28

5.1K 367 21
                                    

Tiga hari berlalu, setelah kejadian itu, Jeno tak pernah menampakan atau memberi kabar lewat apapun dari ponsel maupun bertemu. Pria itu menghilang setelah dia merasakan betapa sakitnya menjalani hidup tanpa orang yang dia sayangi.

Jaemin? Dia bisa apa sekarang, kacau hidupnya, dia bukan orang kuat yang menjalani kehidupan seperti ini, pikiranya terus mengenang sang Ayah yang sudah tenang di alam sana.

Dia terus memandang jendela dengan tatapan kosong, berharap mobil yang sudah remuk menjadi seperti semula dan terparkir di rumahnya.

Tok tok tok

Pintu kamarnya di ketuk, atensi Jaemin langsung teralih setelah mendengar ketukan pintu, namun tak ada niatan untuk membukanya.

"Sayang, kamu belum makan sejak kemarin" disana suara Yoona terlihat serak dan begitu lirih. "Keluar lah sebentar untuk makan, jangan mengurung diri"

Setelah itu tak ada suara lagi, Jaemin menghela nafas kasar setelah mematap kearah jendela kembali, lalu dia menyambar ponselnya yang sudah hancur karena saat itu dia banting hingga pecah setengah.

Tak tau kini harus khawatir atau di khawatirkan, Jaemin saja sudah lelah hidup tanpa seorang ayah.

...

Dan setelah keadian itu pula, Jeno tak pernah memegang layar ponselnya, dia menyibukan diri dari pekerjaanya.

Semua keluarganya menghindar saat ini, Chenle pun, pria itu tak pernah terlihat setelah kejadian saat itu, entah adiknya itu kemana.

Shion? Pria itu sekarang semakin lancang mengunjungi apartemenya seperti tak tau malu, setelah Jeno mengatakn bahwa dia ingin bertanggung jawab atas kejadian itu, Shion tampak ceria dan senang mengganggu hidupnya.

Pernikahan mereka akan diadakan secara mendadak lusa nanti, ini bukan yang Jeno inginkan. Tapi mungkin ini jalan terbaik, takdir yang begitu menyiksanya.

Hari ini awan tampak menggelap dari luar jendela ruangan kerjanya, lamat-lamat turun tetesan air yang begitu deras. Pandanganya menatap kearah ponsel, tidak ada pesan sama sekali.

Dia bertanya-tanya, kenapa sang kekasih tak memberi kabar padanya? Kini, dia sudah terlanjur kecewa untuk semuanya.

Saat dentingan laptop miliknya melengkapi kesunyian ruangan, tiba-tiba pintu ruanganya di ketuk menandakan ada seseorang yang akan datang.

Jeno menoleh kearah pintu. "Masuk"

Saat pintu terbuka, ada rasa benci setelah mengetahui siapa yang datang untuk menemuinya. Pria berbibil tebal yang menjadi bencinya saat ini.

Hyunjin berjalan menghampiri seraya membawa sebuah lampiran dokumen, lalu dia menaruh dokumen tersebut di atas meja kerjanya. "Ini dokumen yang presdir inginkan" katanya.

"Ya, kau boleh keluar" tanpa menoleh Jeno menjawab dengan nada ketusnya.

Namun alisnya bertaut menatap Hyunjin yang masih berdiri di hadapanya. "Ada yang ingin kau bicarakan?" Ujar Jeno kemudian.

"Maaf presdir, saya lancang. Mungkin saat itu anda kecewa melihat kekasih anda memeluku saat masa terlukanya, seharusnya anda di posisi saya saat itu. Tapi aku tidak merasa kalau tindakan saya adalah salah, anda disini yang brengsek" jelas Hyunjin.

Jeno mengerutkan alisnya bingung, rasa kesal pun ada, dimana pria di hadapanya mengatakan bahwa dia adalah pria brengsek? "Apa maksudmu?"

Love With Boss | NominDonde viven las historias. Descúbrelo ahora