Epilog

27.9K 1K 46
                                    

"Sydney...."
terdengar suara Shaneen dari pintu. Kean yang sedang menggendong Ziva menengok ke arah pintu. Shaneen tersenyum pada Kean yang berdiri disamping rnajang Syd. Shaneen lalu melirik Ziva yang terlihat memberengut. Shaneen kebetulan membawa sekotak cokelat untuk Ziva. Seketika Ziva tersenyum.
"selamat Ziva yang sudah punya adik" Shaneen berlutut di hadapan Ziva sambil  mengecup keningnya, Ziva memeluk leher Shaneen.
"thanks tante" Shaneen lalu mendekati Syd dan memeluknya perlahan sambil mencium pipinya.
"congratulation gorgeous Mom and hot Daddy" Shaneen tersenyum pada Syd dan Kean. Kean dan Syd terkekeh mendengar perkataan Shaneen. Syd lalu mengangguk.
"well, thanks honey"
"kapan kamu memberi cucu untuk Om Pranata?" Kean menatap Shaneen, Shaneen mengedikkan bahunya.
"sepertinya aku akan fokus pada Papi dulu Kean, aku belum memikirkan sejauh itu"
"mungkin kamu harus mencari Ayah untuk anak-anak kamu dulu Shan" Syd mengusap pipi sahabatnya yang cantik ini. Shaneen mengangguk sambil tersipu. Shaneen mengalihkan pandangannya pada Thalla, mengecup kening Thalla dengan hidung mancungnya. Tak lama terlihat Naurra dan Runa muncul di pintu. Ziva sangat suka pada Runa bahkan senang menonton iklan Runa yang belakangan menjadi brand ambassador snack favorit Ziva.
"Syd !! Congratulation" Naurra memeluk dan menciumnya. Lalu mengecup kening Thalla dengan hidung mancungnya.
"thank you" Naurra tersenyum simpul.
"congratulation Syd, Kean"
"thanks Runa, apa kamu mau nyanyikan satu lagu untuk Thalla?" Syd mencandai Runa, Runa terkekeh.
"sure Syd, tapi aku sedang tidak membawa band aku" Runa tersenyum pada Syd. Syd melirik Ziva yang malu-malu pada Runa.
"ada fans baru kamu Run, apa kamu mau menyanyikan lagu untuk dia?" semua tertawa dan menujukan pandangannya pada Ziva. Ziva bersembunyi di balik kaki Kean.
"oh ya, hai Ziva, kenapa kamu kelihatan sedih?" Runa dengan suara beratnya menyapa Ziva. Syd dan Kean yang tahu bahwa Ziva menyukai Runa saling pandang. Runa langsung menggendong Ziva dan menciumnya. Ziva terlihat berbinar sambil menatap Runa.
"Kean baru melarang Ziva untuk bermain di playground karena hujan, membuat Ziva agak kesal dan marah" Syd menjelaskan pada Runa, Runa mengangguk sambil menatap Ziva.
"anak cantik ga boleh membantah Ayah dan Bunda. Om Runa bawa sesuatu untuk Ziva" Runa mengeluarkan lollypop untuk Ziva, seketika Ziva tersenyum.
"thanks Om" semua tersenyum menatap kedekatan Runa dan Ziva. Kean akhirnya terlibat pembicaraan dengan Runa, sedangkan Syd asik berbincang dengan Naurra dan Shaneen.
"Audrey mana?" Syd merasa kehilangan sahabatnya yang sangat tenang dan lembut ini.
"sepertinya dia ada praktek hari ini, oh itu dia" Shaneen melihat ke arah pintu. Audrey yang masih memakai jas dokter nya mengintip.
"hai Kean, hai Runa" mereka berdua tersenyum pada Audrey.
"hai dokter Audrey" Runa menyapanya ramah, sedangkan Kean hanya tersenyum.
"hai Ziva"
"hai tante" Audrey tersenyum simpul pada Ziva. Audrey masuk perlahan lalu mempercepat langkahnya untuk memeluk Syd, Shaneen dan Naurra.
"congrats sayang, I'm happy for you" Audrey mengecup kepala Thalla dengan hidung mancungnya. Menghirupnya dalam-dalam.
"thank you"
"aku selalu suka aroma bayi" Audrey tersenyum dan meminta Syd menyerahkan Thalla padanya. Audrey yang seornag dokter Obgyn tentunya sangat handal menggendong bayi.
"Jazzy dan Qeenan mana?" Audrey menanyakan anak kembar Naurra yang baru berusia 3 tahun. Mereka sudah sangat terkenal karena selalu menjadi incaran media.
"mereka agak rewel, jadi aku meninggalkan mereka dengan Neyna"
"well, bagaimana keadaan Papi kamu Shan?"
"Papi masih stabil"
"aku harap Papi cepat sehat dan kamu sabar merawat Papi Shan" Syd mengusap bahu Shaneen. Shaneen anak tunggal yang merawat Papi nya sendirian. Orang tuanya bercerai saat usia Shaneen 10 tahun dan Shaneen tinggal bersama Papi nya.
"well, kamu sepertinya butuh seseorang untuk berbagi Shan"
"maybe" Shaneen mengangkat bahunya. Naurra mengusap kepala Shaneen.
"aku berharap, kamu cepat menemukan seorang pria yang tepat. Bagaimanapun juga, kamu butuh seseorang yang bisa melindungi dan menjaga kamu, menemani kamu disaat-saat terberat kamu merawat Papi seperti sekarang Shan" Shaneen mengangguk, Syd mengusap pipi Shaneen yang meskipun selalu terlihat kuat namun semua sahabatnya mengetahui betapa Shaneen lemah.
"well, apa kalian permanen menjadi orang tua Ziva?" Naurra bertanya pelan, Syd mengangguk mantap.
"tidak ada lagi yang bisa mengambil dia dari sisi aku dan Kean. Ziva akan selamanya bersama aku dan Kean. Ziva segalanya bagi kami. Ziva yang mampu mengubah hidup aku, mencairkan hati aku bahkan meruntuhkan ego aku. Siapa yang menyangka, anak berumur 5 tahun bisa melakukan ini. Aku benar-benar tersentuh dengan kepolosan Ziva, juga ketulusan hatinya. Ziva bahkan mengalahkan Kean dalam meluluhkan hati aku. Kalian tahu, bahkan Kean bukanlah orang yang membuat aku menghancurkan prinsip itu. Tapi Ziva ! Ziva yang melakukan ini dan membawa aku kedalam kebahagiaan yang seperti sekarang aku rasakan" Syd berkata pelan. Naurra dan Shaneen memeluk Syd, sedangkan Audrey yang menggendong Thalla hanya mengusap kepala Syd. Shaneen, Naurra dan Audrey sangat mengetahui betapa Syd sangat menentang kehadiran anak dalam pernikahan mereka. Prinsip ini sudah Syd tetapkan bahkan sejak Syd dan Kean masih berpacaran. Namun karena Ziva semuanya berubah. Ke 3 sahabat Syd ini merasa bersyukur hati Syd mampu di cairkan oleh Ziva.
"bahkan pria berusia 30 tahun di kalahkan oleh seorang anak berusia 5 tahun, ini hebat Syd" Audrey berbisik membuat suasana haru ini menjadi tawa. Syd mencubit pelan pipi Audrey.
"aku memiliki sesuatu untuk kalian" Shaneen membuka tasnya dan memberikan 3 buah undangan untuk Syd, Naurra dan Audrey. Mereka bertiga membelalakan matanya.
"oh my God !! Kamu akan menikah?" Syd memandangi undangan berwarna abu-abu dan silver yang baru saja di berikan Shaneen, Shaneen terkekeh.
"kamu belum pernah menceritakan ini sebelumnya Shan"
"well, sorry. Ini mendadak, tapi nanti aku akan ceritakan ini pada kalian" Shaneen mengedipkan sebelah matanya. Semua langsung saling berpandnagan satu sama lain. Si cantik Shaneen ini memang selalu penuh dengan kejutan.
                                                                                            ***
"aku tahu pria yang akan menikah dengan Shaneen" Kean mendekati Syd yang sibuk melihat undangan Shaneen. Kean duduk di tepi ranjang Syd sambil menggendong Ziva yang tertidur di pangkuannya.
"oh ya?" Syd mengernyitkan keningnya berpikir. Shaneen tidak pernah menceritakan ini.
"dia pernah mengenalkan aku dengan pria itu, sesaat setelah aku mengoperasi Om Pranata 1 minggu yang lalu. Aku belum sempat menceritakan ini pada kamu sayang"
"really? Aku sangat bahagia akhirnya Shan melabuhkan hatinya pada seseorang. Aku agak khawatir pada Shan yang sebelumnya mengatakan ingin menjalani single life setelah putus dari Rakha. Padahal aku tahu benar Shan itu butuh seseorang yang bisa menjaga dia" Kean hanya mengangguk, namun Syd menjadi ingin menanyakan ini lebih lanjut pada Shaneen. Mereka lalu mengalihkan pandangannya pada Thalla.
"besok kita akan pulang Thalla" Kean berbisik sambil mengecup kepala Thalla lembut.
"siap menjadi Ayah yang terjaga tengah malam?"
"sure, apa kamu juga siap? Aku pikir tengah malam Thalla tidak hanya mengompol, tapi dia mungkin akan lapar"
"ya, dan aku tidak sabar menjalani hari-hari dengan seorang anak perempuan berusia 5 tahun dan bayi yang baru lahir. Untungnya aku memiliki suami sabar seperti kamu" Syd tersenyum simpul. Mereka kembali saling memeluk satu sama lain. Saling menjaga dan tidak akan ada lagi yang mampu memisahkan mereka.
