26

5.3K 341 34
                                    

Hari ini adalah hari paling menyakitkan bagi Jaemin, menyaksikan sang ayah yang sudah tertutup oleh gundukan tanah. Tangisnya pecah, dia tak kuasa menahan perihnya hati saat ini.

Sedangkan sang ibu mencoba menenangkan Jaemin, Yoona pun sama, dia tak bisa melihat Jaemin terus menangis tidak rela. Anak yang dia sayangi telah tumbuh dewasa dengan kasih sayang kedua orang tua harus merelakan kasih sayang sang Ayah tercinta.

"J-Jaemin...Jeno tidak bisa di hubungi, tapi ada pesan lain dari nomor tidak di kenal" Haechan yang turut menemani Jaemin, menyerahkan sebuah benda pipih yang baru saja dia gunakan.

Jaemin menyuruh Haechan untuk menelepon sang kekasih dan beberapa temanya agar datang ke pemakaman sang ayah.

Alisnya bertaut bingung saat Haechan mengatakan bahwa ada pesan dari nomor tidak di kenal. Dia dengan cepat mengambil ponselnya dari genggaman Haechan, dan memeriksa pesan tersebut.

Hatinya bergemuruh saat mengetahui beberapa foto di dalam pesan tersebut, jantungnya terasa berhenti sejenak tak kuasa menatap apa yang dia lihat saat ini.

Matanya membola tak percaya, dia benar-benar melihat foto Shion dan Jeno tengah berada di satu ranjang yang sama dengan pakaian terbuka. Benda pipih itu dia remat.

Rahangnya terangkat, rasanya sangat sakit. Tapi kenapa harus sekarang? Saat dia mengalami luka dan harus di tambah luka lagi sebelum di obati?

Pyaarrr

Benda pipih itu dia banting hingga remuk di dasar tanah. Di sana semua orang panik melihat wajah Jaemin memerah dan sembab.

"Na?! Ada apa sayang?" Yoona yang berada di samping Jaemin ikut khawatir karena tindakan yang Jaemin lakukan.

"Jaemin... Mungkin ini hanya salah paham, Jangan-jangan" hendak saja Haechan mengatakan sesuatu, Jaemin langsung memotong ucapannya sepihak.

"Aku tidak peduli! Dia brengsek! Dia sialan. Kenapa saat aku benar-benar membutuhkanya, dia malah bersenang-senang dengan orang lain? Sialan!"

"Sayang, tenang ada apa?" Yoona yang panik pun terpaksa beranjak dari kursi roda, namun tindakannya langsung di cegah oleh Seunghan yang baru saja tiba.

"Aku tidak peduli dengannya..."

Brugh.

"Jaemin!!" Haechan, Seunghan dan lainya langsung bergegas menangkap tubuh Jaemin yang limbung tak berdaya, dia pingsan karena terlalu keras berpikir dan kelelahan.

"Bawa Nana ke mobil, antar dia pulang" Tutur Yoona, lalu Seunghan dan Haechan mengangguk lalu membawa tubuh itu keluar dari pemakaman dan dibawa pulang untuk mengistirahatkan tubuh yang lemas tersebut.

Di sudut lain, ada Hyunjin yang menyaksikan betapa hancurnya Jaemin saat ini. Hyunjin dapat kabar dari Haechan malam itu, lalu paginya dia turut menemani pemakaman ayah Jaemin.

Di sana dia hanya memandangi setiap tangis dari keluarga mendiang, hatinya ikut hancur, tapi lebih hancur saat melihat Jaemin menerima pesan foto, dia sudah tahu lebih awal.

"Aku minta tolong, hubungi Jeno" Jaemin dengan suara lemahnya mengulurkan tangan untuk memberi ponselnya ke Haechan.

Haechan disana mengangguk, dia sudah tak berdaya untuk melarang, kemungkinan Jeno memang sibuk dia tahu bahwa presdir nya ada banyak pekerjaan hari ini dari sang kekasih.

Lalu dirinya keluar dari keramaian untuk menghubungi nomor sang presdir, lima panggilan tak ada jawaban sama sekali, dia jadi kesal sendiri.

Namun saat dia ingin kembali untuk mengatakan kepada Jaemin, dia di kagetkan oleh Hyunjin yang baru saja datang dari pintu masuk pemakaman.

Love With Boss | NominWhere stories live. Discover now