20

6.1K 364 31
                                    

Mobil Jeno terparkir di halaman rumah kediaman orang tuanya, mereka di sambut hangat oleh orang tua Jeno. Tentu saja karena kedatangan Shion, selama sepuluh tahun tak bertemu dan tak tahu kabarnya.

Saat Shion keluar dari mobil, dia menghamburkan tubuhnya untuk memeluk Tiffany dengan rindunyan dia tersenyum cerah mendapati Shion yang memluknya dengan hangat.

"Bibi...aku benar-benar rindu" reengek Shion menatap netra mata yang lebih tua.

Tiffany terkekeh dan mengusak rambut Shion. "Kamu akhirnya pulang, Bibi rindu sekali padamu. Kamu menghilang begitu saja saat itu" jelasnya membuat Shion menatap kearah Tiffany dengan sendu.

"Maaf Bi, Ayah menyuruhku untuk ke Sydney menemani beliau"

"Sudahlah, jangan drama di depan pintu" Saut Jeno seraya menarik koper Shion dan berlenggang menuju kedalam rumah.

Tiffany dan Shion mengangkat bahu tak acuh, lalu keduanya masuk kedalam rumah. Kini Shion duduk di ruang tamu seraya mengobrol dengan keluarga besar Jeno.

Kebetulan Donghae sedang ada di rumah, mereka mengobrol hangat tentang Shion, ketiganya tertawa bersama. Jeno menatap kearah keluarganya, suasanaya begitu bahagia, tapi wajahnya datar karena memikirkan suatu hal.

"Jadi, Ayahmu menyuruhmu untuk tinggal di sini? Mungkin Jeno bisa membantumu untuk mencari Apartemen" timpal Donghae.

Tiffany mengangguk. "Beli Apartemen yang dekat dengan Jeno. Kalau butuh apa-apa tinggal katakan saja pada Jeno"

Chenle yang mendengar suara ribut di lantai bawah, lantas dia langsung keluar kamarnya dan menuruni anak tangga, matanya terkejut melihat seseorang yang kini jauh dari keluarganya duduk dengan santai berbicara dengan orangtuanya.

Shion menoleh saat mendengar langkah kaki dari tangga, matanya tak kalah terkejut bagaimana Chenle menatapnya dengan datar. "A-Ah Chenle, dia tumbuh dewasaya" guman Shion.

Chenle menghampiri ketiganya dengan raut wajah tak suka, lalu dia memutuskan untuk berlenggang kearah dapur tepat Jeno berada dengan melewati Shion tak acuh.

"Ah, dia memang kurang sopan" Timpal Tiffany seraya menggaruk tenguknya karena malu. "Bagaimana kehidupanmu di Sydney?" Sambungnya.

Lalau Shion menceritakan semua yang dia alami di negara yang pernah dia tinggali, Tiffany mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian.

Sedangkan suasana di dapur tampak mencekam karena Chenle terus memperhatikan gelagat Shion di arah kejauhan. Jeno yang melihat Chenle meremat botol minumanya hanya bisa menggeleng kepala.

"Aish, kenapa dia kembali sih?" Guman Chenle yang masih bisa di dengar oleh sang kakak.

"Hyung, kau tidak takut apa? Ibu di pengaruhi olehnya lagi?" Chenle menoleh kearah Jeno dengan wajah kesal.

"Ibu terasa begitu bahagia melihatnya, kalau dia benar-benar berniat jahat pada keluarga kita seperti dulu. Aku tidak akan beridiam diri" monolog Jeno.

"Maka dari itu sebaiknya kita musnahkan saja parasit itu, sungguh menyebalkan"

"Jangan seperti itu, mau bagaimanapun Shion sudah menjadi keluarga dekat kami" katanya, lalu Jeno menghampiri ruang tamu dan duduk di samping Shion.

Shion dengan wajah berbinar menoleh saat Jeno duduk di sampingnya. "...dan juga, Jeno sekarang sangat tinggi ya, dan tampan. Dulu aku sering mengejeknya karena matanya yang sipit dan kepolosanya. Bahkan Jeno sering menggunakan kacamata di sekolah" Kata Shion.

"Iya, dia tumbuh menjadi pria dewasa sekarang. Bahkan dia sudah berani mengencani seseorang" kekeh Donghae.

Raut wajah Shion berubah, dia tau sekarang. "Wah, pasti kekasih Jeno sangat cantik dan baik...aku jadi iri, eum aku penasaran denganya"

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now