27. Siapa Yang Nemenin Adek?

6K 449 11
                                    

Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian, Viona turun menuju lantai 1 untuk bersantai bersama keluarganya yang sudah menunggu di ruang keluarga. Gadis mungil dengan piyama Doraemon itu dengan lincah menuruni tangga spiral dari lantai 2. Sandal bulu berwarna putih di kaki kecilnya mengeluarkan suara drap drap.

Tiba di lantai 1, Viona langsung berjalan menuju ruang keluarga tempat keluarganya sudah menunggu.

"Adek! Sini!" Panggil Rendi yang terlebih dahulu melihat Viona.

Suara Rendi mengagetkan keluarganya yang lain.

"Loh dek. Dari tangga toh. Padahal tadi papa pikir adek naik lift lho," ujar Adit sambil menunjuk ke arah lift yang dari tadi mereka perhatikan.

Viona tertawa sambil menghampiri seluruh anggota keluarga yang sudah menunggu di sofa. Adit dan Selina duduk di atas sofa, sedangkan ketiga abangnya sedang duduk selonjoran di bawah sambil memegang ponsel dan beberapa toples keripik kentang di depan mereka.

"Sini dek," ajak Radit sambil menepuk tempat di antaranya dan Rian.

Viona dengan senang hati menghampiri Radit dan duduk bersila di atas karpet tebal.

Sesaat kemudian, Viona merasakan sebuah usapan hangat dari tangan besar di atas kepalanya.

"Gimana acara hari ini dek? Capek gak?" Tanya Adit lembut.

Viona merebahkan kepala kecilnya di pangkuan Adit yang duduk di atas sofa di belakangnya.

Adit dan yang lainnya tersenyum karena tingkah manja Viona, mereka senang karena Viona sangat bergantung kepada mereka.

"Sebenarnya capek pa, tapi adek seneng karena adeknya seru-seru," jawab Viona sambil menguap.

Rendi dengan nakal menepuk mulut Viona yang terbuka.

"Pa!" Rengek gadis kecil itu dengan mulut mengerut.

Setelah Rendi kembali duduk, Rian langsung menjitak jidat bersih laki-laki itu.

"Ish! Sakit lho bang!" Protes Rendi.

"Siapa suruh lo tadi jahilin adek," balas Rian tidak kalah sewot.

Melihat Viona masih cemberut, Radit kemudian mengambil alih gadis kecil itu dan mendudukkannya di atas pangkuannya.

"Embul banget dek, kayak mochi!" Canda Radit sambil mengusap-usap pipi Viona dengan pipinya.

Viona semakin cemberut saat wajahnya ditekan Radit hingga berubah bentuk.

"Papa!" Rengek Viona pada Adit lagi karena kesal terus diganggu oleh abang-abangnya.

"Udah-udah. Sini dek sama abang," panggil Rian lembut.

Viona melengos ke arah Radit dan beralih duduk di atas pangkuan dosen muda itu.

"Abang!" Panggil Viona manja.

"Iya sayang!" Jawab Rian lembut.

Laki-laki itu dengan lembut mengusap pipi bulat Viona.

"Waktu di sekolah ada yang gangguin adek?" Tanya Rian lembut.

"Nggak ada abang," jawab Viona sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalau yang deketin adek ada?" Sela Rendi yang mendengar pembicaraan antara Viona dan Rian.

Pertanyaan Rendi sontak membuat seluruh keluarga pasang badan. Eh, pasang telinga.

"Nggak abang. Nggak ada," jawab Viona sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat.

Namun, sesosok tubuh muncul di benak Viona. Gadis kecil itu entah kenapa merasa bersalah. Viona merasa cowok bernama Allen itu aneh, tapi intuisinya mengatakan bahwa dia tidak bisa menceritakannya kepada keluarganya.

Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang