55. Keluarga Posesif (END)

7.9K 411 53
                                    

Keesokan harinya, Viona keluar dari lift di ruang makan dengan memakai piyama one piece kucing oren, rambutnya acak-acakan, dan sesekali gadis itu menutup mulutnya dengan tangan mungilnya. Ekor panjang di belakangnya bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti langkah kakinya.

"Pagi adek~" sapa Radit yang baru saja masuk setelah selesai jogging.

"Pagi abang! Hua~" jawab Viona sambil menguap. Mata bulatnya menyipit karena mengantuk.

Radit memandang gemas adik kecilnya. Piyama kucing yang kebesaran itu membuat tubuh mungilnya semakin terlihat kecil. Melihat penampilannya sekarang, orang tidak akan percaya bahwa gadis di depannya ini sudah berusia 20 tahun.

Radit menghampiri Viona dengan senyum lembut di wajahnya. Pria itu dengan nakal mengalungkan kedua tangannya di leher Viona dan mendekati wajah gadis kecil itu sambil mengendus.

Hidung mancungnya bergerak-gerak di sekitar mulut adik kecilnya. Pria itu kemudian dengan tatapan jijik mengempiskan hidungnya.

"Ih~ adek bau. Belum mandi. Pasti belum sikat gigi juga," keluh pria itu. Radit pura-pura menatap Viona dengan tatapan menuduh.

Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya. Matanya menatap Radit dengan kesal.

"Ih~ kalau bau lepasin! Ngapain rangkul-rangkul!" Protesnya seraya berusaha melepaskan tangan Radit yang berada di lehernya.

"Ih! Lepasin Abang! Katanya adek bau, kok peluk-peluk?!" Keluhnya kesal. Viona terus mencoba menjauhkan tangan Radit yang masih anteng tak bergerak.

"Hahaha!" Radit tertawa lepas, menyandarkan dahinya ke dahi adiknya tanpa peduli dengan protes gadis kecil itu.

"Pada ngaipain nih?" Sela Rendi yang baru masuk bersama Rian. Mereka baru pulang dari gym.

Melihat kedua abangnya, Viona seperti mendapat bala bantuan. Gadis kecil itu menghentakkan tangan Radit dengan paksa dan segera berjalan tertatih-tatih menuju kedua abangnya yang tubuhnya banjir keringat.

Biasanya, dia tidak akan mau dekat-dekat dengan kedua abangnya setelah mereka pulang dari gym. Tapi demi membalas Radit, dia rela menahan keringat kedua abangnya yang tiba-tiba terobsesi dengan gym ini.

Rendi dan Rian menyambut kucing kecil itu dengan penuh semangat.

Memanfaatkan keadaan, Rian langsung memeluk tubuh berbulu itu dari samping kiri. Kemudian, dengan nyaman menggesek-gesekkan pipinya ke tudung piyama Viona.

Rendi yang juga merasa gemas, memeluk tubuh mungil Viona dari arah lain dan menggosok-gosokkan pipinya ke pipi lembut Viona.

Rasanya sangat menyenangkan bisa bermanja-manja dengan kucing raksasa di pagi hari. Eh, maksudnya bermanja-manja dengan adik kecil mereka.

Viona pasrah menjadi bulan-bulanan abang-abangnya hari ini. Gadis kecil itu masih tidak melupakan tujuannya mencari mereka.

"Abang~" panggil Viona dengan mulut mengerut.

"Iya adek~" jawab kedua pria itu serempak dengan dengkuran nyaman di tenggorokan mereka setelah puas mengelus gadis kecil itu.

"Tadi kata bang Radit adek bau," keluh gadis kecil itu dengan mulut mengerucut.

Rian dan Rendi juga bekerjasama dengan adik mereka. Mereka pura-pura mengendus seperti yang dilakukan Radit tadi.

"Gak kok," ujar Rian lembut. "Adek wangi susu. Cup!" Tambah Rian sambil mengecup pipi tembem adik kecilnya.

Cup!

Rendi mengecup ujung hidung mungil Viona. "Abang Radit aja yang hidungnya terlalu deket sama mulut," kata Rendi dengan tatapan licik.

Viona (END)Where stories live. Discover now