berada di telpon sebelumnya.

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now