Bab 17 : The Goodbye

14.5K 765 7
                                    

Kean membuka perlahan pintu kamar Ziva. Ziva sedang tertidur memeluk Syd. Syd memiringkan tubuhnya menjangkau punggung Ziva. Syd menempelkan bibirnya di kening Ziva dan memeluk tak kalah eratnya dengan pelukan Ziva. Kean mencoba mendekati dan duduk di tepi ranjang Ziva. Syd menangis. Air matanya mengalir melewati hidungnya.
"Syd...."
"doing something Kean...aku tidak akan maafkan kamu kalau sampai nyonya Davina Soetomo mengambil Ziva"
"sayang, aku sudah berusaha. Mungkin kita akan menyerahkan Ziva pada tante Davina  sampai surat itu ada di tangan kita"
"no !!! never !! Aku ga akan pernah serahkan Ziva pada siapapun"
"Syd...."
"Keanu, kamu tahu? Kesibukan kamu membuat kita akan kehilangan Ziva !! Lalu siapa disini yang tidak dewasa, aku atau kamu??" Syd mendesis pada Kean. Ziva merengek, Syd dengan sigap mengusap punggung Ziva dan mencium keningnya.
"kamu selalu mengulang kesalahan yang sama, kamu tidak pernah bicarakan apapun dengan aku !! Why Keanu?? Why??" tenggorokan Syd sakit menelan tangisnya, sementara air matanya mengalir perlahan. Syd berusaha memelankan suaranya, takut membangunkan Ziva.
"kamu ga mempercayai aku? Kamu menganggap aku ga mampu melakukan itu?"
"no sayang, aku ga bermaksud seperti itu...."
"aku akan bawa Ziva pergi kalau kamu tidak bisa membawa surat itu kehadapan aku"
"Syd !!! Kamu akan dituduh menculik Ziva jika nekat melakukan itu"
"aku ga punya pilihan lain" Kean memandangi Syd nanar. Kean meraih tangan Syd dan menciumnya. Syd hanya melirik Kean. Kean tampak sangat menyesal karena kebodohannya dia akan kehilangan Ziva dalam hitungan jam. Oh my God !!
Terdiam cukup lama, Syd perlahan beranjak dari ranjang Ziva. Menyelimuti Ziva dan mencium keningnya. Syd keluar kamar Ziva meninggalkan Kean. Syd kembali ke kamarnya dan berpikir lebih jernih. Apa yang seharusnya dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin membiarkan orang lain mengambil Ziva. Selama hampir 2 tahun ini, mereka kemana saja? Kenapa mereka baru mau mengambil Ziva sekarang? Saat Syd sudah sangat menyayangi Ziva, saat Syd sudah berubah saat Syd sedang berusaha mewujudkan impian Ziva untuk memiliki adik. Syd bersila diatas ranjang sambil memegang perutnya. What should I do??? Oh my Gosh !!! Syd bahkan tidak pernah membayangkan mengucapkan selamat tinggal pada Ziva apalagi melihat Ziva dekat dengan orang lain selain dirinya atau Kean ! Oh...jangan sampai itu terjadi.
Syd terus memutar otaknya untuk mencari cara. Apa dia harus memalsukan berkas nya? Oh sepertinya nyonya Davina Soetomo ini bukan orang bodoh ! Syd meraih ponselnya, menghubungi Firna.
"sorry Syd, semuanya tidak bisa di buat secepat itu. Aku pikir, mungkin Kean benar. Biarkan Ziva bersama neneknya sampai surat adopsi Ziva selesai"
"no, aku ga mau berikan Ziva pada siapapun"
"Syd, you have no choice. Ini jalan terbaik" Syd bicara panjang lebar dengan Firna sore itu. Sampai Inah memanggil Syd karena Ziva terbangun dan merengek ingin bersama Syd, padahal di kamar itu ada Kean yang menemaninya. Syd melangkah menuju kamar Ziva, berpapasan dengan Kean. Kean menahan Syd untuk menemui Ziva. Kean menarik pelan Syd kembali ke kamarnya, sementara Syd mendengar Ziva menangis mencarinya. Inah sibuk menghentikan rengekan Ziva.