"kita akan maintain mereka sama-sama, membesarkan mereka dan melihat mereka tumbuh. Suatu saat nanti, ketika kita menua, Ziva dan Thalla yang akan menjaga kita sayang"
"sure, maaf atas keegoisan aku selama ini. Aku akan menghapus prinsip bodoh itu dan aku menginginkan seorang anak lagi"
"seriously?"
"ya, aku tidak takut lagi merawat dan membesarkan seorang anak. Aku percaya, Tuhan memberikan insting pada semua manusia untuk bisa merawat anaknya"
"sounds good, thanks sayang. Kita harus menjadi orang tua hebat untuk mereka"
"sure sayang"
"love you so so so much Bunda"
"love you more Ayah"
"jika bukan karena Ziva, mungkin kita akan tetap hidup berdua hingga akhir hidup kita"
"semuanya karena Ziva...malaikat cantik pembawa kebahagiaan"
Dan mereka siap mengarungi hidup menjadi orang tua yang mencurahkan segala kasih sayang pada kedua malaikat kecil mereka. Mereka tidak takut lagi merawat dan membesarkan seorang anak, karena mereka kini percaya bahwa insting lah yang akan bekerja. Mereka kini paham, anak-anak lah yang akan merawat mereka jika mereka tua nanti. Tidak terbayang jika Syd memutuskan untuk terus memegang teguh prinsipnya, mungkin Syd tidak akan merasakan menjadi wanita sempurna. Syd tidak akan pernah merasakan kebahagiaan ini, Syd akan melewatkannya. Syd berpikir, mungkin tidak akan ada penerus seorang Sydneyssa dan Keanu seandainya prinsip bodoh itu tetap ditanamkan Syd. Syd menduga dirinya akan merasa sangat bahagia hanya hidup berdua dengan Kean, dugaan itu memang benar adanya. Namun ternyata memiliki Ziva dan Thalla semakin melengkapi kebahagiaan mereka. Sesungguhnya, tujuan utama pernikahan adalah hidup bahagia bersama dengan pasangan hingga menua, tetapi ternyata tujuan yang tidak kalah penting adalah memiliki keturunan yang benar-benar menyempurnakan kebahagiaan yang telah ada.
"lalu, kapan kita beri Thalla adik?" Kean berbisik pada Syd, Syd terkekeh.
"apa kamu bisa sabar sebentar Dazello Keanu? Baru 4 hari yang lalu istri kamu berjuang hidup dan mati melahirkan anak kamu" Kean lalu tersenyum sambil mendekati Syd, melumat bibirnya lembut. Mereka lalu saling memeluk menjadi satu kesatuan yang tidak akan bisa lagi terpisahkan oleh apapun, hanya Tuhan yang bisa memisahkan mereka.
And we are happy family....
                                                                                    ***
Finally selesai juga novel ini !!
Kalau boleh cerita sedikit, novel ini terinspirasi dari pengalaman pribadi saya yang memang kurang tertarik sama dunia anak-anak. Banyak yang bilang 'padahal kamu orang Psikologi, seharusnya suka anak-anak' tapi perlu diketahui kalau Psikologi itu ga melulu mengurusi anak-anak. Tapi saya ga se ekstrim Syd yang membuat prinsip untuk ga memiliki anak dalam pernikahan. Saya masih sedikit menyukai dunia anak-anak yang memang agak rumit untuk dipahami :)
Novel ini di buat hanya sekitar 2 bulan. Ini novel pertama saya yang di buat berdasarkan sinopsis haha meskipun saat pembuatan novel ini agak sedikit melenceng dari sinopsis, at least novel ini adalah novel pertama yang langsung punya ending (horai !!)
Novel ini juga mengalami perombakan karena awalnya ini adalah novel ke 3 di urutan the marriage story. Tapi karena saya orang yang agak *uhuk* freak akan detail jadi saya sampai membuat perhitungan usia tokoh dan usia pernikahan nya, maka dari itu saya memindahkan novel ini menjadi novel kedua yang secara otomatis mengubah epilog di novel saya sebelumnya (It's Always Been You)...

Terimakasih untuk teman-teman yang menyempatkan waktunya untuk membaca.
Salam manis dari keluarga bahagia Kean, Sydney, Ziva dan Athalla untuk teman-teman semua.
Kalau masih ada waktu, jangan lupa kasih vote dan komentar dari hasil imajinasi saya ya ! Hehehe (by the way, komentar teman-teman sangat membantu saya untuk memperbaiki imajinasi saya selanjutnya hehe)
Well, setelah ini masih ada marriage story yang ke 3.
Cerita tentang pernikahan unik Shaneen. Dengan siapa dia menikah? Syd, Naurra dan Audrey belum tahu karena Shaneen belum menceritakan ini.
Temukan ceritanya di "The Bussiness Marriage"
See you bye bye muaaaah :**

The Break PrincipleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang