32. Drama 🎬

4.9K 360 8
                                    

Radit, Rian, dan Rendi memandang punggung tegap Allen dengan mata menyipit. Tidak ingin berprasangka buruk, tapi intuisi mereka mengatakan bahwa niat remaja itu untuk adik kecil mereka tidak sesederhana kelihatannya.

Mereka kemudian kompak menoleh ke arah Viona. Bagaimanapun niat Allen, selama adik kesayangan mereka menolak terkontaminasi, maka tidak ada yang ada yang perlu dikhawatirkan.

Rendi yang duduk paling dekat dengan Viona, dengan lembut mengusap rambut panjang bergelombang adik kecilnya.

"Dek, tadi anak itu siapa?" Tanya Radit yang duduk paling ujung. Pria berumur 25 tahun itu menatap adik kecil kesayangannya yang sedang menundukkan kepala dan menerima elusan tangan Rendi di kepalanya dengan nyaman, seperti kucing kecil yang suka dibelai manusia.

Viona mengangkat kepalanya dan menatap Radit dengan serius. "Adik kelas adek bang. Kami satu kelompok," jawab Viona tegas. Gadis kecil itu menatap ketiga abang yang sedang menatapnya itu dengan serius, mata bulat seperti anggur hitamnya seolah berusaha meyakinkan abangnya bahwa dia tidak berbohong. Atau, dia juga sedang berusaha meyakinkan hatinya agar tidak goyah.

Ketiga pria tampan itu menatap adik perempuan yang berusaha menjelaskan dirinya dengan sayang. Radit sebagai anak tertua bangun dari duduknya dan menghampiri gadis kecil yang sedang cemberut karena interogasi abangnya.

Radit dengan lembut mengangkat Viona yang masih memegang kotak coklat, sebelum duduk di bangku tempat Viona tadi duduk dan mendudukkan Viona di atas pahanya. Dipangkunya adik kesayangannya seperti yang biasa dia lakukan dari saat mereka masih kecil.

Radit meletakkan dagunya di atas puncak kepala Viona. "Abang bukannya gak percaya sama adek, tapi kami gak percaya sama laki-laki lain selain keluarga kita," jelas Radit lembut.

Viona menyandarkan tubuh kecilnya di tubuh kuat abang pertamanya. Mendengar dengan pasrah wejangan yang diberikan oleh setiap abangnya.

Rian menghampiri abang dan adiknya, kemudian jongkok di antara Rendi dan Radit.

Dengan lembut Rian mengusap pipi gembul adiknya. "Bener kata bang Radit. Papa juga pernah bilang kan kalau laki-laki umur segini tuh gak bisa dipercaya. Mereka gak serius. Abang gak mau ada yang nyakitin adeknya abang," ujar Rian lembut.

Rendi yang diserobot abang keduanya juga mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi kanan Viona.

"Bener kata abang sama papa. Cowok seumuran kamu itu masih labil. Abang kan juga cowok, jadi abang tau," jelas Rendi.

Viona terus mendengarkan abang-abangnya menasihatinya secara bergantian dalam diam. Gadis kecil itu juga dengan pasrah menyumbangkan pipinya untuk diuleni Rian dan Rendi. Viona tidak ingin berbicara dengan ketiga abang yang bertingkah seolah adik kecil mereka akan segera ditipu untuk kawin lari jika mereka tidak memperhatikan.

Saat keempat bersaudara itu menghabiskan waktu bermanja-manja di depan tenda, matahari perlahan tergelincir masuk ke dalam peraduannya. Hingga kemudian digantikan oleh bulan yang akhirnya bersedia menggantikan kerja matahari untuk menyinari alam semesta.

Saat langit akan gelap sepenuhnya, Viona akhirnya bisa membebaskan diri dari para abang yang mendadak menjadi motivator.

Viona mendatangi panggung yang sudah dihias oleh EO untuk acara mereka malam ini. Panggung luas itu sudah cantik dengan hiasan-hiasan indah nan mewah namun tidak berlebihan.

Di sana, Viona melihat Merlin dan beberapa panitia masih menyesuaikan sound system. Gadis cantik yang tenggelam dalam hoodie besar abang ketiganya itu menepuk pundak Merlin dengan lembut.

"Eh Vi," kaget Merlin.

"Semuanya udah beres?" Tanya Viona.

"Udah, tinggal tunggu semua peserta yang lagi siap-siap di depan perpus aja," jawab Merlin.

Viona mengangguk mengerti. Alasan gadis cantik itu bisa bersantai dengan para abang adalah karena tidak ada peserta yang perlu pengarahannya. Mereka sedang bersiap di taman depan perpustakaan dari setelah makan malam tadi.