"Kean, kamu kenapa? Aku mau temui Ziva, kamu ga dengar dia menangis?" Syd berusaha melepaskan pegangan Kean dari lengannya.
"biarkan Ziva sendiri, Syd"
"dia terbiasa menangis seperti itu saat aku ga ada, aku harus selalu ada di hadapan mata Ziva saat dia bangun Kean, you know that !" Syd mulai tak enak hati mendengar Ziva menangis dan terus memanggil Bunda.
"ya, tapi kamu harus mulai menjaga jarak dengan Ziva. Ziva harus terbiasa tanpa kamu, begitu juga kamu Syd"
"maksud kamu?"
"Ziva besok malam akan kembali ke Singapore"
"no !!!" Syd berkata keras. Kean memperlihatkan layar ponselnya ke hadapan Syd. Ada pesan dari nyonya Davina Soetomo bahwa dia akan membawa Ziva pulang ke Singapore besok malam. Dia meminta Kean menyiapkan Ziva.
"kamu mengiyakan ini?"
"ya.." Kean men scroll down layar ponselnya dan Kean membalas pesan nyonya Soetomo dengan jawaban ya. Syd seketika hancur, air matanya meleleh. Syd memukuli dada Kean, Syd menangis sekuat tenaganya.
"kenapa kamu tidak berusaha untuk mempertahankan Ziva? Kenapa Kean??? Aku sayang Ziva, aku ingin Ziva, kenapa kamu lakukan ini Keanu !! Kenapa???" Syd berteriak frustrasi sambil menangis. Syd masih memukuli tubuh Kean sekuat tenaga. Kean meraih Syd kedalam pelukannya. Kean tidak peduli Syd memukulinya. Syd menangis hebat. Hatinya sakit, dirinya sangat kecewa pada Kean. Kenapa pria ini tidak ada usaha sama sekali untuk mempertahankan Ziva, Syd berteriak dalam hatinya. Pikirannya sangat kacau. Perlahan tubuhnya melemah di pelukan Kean. Isakannya masih terasa jelas.
"everything oke Syd, kamu harus tenang !! Relakan Ziva"
"aku tidak akan pernah tenang, aku tidak akan pernah bisa relakan Ziva. Kamu sebut diri kamu Ayah Ziva tapi kamu sama sekali tidak berusaha untuk membuat Ziva tetap bersama kita !! Kamu tidak menyayangi Ziva !!!!"
"aku sangat menyayangi Ziva, Ziva segalanya bagi aku. Tapi tante Davina adalah nenek Ziva yang memiliki pertalian darah yang kuat dengan Ziva. Tolong kamu mengerti"
"aku menolak untuk mengerti ini, sekarang lepaskan aku, Keanu !!" Kean melepas pelukannya dari tubuh Syd. Syd menuju kamar Ziva dan meraih Ziva yang sedang ditenangkan Inah. Seketika Inah menyingkir dari hadapan Ziva. Ziva langsung bergelayut di leher Syd. Syd menggendongnya. Ziva masih terisak. Ziva mengistirahatkan kepalanya di bahu Syd. Ziva sudah terlihat lebih tenang. Syd menjadi lega.
"everything is fine sayang, Bunda disini"
"Ayah bilang, aku ga boleh minta gendong Bunda karena ada adik bayi"
"no problem, adik bayi mengerti kalau Ziva saat ini ingin di gendong Bunda" Syd mengeratkan pelukannya pada Ziva. Beberapa detik kemudian, Syd sudah kepayahan. Punggungnya terasa kram. Syd tidak mau menyalahkan perutnya yang sudah membuncit. Syd memutuskan duduk di tepian ranjang sambil memeluk Ziva dengan posesif.
"apa Ziva sayang Bunda?"
"ya, sure Bunda, you're my everything, my gorgeous mom"
"bagaimana jika Ziva meninggalkan Bunda?"
"nope, Ziva tidak akan pernah lakukan itu Bunda"
"janji?"
"ya sure, I love you Bunda dan adik Ziva" Ziva membungkukkan badannya dan mengecup perut Syd, lalu menengadahkan kepalanya untuk mengecup bibir Syd.
