25

4.8K 296 62
                                    

Jeno mendelik menatap benda kecil panjang tersebut, dia menatap Shion tak percaya. Ekspresinya berubah menjadi tajam.

"Kau?... K-kau hamil?" Jeno terhuyung kebelakang sangking tak percayanya, saat tiba di apartemen Shion dia langsung di kagetkan dengan alat cek kehamilan yang Shion berikan.

"J-Jeno...malam itu, kau dan... Dan.. Aku" Shion tertunduk seraya terisak kecil.

"Siapa? Aku? Kau mau menuduhku bahwa aku yang menghamilimu? Jangan gila! Malam itu aku tak menyentuhmu, aku pulang dalam keadaan pakaian yang masih melekat di tubuhku" Sarkas Jeno, lalu dia membanting alat kehamilan tersebut ke lantai dengan keras.

Shion tersentak, lalu dia memebekap mulutnya tak percaya. "Kenapa kau begitu yakin kalau kita tak melakukanya? Malam itu kau mabuk, dan aku... Aku terbawa oleh nafsu"

"Omong Kosong macam apa itu?! Aku masih mengingat malam itu, walau masih terasa buram. Kau yang menyentuhmu dasar jalang! Kau pikir aku bodoh?!"

Shion semakin terisak, beridirnya limbung, tak mampu menahan rasa lemah di tubuhnya. "Kenapa kau sangat membenciku sepertinya? Kau mau mengelak, aku bahkan punya bukti kalau kaun ingin tau!!" kini nada Shion lebih tinggi.

Mata Jeno membelalak saat Shion mengatakn bahwa dia punya bukti. "Sial, kau benar-benar gila" tanpa menunggu jawaban Shion, Jeno langsung membanting pintu dengan keras, meninggalkan Shion.

Bukan Shion namanya kalau tidak berusaha lebih keras lagi, nyatanya pria itu mengikuti setiap langkah Jeno pergi dari apartemennya.

Saat pria itu masuk kedalam mobil, Shion langsung mencegah taxi yang melewatinya.

"Pak, tolong ikuti mobil di depan sana" turur Shion, si sopir taxi hanya menurut.

Jeno tau, bahwa Shion tengah mengikutinya, dia membanting stir dan menggebraknya berkali-kali. "Apa?! Itu tidak mungkin benar. Aku tidak melakukan apapun padanya" dia berteriak di dalam mobil seraya melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal.

Beberapa perjalanan yang dia tempuh, akhirnya Jeno sampai pada kediaman orang tuanya, dia menunggu taxi yang baru saja sampai di depan rumahnya. Setelah melihat Shion keluar dan membayar taxi tersebut, Jeno langsung menarik tangan Shion dan membawa tubuh kecil itu untuk masuk kedalam rumahnya.

"J-Jen sakit..." rintih Shion saat tanganya di cengkram kuat oleh tangan kekar Jeno.

Seolah tuli, Jeno langsung membawa Shion menuju kedalam rumah dan langsung berjalan menuju ruang tengah. Disana para maid panik, begitu pula Tiffany yang sedang berada di dapur terpaksa harus melihat keadaan di ruang tengah.

"Ada apa ini Jeno?!" tanya Tiffany dengan keras.

Bisa di lihat saat Jeno melepas tangan Shion dengan kasar, Shion langsung merintih kesakitan seraya membelai lengan tanganya yang me merah.

"Jen..."

"Cukup! Jangan omong kosong, dan katakan yang sebenarnya" Jeno menatap Shion dengan tajam tanpa mengiraukan ruang tengah yang sudah ramai oleh maid.

"Kau ingin aku mengatakan sebenarnya?" kini nada Shion tak kalak tinggi, lalu pria itu mendekat kearah Jeno dengan wajah penuh amarah. "Aku hamil, Aku hamil dan kau adalah ayah dari anak yang aku hamilin. Kau puas?"

Tiffany membelalak kaget, dia tak percaya apa yang baru saja Shion katakan.

Plak.

"Jeno!" kemudian Tiffany terkejut saat tangan kekar Jeno melayang mendarat di pipi Shion, menampar pria tersebut dengan keras.

"Ibu, dia seorang pembohong. Dari dulu dia hanya memanfaatkan keluarga kita"

"Sudah cukup kau membela diri lagi Lee Jeno, posisi yang benar-benar hancur disini adalah aku. Kita bercinta malam itu, dan kau tidak mengaku? Kau benar-benar brengsek"

Love With Boss | NominNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