24. Kesayangannya Abang 📸

6.9K 494 16
                                    

Setelah penampilan Viona, acara selanjutnya adalah makan siang bersama. Seluruh tamu undangan akan dibawa ke lantai 2 dimana terletak prasmanan dengan berbagai menu khas daerah-daerah di pulau Jawa.

Setiap meja bundar besar dikelilingi oleh 8 kursi. Meja pertama diisi oleh dekan, kaprodi, dan para dosen. Meja kedua diisi oleh para anggota panitia. Meja ketiga diduduki oleh ketua BEM dan ketua panitia. Terakhir, meja keempat hingga 8 diisi oleh para pengisi acara dan MC.

Radit dan Rian duduk bersama para ketua panitia dari berbagai seksi. Kedua pria tampan itu sudah mengambil banyak makanan hingga piring mereka penuh, juga semangkuk rawon dan soto Lamongan di tangan masing-masing. Keduanya duduk dengan sebuah kursi kosong diantara mereka.

"Tumben lo makannya banyak Ian?" Tanya Marcus, ketua panitia kebersihan.

Rian hanya tersenyum dan tidak menjawab.

Tidak berselang lama, seorang gadis cantik dengan seragam panitia masuk sambil membawa piring dan mangkuk. Gadis itu bernama Laura, ketua panitia dokumentasi. Namun, semua orang tahu bahwa gadis cantik itu menyukai Radit.

"Halo kak Radit. Aku duduk di sini boleh?" Tanya Laura dengan lembut kepada Radit.

Semua orang sontak mengedipkan mata mereka ketika melihat drama kampus di depan mereka, seorang gadis cantik dan seorang senior yang jenius nan tampan dari departemen bisnis.

Namun, berbeda dengan ekspektasi semua orang. Radit yang berwajah dingin justru menjawab sambil menunjuk kursi kosong di samping Marcus, "Nggak, ini udah ada yang punya. Lo duduk di sana aja."

Para penonton cengo. "Pantes aja masih jomblo!" Batin mereka kompak.

Laura yang tidak menyangka akan ditolak Radit di depan umum langsung pergi ke tempat yang ditunjuk Radit dengan kepala diangkat tinggi. Meskipun malu, tapi gadis itu tidak merasa sedih karena Radit selalu memperlakukan perempuan seperti ini.

Gadis itu berusaha menghibur dirinya sendiri bahwa nanti dia pasti bisa membuat Radit jatuh cinta padanya. Saat itu, gadis itu yakin bahwa laki-laki dingin itu pasti akan bucin dan memanjakannya. Bukankah seperti itu di setiap novel romance?

Tapi.. are you sure that you are the female lead?

Rian juga merasa lucu ketika melihat abangnya itu bersikap defensif, takut kursi yang sudah mereka simpan untuk adik kecil mereka akan diambil orang.

Siapa yang tahu? Kalau sebenarnya Radit bersikap dingin bukan karena menolak perempuan seperti yang orang-orang pikirkan, melainkan karena laki-laki yang sudah semester 7 itu sedang berjaga-jaga terhadap pencuri kursi.

Rian terkekeh sambil mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk, menunggu adiknya yang belum juga muncul. Rian takut abangnya akan marah lagi kalau ada orang yang kembali menginginkan kursi yang sengaja disimpannya.

Untungnya, Rian melihat adiknya masuk dari pintu. Gadis cantik itu celingukan mencari meja.

Rian buru-buru menghampiri Viona.

"Adek," panggilnya saat sudah berdiri di depan Viona.

Viona yang melihat sang abang tersenyum cerah. "Abang!" Panggilnya dengan suara lembut.

Mendengar panggilan manis sang adik, Rian merasa hatinya akan meleleh. Pria itu pun mengusap pipi mungil adiknya yang masih memiliki lemak bayi.

"Ikut makan sama abang dan bang Radit yuk?" Ajaknya sambil menggandeng tangan kecil Viona.

Viona mengangguk bersemangat dan mengikuti langkah abang keduanya. Gadis cantik bergaun putih itu dibawa Rian menuju mejanya dan Radit.

Radit yang melihat Rian membawa Viona refleks melambaikan tangannya ke arah adik kecilnya. Radit kemudian bangun dan membuka kursi untuk Viona, kemudian mendorong kembali kursi saat Viona sudah duduk.

"Terima kasih abang," ujar Viona lembut.

Radit hanya tersenyum dan mengangguk ringan. Kemudian di depan tatapan terkejut orang-orang, Radit mencium pipi gembul Viona. "Tadi adek keren banget," ucap laki-laki itu dengan senyum lebar terukir di wajah dinginnya.

