19

7K 395 20
                                    

Setelah selesai sarapan keduanya memutuskan untuk jalan pagi di daerah taman tak jauh dari rumah Jaemin. Kini keduanya mengobrol di tengah keramaian taman, banyak anak kecil yang berlalu lalang.

"Jeno, lihat ada gula kapas" Jaemin menunjuk kearah stand yang dia temui di sana.

"Kau mau?" Jaemin mengangguk, lalu dia menggandeng tangan kecil itu menuju penjual gula kapas yang di maksud Jaemin.

Saat sampai di stand tersebut, Jaemin menunggu di tempat duduk pinggir taman seraya menunggu sang kekasih. Jeno dengan langkah sumringah menghampiri Jaemin dan duduk di samping pria pendek itu seraya mengasihkan gula kapas yang baru dia beli.

"Trimakasih" dengan semangat Jaemin mengambil gula kapas tersebut dan memakanya perlahan, tangan yang kecil itu menarik kapas manis dengan wajah berbinar.

Sedangkan di dominan tak luput menatap si manis dengan wajah gemasnya, sangat cantik dan lucu.

"Sebenarnya aku berpacaran dengan anak kecil?" Monolog Jeno, sedangkan Jaemin menoleh sebal.

"Satu gigitan boleh ya?" Jeno menunjuk kearah gula kapas tersebut dengan penuh permohonan.

Jaemin tampak berpikir untuk merelakan setengah gula kapasnya untuk sang kekasih. "Sedikit saja" peringat Jaemin.

Jeno mengangguk lalu menggigit ujung gula kapas, setengah gula itu hampir tandas di mulutnya.

"Ish, itu namanya tidak sedikit bodoh" gerutu Jaemin, Jeno terkekeh dan mengusak surai rambut coklat Jaemin dengan gurauan.

Mereka menikmati suasana yang sejuk di pagi hari, ada pemandangan yang indah di depan mata. Dimana ada satu keluarga kecil yang sedang bercanda gurau. Si anak kecil tengeh berada gendongan sang ayah, dan ibunya terngah membuat candaan untuk keduanya.

Jeno menatap keluarga yanh tampak bahagia di sebrang sana, lalu dia menoleh kearah Jaemin yang memperhatikanya.

"Nanti kita seperti mereka" ujar Jeno dengan senyum bulan sabitnya.

"Eum, tidak maksudku itu masih lama kan" Jaemin menjawab dengan nada terbata-bata dan memalingkan wajahnya.

Jeno memincingkan kepala melihat respon sang kekasih. "Apa kamu tidak mau menikah denganku? Dan hidup bersama dengan anak kita kelak?" Tanya Jeno.

Jaemin menghela nafasnya dan mencoba menatap mata hazel Jeno dengan lekat. "Bukan begitu, mungkin sebuah kisah keluarga dari pandanganmu sangat menyenangkan. Tapi tidak denganku Jeno...aku takut tidak sesuai ekspetasiku"

"Kenapa? Aku janji akan membuatmu bahagia bersama keluarga kecil kita. Aku serius padamu, bahkan ibuku merestui hubungan kita sejak pertama bertemu denganmu"

"Kalau aku mengatakan aku ingin kita segera menikah bagaimana?"

Jaemin sedikit tersentak dengan ucapan Jeno, terdengar seperti sebuah lamaran kecil. Jujur ini sangat cepat walau mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama.

"Jeno..."

"Orang tua ku sangat keras padaku, apalagi ayah. Dia orang yang takut jika aku jauh dari keluarga, aku jarang bersosialisasi sebenarnya aku orang yang pendiam dan penurut. Dari dulu aku tak pernah lepas dari pandangan keluarga, aku hanya takut kehilangan mereka karena aku pernah merasakanya..."

"...tapi jika kamu benar-benar serius denganku, maka perjuangkan cintamu dan berusaha membuat hati orang tuaku menerima hubungan kita...Ah, lebih tepatnya ayahku"

Jeno menepuk pundak Jaemin dengan belaian halus, laku tangan lainya dia biarkan untuk menggenggam jemari lentik milik si manis dengan ntra mata yang saling bertemu.

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now