"love you too kakak Ziva"
"oh I can't wait Bunda. Ziva ingin dia cepat besar di perut Bunda" Ziva semakin mengeratkan pelukannya. Ziva terlihat gemas dan menekan perut Syd.
"no sayang, jangan lakukan itu. Adik bayi tidak bisa bernafas di dalam" Syd mengingatkan Ziva. Ziva tersenyum manis lalu memeluk Syd. Syd memeluk erat Ziva. Oh tidak pernah terbayang jika Ziva pergi meninggalkannya. Apalagi jika nyonya Davina Soetomo benar-benar membawanya ke Singapore. Jangan sampai !! Ini tidak boleh terjadi !! Kenapa Kean tidak berusaha untuk membuat Ziva tetap tinggal disini, kenapa Kean tidak mengurus surat adopsi Ziva jauh-jauh hari. Banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepala Syd.
Sementara hati Kean berdesir sambil mengintip Syd dan Ziva dari luar kamar Ziva yang pintunya sedikit terbuka. Ziva sangat mengubah Syd. Bagaimana bisa mereka dipisahkan jika sudah seperti ini? Air mata Kean menetes. Kean tidak pernah sebingung ini sebelumnya.
                                                                                         ***
Sejak siang, nyonya Davina meminta Kean menyiapkan Ziva. Kean sudah meminta Inah untuk memasukkan semua barang Ziva ke dalam kopernya sejak pagi. Bahkan Inah sesegukan membereskan barang anak majikannya ini yang belakangan selalu bersamanya.
"kenapa bi Inah membereskan baju Ziva? Apa kita akan holiday Bunda?" Ziva melompat ke ranjang Syd. Ziva menghujani Syd dengan kecupan.
"hug me please sweetie"
"sure Bunda" Syd menangis sesegukan di pelukan Ziva. Oh Tuhan aku tidak snaggup kehilangan dia, lebih baik aku mati saja.
"jangan lepaskan sayang"
"it's oke Bunda. Everything is fine. Apa Bunda sakit? Tell me Bunda, what do you feel? Apa adik Ziva baik-baik saja?"
"ya....baik-baik saja" Syd melepas pelukannya. Syd sibuk mengusap air matanya, namun wajahnya masih merah. Ziva mengusap sisa air mata Syd. Mata Ziva berkaca-kaca.
"Bunda kenapa?" Ziva berkata serak. Syd menggeleng.
"listen to me sweetie, apapun yang terjadi nanti, kamu harus tahu kalau Bunda, adik Ziva dan Ayah sangat menyayangi dan mencintai Ziva" Syd mengusap kepala Ziva, Ziva mengangguk.
"I know Bunda. Ziva juga sayang Bunda, adik Ziva dan Ayah" Ziva menempelkan telinganya di perut Syd lalu mengecupnya. Ziva duduk di pangkuan Syd dan memeluknya erat, menempel seperti koala pada pohon. Mengistirahatkan kepalanya di dada Syd.
"apa selama ini Ziva bahagia tinggal bersama Bunda dan Ayah?"
"sangat Bunda, apalagi nanti ada adik Ziva"
"Ziva janji tidak akan melupakan Bunda dan Ayah serta adik Ziva?"
"janji Bunda, mana mungkin Ziva melupakan ini" Ziva berkata pelan lalu mengeratkan pelukannya erat.
"I love you so much Bunda"
"love you too sweetie"
Syd kembali meneteskan air matanya, sementara Ziva memejamkan matanya sambil bersenandung, entah lagu apa yang dinyanyikannya. Tak lama Kean masuk kedalam kamar. Wajahnya terlihat begitu kusut, muram dan sangat lelah. Syd sebenarnya merasa bersalah telah marah besar pada Kean, meneriaki nya dan memakinya tadi siang. Syd paham, Kean pasti bingung dan merasa sangat bersalah atas semua ini. Beberapa jam ini, Kean entah kemana. Kean berjalan menuju toilet sepertinya mandi. 10 menit kemudian Kean tampak lebih segar meskipun wajahnya muram. Kean dengan ragu naik ke ranjang dan duduk bersandar ke kepala ranjang sambil mengusap punggung Ziva yang berada di pangkuan Syd.
"Ayah....Ayah dari mana?"
"Ayah ada urusan. Sepertinya Ziva belum peluk Ayah?"
"ya..." Ziva beranjak perlahan dari pangkuan Syd dan memburu Kean. Kean menggelitiki Ziva hingga Ziva tertawa kencang dan meminta ampun. Kean menggigit dagu Ziva.
"stop it Ayah, Ziva menyerah"
"give up?"
"yes !!" Ziva mengatur nafasnya sambil berbaring. Syd diam memandangi Ziva dan Kean. Kean terus mengecup Ziva hingga Ziva tertawa terbahak-bahak karena kegelian. Sejak tadi, Kean terlihat ragu untuk menatap Syd.
"I love you so much Ayah"
"love you too sweetie" Ziva merangkum wajah Kean. Ziva lalu mengecup kening Kean. Kean mengangkat Ziva yang kecil untuk berbaring di atas tubuhnya. Kean duduk mendekat pada Syd. Mengusap perutnya.
"hai adik Ziva, how are you in there?"
"adik Ziva fine Ayah, iya kan Bunda?"
"ya...." Syd hanya mengangguk sambil tersenyum pada Ziva, dirinya sama sekali tidak mau menatap Kean. Kean tiba-tiba mengecup bibir Syd. Syd terkejut dan menatap Kean. Kean lalu mengecup bibir Ziva.
"Ziva tidur ya, sudah malam" Kean menepuk bantal di antara dirinya dan Syd. Ziva meraih boneka barney nya di night stand dan berbaring. Syd ikut berbaring. Seperti biasa Ziva memeluk Syd dan menempelkan pipinya di dada Syd. Ziva mulai memejamkan matanya saat Syd mengusap punggungnya.
"good night Bunda, Ayah, adik Ziva" Ziva bergumam sambil matanya terpejam. Kean merapatkan posisi tidurnya mendekati Ziva dan Syd.
"night sweetie" Syd mengecup kepala Ziva. Kean mengecup pipi Ziva.
"we love you Zivarra, sleep tight" Syd meneteskan air matanya lagi. Lengan Kean menjangkau  Syd dan Ziva. Kean mengusap punggung Syd. Syd masih meneteskan air matanya.
"I can't Kean, I can't" Syd berbisik di sela tangisnya.
"sorry, Syd" Kean mengecup kening Syd. Syd semakin terisak sambil memeluk Ziva.
Mereka tertidur seperti satu kesatuan. Saling memeluk satu sama lain. Ini malam terakhir mereka tidur bersama Ziva. Syd sangat berat melepas Ziva. Syd bahkan tidak tahu bagaimana menjalani hari-harinya tanpa Ziva lagi. Ini terlalu berat bagi Syd. Syd tidak sanggup. Syd bahkan baru tertidur tengah malam, dirinya terus memandangi wajah Ziva yang sangat damai dalam tidurnya. Mengingat semua garis wajahnya, menyimpan baik-baik dalam ingatannya. Zivarra, my lovely daughter.
                                                                                    ***
Seharian ini Syd dan Kean menghabiskan waktu dengan Ziva. Mereka tidak mau melewatkan saat-saat terakhirnya dengan Ziva. Meskipun sejak tadi pagi, Syd tidak banyak bicara dengan Kean. Kean mencoba memaklumi ini karena Kean paham, Syd masih begitu kesal padanya. Sore itu Syd berendam bersama Ziva lalu memandikannya. Kean hanya memperhatikan Syd dan Ziva sambil tersenyum. Kean tidak pernah melihat Syd seperti ini sebelumnya. Syd terlihat begitu ketakutan dan wajahnya sangat muram, namun Syd berusaha ceria dan tersenyum karena tidak menunjukkan itu pada Ziva. Selesai memandikan Ziva, Syd mengikat rambut Ziva. Ziva terlihat sangat senang. Kean menunggu Ziva di depan pintu kamarnya. Kean lalu menggendong Ziva sambil menggenggam jemari Syd.
"itu Oma Vina ya?" Ziva berkata di tangga sambil berbisik saat melihat nyonya Davina Soetomo berdiri di ruang tamu rumah Syd dan Kean.
"iya itu Oma"
"apa Ziva akan holiday dengan Oma?"
"no, tidak hanya holiday"
"so?"
"Ziva akan tinggal dengan Oma"
"Ziva akan tinggal dengan Oma???" Ziva membelalakan matanya, menatap Syd dan Kean bergantian.
"ya" Syd mengangguk sambil tersenyum, mengiyakan kata-kata Kean. Mata Syd seketika berkaca-kaca.
"Ziva ga mau, Ziva mau dengan Ayah dan Bunda" Ziva meronta meminta di turunkan dari pangkuan Kean, namun Kean menahannya. Kean menghentikan langkahnya dan menatap Ziva dalam-dalam.
"kemarin Ziva katakan Ziva menyayangi Ayah, Bunda dan Adik Ziva kan?"
"ya" Ziva mengangguk sambil memasang wajah yang memberengut.
"Ziva mau menurut pada Ayah dan Bunda?"
"sure"
"sekarang Ziva akan tinggal dengan Oma, Ziva bisa mengunjungi Ayah dan Bunda kapan saja Ziva mau. Nanti Ayah akan kabari Ziva jika Adik Ziva sudah lahir"
"no, I won't Ayah" air mata Ziva kini memenuhi pelupuk matanya, Syd tidak bisa lagi menahan tangisnya.
"Zivarra..."
"sampai kapan Ayah? Bunda?" Syd mengusap kepala Ziva. Merapikan poni nya yang berantakan.
"Ziva....jangan membantah Ayah dan Bunda, ya sayang" Syd berkata serak menelan tangisannya.
"doing something Bunda, Ziva ga mau sama Oma" tangisan Ziva meledak dan Ziva meronta minta di turunkan. Kean akhirnya menyerah dan menurunkan Ziva dari pangkuannya. Syd berlutut dan Ziva menangkap leher Syd. Memeluknya sambil menangis.
"sweetie, listen to me ! Everything is fine. Ga ada yang perlu kamu khawatirkan. Bunda dan Ayah akan selalu disini menyayangi kamu. Kamu untuk sementara waktu tinggal bersama Oma, oke? Bunda janji akan minta Oma untuk membawa Ziva kesini saat adik Ziva lahir" Syd menghapus air mata Ziva. Ziva memandang Syd ragu. Kean juga berlutut di samping Syd, mengusap punggung Ziva yang sedang memeluk Syd. Kean lalu memeluk Syd dan Ziva. Kean tidak pernah merasakan perpisahan sepahit ini. Merelakan separuh jiwa nya pergi karena kelalaian nya sendiri. Kean sangat merasa bersalah.
"I love you Ayah, Bunda, adik Ziva"
"love you too my Zivarra"
"love you too kakak Ziva" Syd tersenyum lalu merangkum wajah Ziva, mencium kening, pipi, kedua mata, hidung dan bibirnya. Kean melakukan hal yang sama. Ziva lalu berlutut dan menempelkan telinganya di perut Syd lalu mengecupnya.
"see you soon Adik Ziva"
"see you soon kakak Ziva" Syd menjawabnya dan Ziva tersenyum sambil memandang Kean dan Syd bergantian.
"you must know, you'll always in our mind, our heart and our life, sweetie" Kean berbisik pada Ziva, Ziva tersenyum dan mengangguk.
"Ziva jangan menangis lagi saat bangun tidur jika Bunda tidak ada, Ziva harus rajin belajar, jangan lupa makan dan minum susu dan jangan merepotkan Oma. Janji?"
"janji Bunda"
"Bunda, Ayah dan Adik Ziva ingin oleh-oleh apa jika nanti Ziva pulang?" Ziva memandang Kean dan Syd bergantian. Syd meneteskan air matanya lagi, namun cepat-cepat menghapusnya. Syd berdeham berkali-kali untuk menstabilkan suaranya agar tidak bergetar karena menahan tangis.
"Bunda dan Ayah hanya ingin Ziva pulang dalam keadaan sehat" Syd berkata lembut. Ziva mengangguk dan memeluk Syd. Ziva lalu meraih Kean agar mendekat. Kean memeluknya erat.
"I'll always love you, Ayah, Bunda"
"me too" Syd berbisik sambil mencoba tersenyum pada Ziva. Ziva tersenyum simpul menatap Syd dan kean bergantian.
Tak lama nyonya Davina Soetomo membalikkan badannya dan berjalan mendekat.
"Ayo Ziva, say goodbye untuk Om Kean dan tante Sydney" Syd merasa terpukul mendengar perkataan nyonya Soetomo. Panggilan tante itu sudah lama tidak di gunakan Ziva lagi padanya. Kean pun demikian, Kean merasa asing jika di panggil Om oleh Ziva.
"bye Ayah, Bunda"
"bye sweetie"
"kalian mengajari Ziva memanggil kalian dengan Ayah dan Bunda? Keterlaluan !!" nyonya Davina Soetomo mendesis. Syd hanya menunduk menahan amarahnya.
"katakan terimakasih pada Om dan Tante karena telah merawat kamu selama ini. Mereka tetap Om dan Tante kamu, tidak akan pernah menjadi Ayah dan Bunda kamu Ziva. Orang tua kamu tetap Papi Ivan dan Mami Reina" nyonya Davina Soetomo berkata tegas pada Ziva, namun Ziva tidak menghiraukan. Ziva asik memainkan jemari Syd sambil menempelkan telinganya di perut Syd. Nyonya Davina Soetomo lalu menarik tangan Ziva. Body guard nya membawa barang Ziva untuk dimasukkan ke dalam mobil. Ziva memeluk boneka barney pemberian Syd sambil melambaikan tangannya.
Syd cukup lega, Ziva pergi dengan senyuman, tidak dengan tangisan seperti apa yang di bayangkannya. At least, tidak ada adegan paksa memaksa di hadapan mata Syd. Ziva memang anak yang dewasa dan mandiri.
"tante Davina, maaf saya dan istri saya tidak bermaksud membuat Ziva melupakan Ivan dan Reina sebagai orang tua kandung nya" Kean menahan nyonya Davina Soetomo sebelum masuk ke dalam mobil.
"tapi kamu dan istri kamu telah melakukan itu Keanu. Well, thank you so much atas tenaga, pikiran, waktu dan uang yang kamu habiskan untuk Ziva selama hampir 2 tahun ini. Kirimkan nomor rekening kamu kesini, saya akan ganti biayanya" nyonya Davina Soetomo memberikan kartu namanya. Kean geram dengan tingkah arogan nya.
"kami tidak butuh uang anda, kami menyayangi Ziva dengan tulus. Ziva bukan barang yang bisa di beli" Kean mendesis, nyonya Davina Soetomo hanya menyeringai.
"terserah, saya hanya ingin membalas kebaikan kamu, permisi" body guard nyonya Davina Soetomo menutup pintu mobilnya. Kean mundur beberapa langkah. Syd mendekat dan mengetuk kaca jendela mobil mewah nyonya Davina.
"apa saya masih boleh menemui Ziva?"
"ya, tapi tidak dalam waktu dekat. Saya akan mengajak Ziva berlibur keliling Eropa. Kamu dan Keanu bisa hubungi saya jika sekedar ingin bicara dengan Ziva" nyonya Davina menaikkan jendela mobilnya. Syd sempat melambaikan tangannya pada Ziva. Syd lalu mu dur dna membiarkan mobil itu meninggalkan rumahnya. Kean merangkul Syd sambil menatap mobil mewah itu keluar dari halaman rumah mereka. Syd langsung berbalik menuju pintu dan masuk, meninggalkan Kean yang masih menatap bayang-bayang Ziva. Ziva, please kembali untuk Ayah dan Bunda, bisiknya dalam hati. Dan sejak saat itu, Syd dan Kean tak pernah saling bicara...
                                                                                                     ***  

The Break PrincipleWhere stories live. Discover now