15 menit kemudian, semua peserta sudah kembali ke arena camping. Mereka akan segera menampilkan tari tradisional pilihan mereka dan akan dinilai secara bersama-sama melalui vote. Vote akan diberikan oleh semua penonton, baik peserta maupun panitia.

Vote diberikan dari aplikasi sekolah yang dapat di-download melalui ponsel masing-masing. Hasil pungutan suara akan dihitung dalam satu jam setelah peserta terakhir tampil. Dan saat itu, akan ditampilkan beberapa acara hiburan. Salah satunya adalah penampilan Viona.

Keenam anggota Viona akan menampilkan tari tor-tor. Allen, Zalva, Nana, Heri, Alden, dan Vinsa akan tampil di urutan kelima.

Setelah lomba selesai, tibalah waktu pemungutan suara sekaligus penampilan Viona.

Saat adiknya akan tampil, Radit, Rian, dan Rendi yang tadi asyik bekerja di dalam tenda segera keluar sambil membawa peralatan fotografi. Radit membawa kamera profesional, Rian memegang handycam untuk merekam seluruh penampilan Viona, dan Rendi sudah siap dengan kamera ponselnya yang sedang melakukan video call.

Viona memilih lagu berjudul "Drama" milik IU. Gadis cantik itu duduk di atas panggung sambil memegang gitar. Petikan gitar perlahan terdengar yang menjadi tanda dimulainya penampilan Viona.

Suara lembutnya menyatu sempurna dengan setiap petikan gitar putihnya. Lagu mengalun lembut hingga berhasil menghipnotis penonton yang sedang menyaksikan penampilan memukaunya.

다시 누군가 사랑할 수 있을까
예쁘다는 말 들을 수 있을까
하루 단 하루만 기회가 온다면
죽을힘을 다해 빛나리

Bisakah aku mencintai seseorang lagi?
Dapatkah saya mendengar Anda mengatakan bahwa saya cantik?
Jika saya mendapat kesempatan hanya untuk satu hari
Aku akan bersinar dengan sekuat tenaga

Musik yang ceria menceritakan bayangan Viona akan hal lumrah yang dirasakan setiap manusia saat menghadapi pasangannya. Namun, gadis itu masih tidak dapat membayangkan dirinya akan berada di dalam situasi seperti itu. Karena keempat penjaga tangguh di keluarganya selalu siap sedia menembakkan rudal bagi siapa saja yang terdeteksi berpotensi memasuki hidup sederhana anak dan adik perempuan kesayangan mereka.

Di saat para penonton terhanyut dalam penampilan luar biasa Viona, sebuah drone seukuran kumbang buatan perusahaan IT ternama dunia diam-diam mendekati Viona dan mengelilingi gadis cantik itu dalam jarak aman sehingga tidak akan mengganggu penampilannya.

Tidak ada yang menyangka bahwa ada seseorang di antara peserta yang akan se-effort itu untuk merekam dengan sempurna penampilan Viona.

Radit, Rian, dan Rendi kembali kecolongan. Mereka tidak akan dapat membayangkan bahwa ada orang yang lebih ekstrim dari mereka. Seseorang yang bahkan rela membeli seluruh perusahaan hanya untuk membuat alat yang diinginkannya.

Penampilan Viona diselesaikan dengan tepuk tangan meriah para penonton di bawah panggung. Gadis cantik itu tersenyum lembut kerena bahagia telah kembali berhasil menghibur orang dengan suaranya.

Setelah penampilan Viona, acara selanjutnya adalah hiburan khusus dari klub karate yang menampilkan gabungan gerakan-gerakan karate dengan dance K-Pop. Selain itu, klub pemandu sorak juga memamerkan fondasi Piramida mereka yang baru saja memenangkan piala SMA se-jabodetabek.

Setelah satu jam pemungutan suara berakhir, kelompok Viona berhasil mendapatkan juara harapan 1. Hasil yang sangat memuaskan mereka. Di akhir acara, mereka juga mengambil foto bersama dengan Viona berdiri di depan sambil memegang piala.

Setelah seluruh acara berakhir, semua orang kembali ke tenda masing-masing. Viona tidur sendiri dan ketiga abangnya berbagi ruangan yang sama.

Gadis kecil itu tidur dengan nyenyak sambil memeluk bantal guling. Viona bermimpi tentang perasaan yang dia rasakan ketika berada di atas panggung tadi, dia sangat bahagia hingga tanpa sadar tersenyum manis dalam tidurnya.

Viona (END)Where stories live. Discover now