18. Papa-nya Adek💔

9.3K 550 9
                                    

"Ma, Vio boleh ngomong bentar sama mama?" Tanya Viona saat mereka sudah sampai di rumah.

Selina dan Rendi terkejut saat melihat raut wajah Viona yang biasa saja. Tapi meski begitu, mereka tidak berani santai karena khawatir jika Viona hanya memendam rasa sedihnya.

Selina tersenyum tak berdaya sambil mengelus rambut putri kecilnya. "Boleh."

Setelah itu Selina menggandeng tangan mungil Viona dan membawanya menuju kamarnya dan Adit yang ada di lantai 3. Tapi sebelum itu, Selina terlebih dahulu menoleh menatap Rendi.

"Bang, mama sama adek naik dulu ya! Abang juga istirahat sana," ujar Selina sambil mengelus kepada Rendi yang lebih tinggi darinya.

Rendi mengangguk saat mendengar instruksi Selina. "Iya ma," jawab Rendi sambil tersenyum. Remaja itu kemudian mengalihkan perhatiannya kepada sang adik.

Dihampirinya Viona dan kemudian dikecupnya kening sang adik dengan sayang. "Abang masuk kamar dulu ya adek kesayangan abang," ujar Rendi lembut.

Viona mengangguk dengan kepala tertunduk, menyembunyikan matanya yang memerah.

Setelah Rendi naik tangga, Selina menggandeng tangan Viona menuju lift dan naik ke kamarnya di lantai 3.

Sesampainya di ruangan luas nan mewah bernuansa emas itu, Selina mengajak anaknya duduk di pinggir kasur.

Viona duduk di sisi kasur king size tersebut. Perlahan gadis itu merebahkan kepalanya di pundak sang mama.

Selina menggigit bibir bawahnya, wanita itu dapat merasakan bahwa putrinya sedang sedih. Kemudian dielusnya rambut lembut gadis itu.

"Ma, jadi papa bukan papa-nya adek?" Tanya gadis itu pelan.

Viona menyembunyikan mata merahnya di antara rambut panjang yang menutupi wajahnya.

"Gak dong sayang, papa tetap papanya adek. Atau adek mau ikut sama ayah aja?" Goda Selina.

"Gak mau! Adek mau papa!" Seru gadis itu dengan suara sengau.

Ceklek!

Tepat setelah suara Viona jatuh, pintu kamar terbuka.

"Ada apa nih? Kenapa papa dibawa-bawa?" Tanya Adit yang baru pulang kerja. Pria itu masuk ke dalam kamar menghampiri istri dan putrinya dengan senyuman lembut di wajah tampannya.

Viona dan Selina langsung berbalik saat mendengar suara Adit.

Melihat sang papa, tangis Viona pun pecah, tidak bisa dibendung lagi.

"Papa!" Seru gadis kecil itu sambil berlari ke arah Adit dengan air mata berderai membasahi wajah cantiknya.

Jantung Adit seketika mencelos saat melihat air mata yang membasahi wajah mungil putri kecilnya. Pria itu kemudian membuka tangannya lebar-lebar untuk menyambut tubuh kecil putrinya.

Viona masuk ke pelukan Adit dan menyembunyikan wajah merahnya di dada bidang dan hangat papanya. Tubuh kecilnya gemetar dan terdengar suara tangis teredam dari gadis itu.

Adit memeluk Viona dan menepuk bahu kecilnya. Pria itu kemudian memandang sang istri dengan pandangan bertanya, yang dibalas Selina dengan gelengan kepala.

"Papa!" Panggil gadis itu di pelukan Adit.

Adit mengelus bagian belakang kepala putrinya dengan lembut dan mengecup puncak kepalanya untuk menenangkan putri kesayangannya.

"Iya sayang?" Jawab Adit lembut.

"Papa!" Panggil gadis itu dengan suara lirih.

"Iya sayangnya papa!" Jawab Adit sabar.

"Papa sayang adek?" Tanya gadis itu dengan suara kecil.

"Lho, yah sayang dong. Masa gak sayang? Adek kan putri yang paling papa sayang," jawab Adit serius.

Viona terdiam sejenak saat mendengar jawaban Adit. "Ih! Kan anak papa yang cewek cuma adek!" Protesnya.

"Itu tau. Papa sayang banget sama anak papa ini," ujar Adit. "Lebih dari abang-abang lho. Kalau misalnya adek sama abang nakal pasti yang papa marahin abangnya aja," sambung Adit lagi sambil berbisik agar tidak didengar oleh istrinya yang selalu menyuruhnya agar tidak terus memanjakan putrinya.

Viona tertawa di pelukan Adit, yang membuat Adit menghembuskan nafas karena lega putri kecilnya akhirnya bisa tertawa.

Setelah menenangkan Viona dan mengantarnya kembali ke kamar untuk istirahat. Adit kembali ke kamarnya di lantai 3 untuk menanyakan penyebab putrinya menangis kepada sang istri.

"Adek kenapa nangis Yang?" Tanya Adit setelah duduk di sebelah istrinya.

Selena membantu Adit melepas dasi dan jasnya sambil bercerita mengenai pertemuan mereka dan keluarga Vino.

Sepanjang mendengarkan istrinya bercerita, selama itu pula darah Adit mendidih. Pria itu mengepalkan tangannya dengan wajah memerah. "Kurang ajar! Beraninya mereka!" Batin pria itu marah.

Adit tidak bisa membayangkan perasaan istri dan anaknya saat mendengar perkataan keluarga itu. Apalagi ketika mendengar alasan pria bernama Vino itu meninggalkan putri dan istrinya. Adit merasa sangat marah bahwa putri kesayangannya yang baginya adalah seluruh dunianya dianggap tidak berharga bagi mereka.

Adit pun memeluk Selina dengan lembut dan menepuk bahunya ketika dia merasakan ketidakbahagiaan istrinya.

Adit bersumpah tidak akan membiarkan pria itu hidup bahagia. Dia akan membuat pria itu merasakan rasa sakit berkali-kali lipat dari yang dirasakan anak dan istrinya.

***

Pukul 12 tengah malam, di tempat yang jaraknya 2 jam perjalanan dari rumah keluarga Hermawan. Vino yang sedang terlelap dibangunkan oleh dering telepon.

"Halo?" Ucapnya dengan suara serak.

"Bos! Gawat bos! Saham kita turun tajam dan 5 investor menarik investasi mereka!" Ujar suara di seberang yang terdengar sangat panik.

Vino yang masih menguap seketika terjaga.

"Apa?!" Serunya yang berhasil membuat Sindy bangun.

"Kenapa mas?" Tanya wanita itu dengan suara malas.

Vino mengabaikan istrinya dan fokus mendengar suara sekretarisnya.

"Iya pak! Pak Bambang, pak Danu, pak Frans, pak Dato, dan pak Marcell memutuskan menarik seluruh investasi mereka setengah jam yang lalu. Kalau kita tidak dapat menemukan investor pengganti Minggu ini, perusahaan akan berada dalam bahaya pak," jelas sekretaris Vino.

Vino memijat keningnya yang pusing. "Kamu cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dan jadwalkan saya rapat dengan departemen keuangan besok pagi," perintahnya sebelum memutuskan sambungan telepon.

"Sh*t! Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Batinnya kesal mengingat perusahaan yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba ditimpa masalah.










Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang