04

12.9K 776 40
                                    

Tok tok tok

"Masuk" Jeno mengernyitkan dahinya melihat orang yang membuka pintu ruanganya, ternyata Haechan, tumben sekali.

"Maaf mengganggu waktu presdir. Saya tidak tau mulai dari mana, tapi tindakan anda keterlaluan presdir, aku tidak tahu apa yang di lakukan anda, tapi Hyunjin memberitahuku semua" Haechan menunduk sopan dan berdiri di hadapan meja kerja Jeno.

Sambungnya,"Maaf kalau saya lancang, walau Jaemin punya banyak kesalahan tapi maafkan-"

"Saya minta maaf untuk semuanya, ini bukan masalah serius, kuharap kau tidak khawatir, tidak ada tindakan kekerasan yang terjadi. Jadi apa Jaemin masih di kantor?" Tanya Jeno, Haechan mngernyitkan dahinya mendengar penuturan Jeno, sungguh? Presdirnya minta maaf?

"Jaemin ijin pulang untuk istirahat, katanya dia tidak enak badan" jawab Haechan lagi-lagi tertunduk, takut kali ini dia yang di salahkan.

"Dimana alamat rumahnya? Bisa kau beritahu?" Ujar Jeno dia gesit langsung menata kertas serta bolpoin siap untuk mencatat.

"H-He? Bagaimana presdir?" Haechan hampir saja tersedak ludahnya sendiri, tidak yakin dengan ucapam atasanya.

"Dimana alamat rumahnya? Aku akan menjenguk? Kau dengar atau tidak?" Kini Jeno berkata dengan penuh penekanan, tak mau basa basi. Kemudian Haechan memberi alamat itu kearah Jeno, Jeno dengan sigap menerima lalu mengantonginya di kemeja mengingat jas nya masih belum di kembalikan oleh Jaemin.

"Bukankah Presdir sudah pernah mengantar Jaemin?" Ujar Haechan.

"L-Lupa" balasnya datar tapi masih terasa gugup, sungguh memalukan, akibat terlalu fokus pada Jaemin, dia jadi pelupa.

"Kembali bekerja, kau tidak mau ku pecat kan?" Jeno memasang wajah datarnya lagi membuat Haechan menunduk takut lalu keluar dari ruangan tersebut.

...

Cklek

"Aku pulang" Jaemin melangkah ke ruang tamu, melihat Bundanya sedang duduk bersantai seketika langsung menghampiri tubuh lemas itu.

"Astaga, ada apa sayang?" Yoona merangkul pundak itu untuk duduk di sofa bersamanya, lalu menatap Jaemin dengan khawatir.

"Aku ijin pulang karena kepalaku pusing" balasnya, lalu kepala itu di jatuhkan tepat di pangkuan Yoona.

Yoona menghela nafas, dia selalu berfikir, apa pekerjaan di kantor sangat berat hingga membuat Jaemin selalu mengeluh pusing? Dia sangat khawatir, apalagi Jaemin punya riwayat anemia.

"Bagaimana kalau berhenti bekerja saja? Sudah ada ayah kan yang mencukupi ekonomi kita?" Yoona lagi-lagi khawatir, tidak satu atau dua kali dia menyuruh Jaemin berhenti bekerja, sebab daya tubuh Jaemin sangat lemah.

"Tidak Bunda, aku ingin mandiri. Jangan di pikirkan, aku akan istirahat di kamar" Jaemin beranjak, sebelum pergi dia sempat mengelus punggung tangan Yoona agar dia tidak khawatir.

Tapi tetap saja, Yoona selalu merasa Jaemin itu anak yang lemah dalam hal apapun, dia selalu memanjakanya dari kecil, sulit untuk tidak khawatir.

Jaemin menaiki tangga untuk sampai di kamarnya, ketika pintu kamarnya dia buka, dia langsung merebahkan tubuhnya di sana. Jaemin terlentang menatap langit-langit kamar, ini sungguh bukan yang dia inginkan.

Ciuman itu seperti sihir yang membawa dia tak sadar beberapa menit, tapi tetap saja itu sebuah kesalahan, berciuman dengan presdirnya itu salah. Mengingat mereka yang jauh berbeda, Jaemin tidak ingin jatuh lebih dalam.

Jaemin menyentuh bibirnya, kenyal dan dingin. Dia masih bisa merasakan lidah itu melumat lidahnya kasar, ada sensai baru yang dia belum pernah rasakan. Seperti ada banyak kupu-kupu yang bersarang di perutnya.

"Jangan gila Jaemin!" Gumanya memukul kepala itu dengan keras, lalu kemudian menjambak rambut sampai dia berfikir kalau semuanya adalah mimpi, mimpi berciuman dengan pangeran, dan dia kataknya.

Seolah ciuman yang dia ingat membuat dia mengingat semua hari yang telah dia lewati bersama Presdirnyan hari yang membuatnya tidak merasa sepi.

Bohong kalau Jaemin tidak suka dengan Jeno, wajah tampan itu di kagumi banyak orang, tapi Jaemin tau akan satu hal, mereka berbeda, Jaemin berasal dari keluarga biasah dan Jeno adalah anak CEO yang sukses dalam bisnisnya.

Jaemin tidak marah atau menyesal, tapi dia takut, takut perasaanya tiba-tiba berubah menjadi rasa suka yang kapan saja bisa membuatnya sakit dan terjatuh sedalam dalamnya.

Kembali ke kenyataan, tak mau berfikir panjang Jaemin memutuskan untuk memejamkan matanya, istirahat dengan tenang tanpa gangguan.

Tok tok tok

"Sayang, ada yang ingin bertemu denganmu di luar" 

Suara itu terdengar dari luar kamarnya, lalu Jaemin beranjak duduk di sisi ranjang. Siapa yang mengunjungi rumahnya? Mengingat dia tidak punya janji selain dengan Haechan, ah, mungkin Hyunjin, pemuda berbibir tebal itu pasti khawatir.

Sebelum keluar kamar, Jaemin mengganti pakaiannya, mengganti dengan pakaian santai. Tentu saja yang di pilih adalah Hoodie oversize dan celana training. Lalu dia keluar kamarnya dan menelusuri tangga untuk ke lantai bawah.

Doeng

Matanya tertuju pada seseorang yang duduk di ruang tamu yang sedang asik mengobrol dengan Yoona, bisa dilihat Yoona tersenyum tulus dari setiap kata yang diucapkan oleh orang itu.

"P-Presdir?" Sungguh, ini bukan dugaan Jaemin, Jeno duduk di ruang tamu dengan senyum merekah setelah kejadian tadi? Selain bermua dua, dia juga tidak punya muka!

Yang bener mana?

"Jaemin, duduklah. Bunda ingin keluar sebentar, mencari angin" Yoona sengaja keluar rumah membiarkan mereka berdua di dalam satu ruangan yang sama, entahlah apa magsutnya.

Jaemin duduk di samping Jeno, satu sofa dengan jarak yang sangat jauh. Jeno berdehem untuk menghilangkan kacanggunganya, lalu dia menatap Jaemin yang tidak berhenti menunduk.

"Jaemin-"

"Aku sudah memaafkan presdir, anggap saja kejadian tadi tidak pernah terjadi, aku yang seharusnya minta maaf, aku pulang tampa memberitahumu terlebih dahulu" Jaemin memotong perkataan Jeno, lalu dia menatap Wajah itu dengan tatapan permohonan.

"Jas ku" balas Jeno.

Sial, wajah Jaemin me merah, sungguh malu sekali. Apaan tadi? Panjang kalimat yang dia jelaskan, presdir sialan ini malah mengingatkan kesalahan yang Jaemin perbuat. Ingin sekali terbang dari bumi.

"A-Ah, maaf aku belum sempat menyucinya presdir, akan ku kembalikan besok pada presdir" Jaemin menunduk kembali tampa menoleh menatap netra mata itu.

"Aku minta maaf untuk kejadian tadi, seharusnya aku tidak memciumu dalam keadaan cemburu" kini Jeno menatap wajah itu dengan tulus, seketika Jaemin terbius dengan kata-katanya.

"A-Apa presdir? C-Cemburu?" Gugup Jaemin, sial jantungnya selalu berdegup kencang.

"Ya, aku cemburu melihat kedekatan kau dan rekan kerjamu. Apa boleh kau ku pindahkan ke ruanganku?" Balas Jeno kini lebih tulus.

"J-Jangan bercanda Presdir, tidak mungkin. Anda tidak bilang menyukai saya kan? H-Haha" Jaemin menggaruk tenguknya karena malu.

"Memang salah kalau aku menyukaimu? Setidaknya aku berkata jujur, aku minta maaf atas kejadian tadi, sangat gegabah"

Jaemin melongo, dia tak berhenti membuka mulutnya tak percaya. Di depanya ini benar-benar presdirnya atau meta human? Atau robot? Bisa jadikan tipuan belaka.

"Istirahatlah, kau pasti lelah bekerja seharian. Aku minta maaf atas kelakuanku selama ini. Aku akan kembali ke kantor, jangan lupa minum obatmu" ujar Jeno, lalu dia beranjak dan menunduk sekilas, kemudian menghilang di balik pintu.

Jaemin masih tidak percaya tentunya, jika ini mimpi, tolong tampar dia sampai tersadar dan berhenti berhalusinasi yang berlebihan, selai menjadi stresn halu juga bisa jadi gila.

Peringatan yang suka halu berlebihan mohon di kurangi, 90% manusia stres diakibatkan berhalusinasi menikah dengan orang yang tak mungkin bisa bersama.

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now