Rian sudah duduk kembali di kursinya. Melihat Viona dan Radit, tiba-tiba sebuah ide terbit di otaknya.

"Eh Bara. Fotoin kita dong," ujar Rian kepada Bara sambil menyerahkan ponselnya.

"Bang, dek, foto yuk. Abang cium pipi kiri adek, aku cium pipi kanan adek," ujar Rian yang diangguki Radit.

"Okay siap ya! 1, 2, 3.. ceklek!"

Di hitungan ketiga, Radit dan Rian kompak mencium pipi Viona. Gadis kecil yang berada di tengah-tengah para abang itu tersenyum lebar dengan mata melengkung bagai bulan sabit ketika melihat ke arah kamera.

"Eh, kalian sama adik ini.." tanya ketua panitia konsumsi.

"Ini adik kami," jawab Rian sambil merangkul bahu kecil Viona.

Laura yang tadi panas kini merasa lega. Wajah cantiknya yang tadi tegang kini kembali menjadi lembut.

Saat abangnya sedang ngobrol dengan temannya, Viona celingak celinguk melihat piring di depan setiap orang.

Viona menarik lengan kemeja Radit, hingga laki-laki yang sedang mengisi gelas di dispenser air yang diletakkan di atas meja itu menoleh ke arah adiknya dengan senyum lembut di wajahnya.

"Ada apa dek?" Tanyanya setelah meletakkan gelas air di depan Viona.

"Adek belum ambil makan abang," cicitnya.

Rian dan Radit sontak tersenyum saat melihat tingkah menggemaskan adik mereka.

"Ini, adek makan sama abang," jawab Radit.

"Adek mau makan apa dulu?" Tanya Rian sambil menunjukkan piringnya dan piring Radit yang ternyata berisi lauk yang berbeda.

"Adek mau soto," ujar Viona setelah melihat mangkuk soto di depan Rian.

Rian kemudian mengambil sesuap kuah soto dengan sendok dan meniupnya sebelum menyerahkannya ke bibir adiknya.

Viona akhirnya makan dengan nikmat sambil disuapi oleh para abang. Kedua tangan mungilnya diletakkan di atas meja. Mulut kecilnya tidak berhenti mengunyah dan sesekali melontarkan permintaan kepada abangnya tentang lauk yang dia inginkan. Kedua kaki mungil bersalut sepatu kaca di bawah meja itu bergoyang ke depan dan ke belakang.

Rian dan Radit menyuapi Viona secara bergantian.

"Abang, adek udah kenyang," tolak Viona saat Radit akan menyuapinya gudeg.

"Okey adek," jawab Radit dan Rian kompak. Setelah itu mereka makan makanan masing-masing.

Tingkah Radit dan Rian sontak mengundang beragam reaksi dari orang-orang yang duduk di meja yang sama dengan mereka. Semua orang kaget melihat kulkas 2 pintu itu menjadi sangat lembut saat menghadapi penyanyi cilik di depan mereka.

Bukan hanya Radit, begitu pula dengan Rian. Meski terlihat ramah, sebenarnya pria itu selalu terasing dan acuh tak acuh terhadap orang lain. Hanya kepada Viona pria itu bersikap hangat dan tulus.

Ketiga protagonis yang dipikirkan oleh orang-orang itu sedang asyik sendiri. Rian mengirim foto mereka tadi kepada Radit. Kedua abang itu kemudian kompak mengunggah foto tadi ke Instagram.

[Foto]

Kesayangannya Abang @Viona Zara Hermawan 🤍🤍

1 menit kemudian.

Rendi Hermawan comment on your post.

[Ini pada ke mana? Kok gue gak diajak? Asem banget!!!!]

[@Viona Zara Hermawan adek pergi ke mana? Kok cantik banget siihhh. Tapi abang sedih lho ini gak diajak😭😭 Abang ngambek ih!]

Selina Zara comments on your post

[Adek @Viona Zara Hermawan lagi di kampus abang ya? Cantik banget anak mama!🥰]

Aditya Hermawan comment on your post

[@Viona Zara Hermawan anaknya papa cantik banget! Kayak princess!!👸🙈🙈🙈 Nanti papa jemput ya sayangg]

[@Raditya Hermawan @Rian Hermawan kalian kenapa gak bilang papa kalau lagi ada acara sama adek? Pokoknya uang jajan kalian bulan ini papa potong! Mobil juga papa sita!]






Viona (END)Where stories live. Discover now