27

4.3K 265 6
                                    

Jeno sudah tak mampu menahan rasa kesalnya, saat mobilnya terparkir di depan rumah orang tuanya, Jeno sudah di sambut oleh sang Ayah yang menunggunya di depan pintu.

Alisnya mengkerut, lantas Jeno keluar dari mobil dan berjalan menghampiri.

Plak

Dia tersentak saat tangan sang ayah mendarat di pipinya sangat keras, tubuhnya terhuyung kebelakang dan tanganya ikut membelai bekas tamparan yang hampir me merah.

"A-Ayah, ini bukan..." katanya terpotong saat melihat Shion keluar dari rumah dan berdiri di belakang Donghae.

Rahangnya mengeras melihat pria itu tampak santai berpenampilan seolah ingin ke kondangan.

"Untuk apa aku memberi kesempatan untuku mu Jeno? Kau menyia-nyiakan nya, lantas Jaemin akan bagaiaman? Kau tidak memikirkan dia?" Donghae langsung melemparlan kata-kata yang membuat Jeno kebingungan.

"Apa? Ini hanya kesalah pahaman, aku tidak benar-benar menidurinya ayah, jangan mudah percaya padanya" belanya, seraya menunjuk kearah Shion dengan wajah tajam.

"Lalu? Dia hamil Jeno!"

Jeno membisu, dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Bayanganya selalu tertuju saat Jaemin memluk Hyunjin begitu erat sebelumnya, hatinya kacau, Jeno sudah di kuasai oleh kecemburuan.

Dia akui dia yang salah, tapi apakah Jaemin tau perasaanya saat ini? Lalu Jeno datang untuk memberi kehangatan dalam tangisnya, kenapa harus orang lain di poisisinya?

Jeno tidak bisa berpikir lagi, dia kacau, rasanya begitu tidak adil baginya. Laki-laki itu sungguh licik untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, Jeno benci itu.

"Aku akan bertanggung jawab" katanya lalu berjalan kearah Shion, memcondongkan dadanya agar lebih dekat dengan pria pendek itu. "Kau puaskan?" Sambungnya, disana Jeno langsung berlenggang pergi kedalam mobilnya dan langsung melajukan dengan kecepatan tinggi, meninggalkan rumah yang begitu dia benci saat ini.

Rasanya Jeno ingin berteriak sekarang, geitu bodohnya dia saat ini. Lalu hatinya terporak seperti hancur, walau hanya sebuah pelukan hangat yang mereka lakukan, itu adalah hal yang ingin Jeno lakukan ketika sang pujaan sedang mengalami keterpurukan.

Dia membantin stir nya, sesekali memukul benda lingkaran tersebut, pikiranya saat ini kacau, harus pulang kemana dia saat ini? Hidup sendiri dan memikirkan asmaranya yang kini sudah tidak jelas lagi.

...

Mobil yang di kendarai Seunghan terparkir di depan rumah kediaman Yoona, kini dia sebagai saudara laki-laki Jaemin mengantar Yoona untuk menyusul putranya.

Yoona dengan khawatir langsung keluar dari mobil setelah Seunghan membukakan pintu mobil tersebut, dia bergegas kedalam rumah.

Jaemin yang masih memeluk Hyunjin langsung tersentak saat Yoona membuka pintu rumah, sang ibu langsung menghampririnya dengan wajah penuh keringat dan khawatir.

"Syururlah kamu baik-baik saja" Yoona menghela nafas leganya, lalu dia mematap Hyunjin yang lebih tinggi darinya.

"Trimakasih sudah mengantarkan dan menjaga putra saya" sambung Yoona menunduk kearah Hyunjin.

Hyunjijn yang tak enak hati setelah wanita yang lebih tua darinya menunduk kearahnya, Hyunjin hanya bisa gugup. "A-Ah tidak apa-apa Bi, Nana kan teman dekat saya juga" katanya.

Di balik kata-kata Hyunjin, punya arti yang berbeda, dimana dia masih berharap pada pria manis itu, yang kini masih sesegukan di dalam dekapan sang ibu.

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang