45. Sarjana! 🎓

4K 386 18
                                    

2 tahun kemudian.

Di dalam auditorium seluas lapangan sepakbola berkapasitas 1000 orang, para wisudawan dan wisudawati sedang duduk rapi sambil menunggu detik-detik penting dalam hidup mereka di mana kerja keras selama beberapa tahun terakhir akhirnya membuahkan hasil.

Rendi baru saja kembali dari panggung setelah memberikan pidato kelulusan. Pria tampan itu dipilih sebagai lulusan terbaik tahun ini.

Di saat semua orang bertepuk tangan dan memandangnya dengan mata penuh kekaguman, pria itu justru bersikap tenang dengan tatapan datar dan dingin.

Rendi menyandarkan punggungnya di sandaran bangku.

"Kapan selesainya?" Keluhnya dalam hati.

Pria itu ingin segera menyelesaikan prosesi wisudanya agar bisa langsung terbang ke Amerika untuk menemui adik kesayangannya.

"Kalau bukan karena adek pengen liat gue foto pake toga di depan audit, sekarang gue udah di sana nemenin adek makan malam," dumel nya dalam hati lagi.

Setelah 4 tahun menempuh pendidikan di fakultas kedokteran, tibalah akhirnya hari kelulusan Rendi.

Namun, segala kemeriahan dan haru biru hari ini tidak ada hubungannya dengan Rendi.

Keluarganya tidak datang karena menemani adik kecilnya di Amerika. Radit dan Rian juga sudah terbang ke Amerika 2 hari yang lalu. Awalnya Rendi ingin melewatkan wisuda dan ikut terbang bersama kedua abangnya, tapi Viona melarang karena dia ingin melihat foto Rendi yang memakai toga.

Bohong untuk mengatakan bahwa Rendi tidak sedih. Ada sedikit rasa tidak bahagia saat melihat para keluarga yang menunggu di luar audit tadi, sementara dia sendirian.

Sebenarnya, alasan pertama mengapa Rendi tidak ingin ikut wisuda adalah karena dia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya di hari penting ini. Alasan kedua adalah karena harapannya untuk bisa berfoto dengan toga bersama adik kecilnya seperti kedua abangnya sebelumnya harus pupus.

Rendi sempat ingin menunda kuliah sampai Viona sembuh, sehingga mereka dapat berfoto seperti keinginan Rendi. Namun, tidak jadi karena dia takut adiknya akan berpikir dia buruk hingga tidak lulus-lulus.

Huf!

Setelah menghela napas untuk yang kesekian kalinya hari ini, seluruh rangkaian acara wisuda akhirnya selesai.

Di saat semua orang masih tenggelam dalam euforia lulus, Rendi sudah tidak sabar ingin keluar dari gedung.

Pria tampan itu sudah mem-booking tiket pesawat untuk siang ini. Dia juga sudah membeli toga yang disewakan kampus hari ini untuk dia tunjukkan kepada adik kecilnya.

Setelah dibubarkan, wisudawan dan wisudawati berbondong-bondong keluar dari gedung. Rendi berjalan di baris paling belakang jurusannya agar lulusan lainnya dapat segera bertemu anggota keluarga mereka di luar.

Saat Rendi pikir bahwa dia akan langsung ke parkiran untuk ambil mobil, ternyata sebuah kejutan sudah menunggunya di depan pintu.

Rendi melihat seluruh anggota keluarganya telah menunggunya. Adit dan kedua abangnya memakai batik, sedangkan mama dan adiknya memakai atasan kebaya dan rok batik yang senada dengan para pria.

Adik kecilnya duduk di kursi roda sambil memegang buket bunga besar yang menutupi setengah dari tubuh bagian atasnya.

"Abang! Kok lama banget sih keluarnya? Kami udah tungguin dari tadi lho! Tapi abang gak keluar-keluar," omel Viona dengan mulut mengerut.

Wajah cantiknya didandani tipis-tipis hari ini dan rambutnya disanggul. Membuat penampilannya anggun dan menggemaskan. Wajah cemberutnya membuatnya semakin terlihat lucu.

Viona (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora