Bab 19 : The Bad News

15.7K 829 6
                                    

"menurut kamu, apa nama yang cocok untuk anak kita?"
Kean bicara di sela-sela mereka sedang menonton film untuk menghabiskan weekend nya. Kean merangkul Syd dan membiarkan Syd bersandar di bahunya. Belakangan Syd sudah tampak lebih ceria di bandingkan sebelumnya. Syd sudah berusaha merelakan Ziva dan menunggu sampai surat adopsi Ziva selesai di buat, meskipun memang kecil kemungkinan nyonya Davina Soetomo mau mengembalikan Ziva pada mereka setelah surat permohonan adopsi itu datang terlambat.
Syd mulai menjalani kehidupannya dan terfokus pada bayinya saja. Kean sebisa mungkin selalu available untuk Syd, menemani Syd kemanapun Syd pergi, berbelanja bulanan, shopping, bahkan menunggu Syd mengikuti kelas yoga. Itu hal yang tidak pernah Kean lakukan sepanjang dirinya berpacaran hingga hampir 5 tahun menikah dengan Syd. Kean melakukan ini semata-mata hanya ingin menjaga Syd dan calon anaknya. Kean rela melakukan apapun yang tidak disukainya hanya demi Syd dan calon anaknya.
"aku belum pikirkan itu" Syd menjawab datar, entah kenapa Syd terlihat tidak terlalu excited memikirkan ini. Kean pikir, setelah mereka berbelanja kebutuhan bayi kemarin, Syd akan excited memikirkannya. Ternyata tidak.
"well, oke" Kean mengangguk mengerti. Mungkin ini memang bagiannya.
"kenapa bukan kamu yang pikirkan ini?" Syd melirik Kean yang matanya terpaku pada layar tv. Kean mengangkat bahunya tak peduli.
"aku belum mendapat ide"
"aku yang hamil, aku yang akan melahirkan, apa aku juga yang harus memikirkan nama dia?" Syd berkata kesal pada Kean, wajahnya memberengut. Syd mengangkat kepalanya dari bahu Kean. Namun Kean menariknya untuk kembali bersandar di bahunya.
"amare, kamu terlalu sensitif dan terlalu cepat marah, oke...aku akan pikirkan ini sayang" Kean mengusap kepala Syd. Seketika Syd tersenyum.
"mood swing !"
"ya Bunda, aku cukup memahami ini"
"good" Syd mengecup bibir Kean. Kean melumatnya dengan tidak sabar. Seolah mereka seperti tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Sudah lama Kean tidak menyentuh Syd seintim ini.
"I love you Syd"
"love you too" Kean membaringkan Syd dengan hati-hati. Mereka pun hanyut dalam suasana malam itu. Merek saling menyatukan diri dengan hati-hati. Saat mereka sedang asik dengan aktivitasnya, tiba-tiba ponsel Kean berdering.
"answer Kean"
"nanti, aku masih menginginkan kamu" Kean menyerang Syd dengan kecupan hangatnya, Syd menyetujui jawaban Kean karena Syd juga masih menginginkan Kean.
"itu sangat mengganggu konsentrasi aku !" Syd menggeram karena suara dering ponsel Kean, Kean lalu meraih ponselnya dan memasang mode silent lalu menyimpannya di bawah bantal.
"it's okay sayang, tidak akan ada lagi yang bisa mengganggu konsentrasi kamu untuk menyentuh aku. Aku tahu kamu selalu butuh konsentrasi lebih untuk melakukan ini" Kean berkata nakal, Syd menahan tawanya. Kean lalu kembali melumat bibir Syd dan menenggelamkan tawanya di bibir Kean. Kean sudah tidak lagi menggelitik Syd semenjak Syd hamil, itu terlalu berbahaya, pikirnya. Mereka menikmati malam yang sangat menyenangkan sekaligus melelahkan. Tanpa mempedulikan deringan ponsel Kean. Kean pun tidak tahu siapa yang sibuk menghubunginya. Biarkan saja, tidak ada satupun orang yang boleh mengganggu waktu dan kesenangannya saat bersama Syd.
                                                                                            ***
Syd terbangun. Kean masih memeluk pinggangnya erat. Syd menyipitkan matanya karena matahari mulai masuk ke dalam kamarnya. Syd menyingkirkan tangan Kean dari pinggangnya, namun Kean malah semakin mengeratkannya.
"no.....jangan dulu bangun"
"ini sudah terlalu siang Kean, aku mau bangun" Syd agak mengotot karena perutnya sudah sangat lapar. Syd melirik jam dinding, sudah pukul 8.30. Pantas saja, jam sarapannya terlewat karena terlalu nyenyak tidur. Kean mengecup tengkuk dan punggung Syd berkali-kali dan menempelkan pipinya di punggung Syd.
"kamu tahu? Kamu terlihat begitu....HOT" Kean berbisik. Syd mengernyitkan keningnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap Kean. Syd mengecup kening Kean.
"thank you" Kean membuka matanya perlahan. Meraba perut Syd yang membuncit. Syd sudah tidak slim seperti dulu, namun Kean semakin mencintainya. Syd semakin hot ! Tubuh Syd yang tinggi dan langsing tidak begitu terlihat gemuk saat hamil. Hanya  perutnya yang membuncit dan tubuhnya yang sedikit lebih berisi. Syd tetap wanita paling cantik dan hot di mata Kean !!
"caro, lepas !! Aku sudah melewatkan jam sarapan. Jagoan kamu sudah memprotes" Syd berkata manja pada Kean. Kean tersenyum kecil, mengecup bibir Syd lalu mengangkat kepalanya dan mencium perut Syd yang saat itu mereka berdua masih dalam keadaan naked. Syd mengangkat tubuhnya dan bersandar ke kepala ranjang, menurunkan kakinya perlahan.
"aku akan mandi, apa kamu mau aku siapkan air hangat?" Syd berteriak dari toilet, Kean membuka pintunya.
"aku akan berendam bersama kamu"
"no, itu akan menambah lama waktu mandi aku"
"oh, come on...aku tidak akan menambah lama. Kalau perlu aku akan bawakan sarapan untuk kamu kesini.
"yaks ! Aku ga berminat makan di toilet" Kean terkekeh. Syd akhirnya menyerah dan membiarkan Kean berendam bersamanya pagi itu. Sebelumnya Kean meraih intercom dan meminta Inah membuatkan sarapan untuk dirinya dan Syd. Inah dengan sigap mengantarkan sarapannya ke kamar Kean dan Syd. Inah yang sudah 4 tahun ini bekerja untuk mereka tidak shock jika melihat baju Syd dan Kean bertebaran di lantai. Inah hanya tersenyum melihat tingkah majikannya yang pernah beberapa kali Inah pergoki sedang berciuman entah itu saat di kolam renang atau saat Syd sedang memasak di dapur. Inah selalu menyukai Kean dan Syd yang selalu mesra. Sama halnya dengan Kean dan Syd, Inah juga kehilangan Ziva. Inah salah satu orang yang melihat perbedaan Syd dan Kean semenjak Ziva hadir diantara mereka. Syd dan Kean menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan sikap mereka menjadi lebih ramah pada Inah terutama Syd yang memang agak ketus.
"permisi Pa, Bu, sarapannya sudah saya siapkan di meja"
"thanks Inah" Syd terdengar berteriak dari toilet. Inah sangat tahu, pasti majikannya sedang berendam berdua di bathtub. Inah tertawa geli lalu meninggalkan kamar majikannya. Belakangan Inah senang karena melihat majikannya mulai ceria lagi sehingga suasana rumah mulai kembali ramai tidak seperti kuburan. Andai saja non Ziva bisa kembali, bisik Inah dalam hati.
                                                                                        ***
"Dazello Keanu !!!! Apa yang kamu lakukan sampai Mama sulit menghubungi kamu sejak semalam??"
Mama menggeram marah di telepon. Kean menjauhkan ponsel dari kupingnya karena teriakan Mama.
"ada apa Ma? Semalam, Kean berkonsentrasi pada Syd jadi Kean sangat tidak ingin di ganggu" Kean terkekeh di telepon, Mama menghela nafas panjang. Mama diam berjeda beberapa saat. Syd memeluk Kean yang sedang berdiri di beranda kamar mereka dari belakang. Menempelkan pipinya di punggung Kean. Kean meraih tangan Syd dan membalikkan badannya dan memeluk Syd erat.
"tadi malam, Davina Soetomo menghubungi Mama"
"really?" Kean berkata agak panik, namun Kean mencoba mengatur emosinya karena ada Syd. Kean tidak mau menceritakan ini pada Syd jika ini berita tidak mengenakkan. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Ziva. Oh my God !!
"Davina mengatakan Ziva sakit dan kondisinya sangat lemah. Dia tidak sadarkan diri sudah 3 hari ini. Ziva masuk ruang ICU. Davina meminta kamu dan Syd ke Singapore untuk menjenguk Ziva. Ziva sepertinya ingin bertemu kalian. Davina mengatakan, terakhir Ziva memanggil Ayah dan Bunda sesaat sebelum dia koma"
"oke Ma, nanti Kean hubungi Mama lagi, bye Ma" Kean gemetaran mendengar berita ini. Syd mengernyitkan dahinya.
"ada apa sayang?"
"ehm? No...biasa Mama cerita tentang mas Danish. Masih terlalu pagi untuk aku mendengar keluhan Mama" Kean menempelkan bibirnya di kening Syd. Syd tersenyum simpul. Menatap mata Kean dalam-dalam.
"everything okay?" Syd agak heran melihat Kean yang telihat gugup setelah menerima telepon Mama.
"ya, sure sayang" Kean meyakinkan Syd. Syd mengangguk lemah. Kean menenggelamkan Syd dalam pelukannya sambil berpikir bagaimana caranya keluar rumah tanpa Syd.
"aku ada operasi hari ini"
"oh ya? Kamu bilang hari ini free?"
"tadi asisten aku, Sandy meninggalkan pesan. Ya, operasi mendadak" Kean meringis karena kebohongannya pada Syd. Syd memberengut dan mengeratkan pelukannya pada Kean.
"jam berapa kamu pulang?"
"ini hanya operasi kecil, tidak memakan waktu yang lama. Aku akan pulang secepatnya. Apa aku boleh pergi sekarang?"
"sure, janji untuk cepat pulang !" Syd memperingatkan Kean. Kean mengangguk lalu mengecup bibir Syd.
Kean langsung bersiap selayaknya akan berangkat ke rumah sakit, padahal Kean akan menemui Mama dan ingin mengetahui tentang Ziva. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Ziva?? Jantung Kean berdetak tak karuan. Kean terlalu takut menghadapi kenyataan pahit tentang Ziva...
                                                                                         ***
"kamu apa-apaan Kean? Tiba-tiba mengakhiri telepon Mama?"
Mama mengomel saat Kean baru memarkirkan SUV nya. Mama menyeret Kean ke ruang keluarga.
"tadi Kean sedang bersama Syd, Ma. Kean ga mau ini menjadi bahan pikiran Syd"
"kamu harus secepatnya ke Singapore, Kean !" Mama memperingatkan Kean
"kenapa Ziva bisa sakit seperti itu Ma?"
"Davina tidak mengatakan apapun, hanya saja Ranti, orang kepercayaan keluarga Soetomo menghubungi Mama setelah Davina menutup teleponnya. Dia mengatakan bahwa sejak 1 minggu Ziva kembali ke Singapore, Ziva sering sakit-sakitan. Setiap malam merengek memanggil Bunda atau Ayah. Ziva mogok sekolah hingga Ziva home schooling. Belakangan Ziva ingin bertemu dengan kamu dan Syd namun Davina melarang nya. Ziva sempat mencoba kabur namun penjagaan di rumah Davina begitu ketat. Sebenarnya, Ranti, berniat membawa Ziva kembali pada kamu, tapi dia terlalu takut melakukan itu. Dia sebenarnya sangat prihatin pada kondisi Ziva" Mama bercerita panjang lebar dengan wajah yang sangat sedih dan muram. Mama terlihat sangat khawatir sekaligus prihatin.
"belakangan Ziva mogok makan, terakhir demamnya sangat tinggi dan Ziva di bawa ke rumah sakit. Ziva masuk ke ruang ICU karena tidak sadarkan diri" Mama mengurut keningnya. Kean meringis mendengar cerita Mama nya. Ya Tuhan Zivarra...
"Kean ga mungkin meninggalkan Syd, Ma. Syd sedang hamil tua, Kean takut terjadi apa-apa"
"Mama akan stay di rumah kamu selama kamu ke Singapore, Kean"
"oke, Kean akan berangkat besok pagi penerbangan pertama. Kean akan beralasan untuk kunjungan mendadak ke rumah sakit di Malaysia pada Syd"
"good" Mama mengangguk sambil mengusap bahu Kean. Mama terlihat sangat khawatir pada Ziva. Ziva adalah cucu perempuan Mama satu-satunya sebelum ada Scarlett, sehingga Mama sangat menyayangi Ziva. Kean berdoa dalam hati, semoga kedatanganya bisa menyadarkan Ziva bahkan menyembuhkannya.
                                                                                        ***
Kean berjalan di lorong rumah sakit. Kean baru sampai di Singapore 2 jam yang lalu. Setelah singgah di hotel, Kean langsung menuju rumah sakit yang di katakan Mama sebelum Kean berangkat. Terlihat 4 bodyguard Davina Soetomo berdiri di depan ruang ICU. Saat Kean mendekati ruangan tersebut, tampak nyonya Davina Soetomo keluar bersama seorang dokter. Kean menunggu hingga mereka selesai berbincang.
"Keanu?"
"bagaimana keadaan Ziva? Apa saya boleh menjenguknya?" Kean berkata pelan pada Davina. Davina melarikan pandangannya agar tidak bertatapan dengan Kean. Nyonya Davina menaikkan dagunya dnegan arogan.
"silahkan" nyonya Davina melengos menjauhi Kean.
Kean langsung masuk ke ruangan Ziva. Kean berjalan mendekati ranjang. Hanya suara mesin penunjang kehidupan yang terdengar di telinga Kean. Ziva, seseorang yang sangat ingin Kean temui hampir 4 bulan terakhir ini. Badan Ziva tampak lebih kurus dari sebelumnya. Matanya terpejam, wajahnya sangat pucat. Selang oksigen di hidungnya dan selang infus di tangan kirinya. Jari tengah Ziva di capitkan alat pendeteksi detak jantung. Mata Kean seketika berkaca-kaca melihat Ziva yang biasanya selalu ceria, memburunya dan menghujani nya dengan kecupan jika bertemu, kini hanya terbaring lemah tanpa merespon apapun. Kean mendekati Ziva, memegang tangannya, mencium keningnya.
"morning sweetie, long time no see. Ini Ayah sayang, Ayah....datang untuk kamu" Kean tersendat menelan tangisnya. Kean mengusap kepala Ziva dan mengecup keningnya lagi.
"Bunda tidak bisa kesini menjenguk Ziva, karena kondisi Bunda tidak memungkinkan" Kean terdiam memandangi Ziva yang tidak merespon apapun. Kean mengusap punggung tangan Ziva yang kecil lalu mengecupnya.
"Ziva kenapa? Apa yang terjadi sama kamu sayang? Ayah dengar Ziva tidak mau makan dan tidak mau sekolah. Bukannya Ziva sudah berjanji pada Ayah dan Bunda untuk rajin belajar dan akan makan yang banyak?" tiba-tiba saja Ziva merespon dengan meneteskan air mata dari ujung matanya. Hati Kean seketika berdesir. Kean mengusap air mata Ziva perlahan. Kean terdiam memandangi Ziva. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Ziva???
"sweetie, you know? Ziva akan punya adik laki-laki. Dia sudah tumbuh besar di perut Bunda sekarang. Kamu harus datang saat dia lahir. Ayah belum memberi nama, bagaimana kalau kamu bantu Ayah untuk memberi nama yang cocok untuk Adik Ziva?" Ziva masih merespon dengan air matanya. Kean seketika ikut meneteskan air mata. Ya Tuhan, bangunkan Ziva, bisiknya dalam hati. Kean terdiam cukup lama memandangi Ziva lagi. Terus mengusap tangan kecilnya. Keajaiban menghampiri Ziva, tiba-tiba detak jantungnya meningkat. Kean terperanjat melihat ini.
"good girl sweetie, bangun sayang. Ayah akan ajak kamu pulang. Ayah janji. Kita akan bertemu Bunda dan adik Ziva, tapi Ziva harus bangun" Kean berbisik, Ziva masih terus meneteskan air matanya. Kean mengusapnya perlahan lalu mengecup kening Ziva lagi.
"jangan terburu-buru sayang, pelan-pelan. Ayah akan menunggu Ziva hingga Ziva bangun. Kita akan pulang dan memberi Bunda serta adik Ziva kejutan atas kepulangan Ziva" Ziva mulai menggerakkan tangan kecilnya. Menggenggam lemah jemari Kean. Kean mengusapnya lembut.
"good Ziva, terimakasih sudah merespon Ayah. Love you Zivarra" Kean memandangi Ziva. Mengusap kepalanya. Kean terus duduk di samping Ziva sambil mengusap punggung tangannya. Kean enggan melepaskan tangan Ziva. Kean tahu, nyonya Davina terus memantaunya dari balik kaca ruang ICU sambil menatap Kean tajam dan memasang wajah arogan nya.
Sore itu dokter memeriksa Ziva. Dokter terkejut melihat peningkatan kondisi Ziva. Ziva sudah sangat stabil, tinggal menunggu kesadarannya kembali. Nyonya Davina mengangguk saat mendengar penjelasan dokter. Dokter mengatakan bahwa sebaiknya Davina memenuhi keinginan Ziva, demi kesembuhannya. Seorang Psikolog juga ikut menangani Ziva. Dia mengatakan bahwa kemungkinan Ziva sakit secara psikis. Kepergian Ivan dan Reina yang tiba-tiba, membuat jiwanya terguncang. Ketika Ziva mulai menjalin kedekatan dengan sosok pengganti Reina dan Ivan yaitu Syd dan Kean, Ziva harus kembali merasakan perpisahan, bahkan guncangan jiwanya lebih dari pada saat Ziva kehilangan Reina dan Ivan.
"saya perlu bicara dengan kamu, Keanu"
"oke, tante"
"kita bicara di luar" nyonya Davina dengan arogan melangkah keluar. Kean mengikutinya dari belakang. Mereka duduk berhadapan di sofa ruang tunggu. Suasana hening.
"sepertinya saya menyerah, saya mengaku kalah" nyonya Davina berkata memecah keheningan. Kean mengernyitkan keningnya.
"maksud tante?"
"saya akan serahkan Ziva kembali pada kamu. Saya kewalahan merawat anak suka membantah seperti Zivarra. Saya sudah tidak menginginkan dia lagi. Bawa saja Ziva pulang dengan kamu. Saya sudah bayar biaya rumah sakitnya. Saya juga sudah mencoret nama Zivarra dari daftar pewaris keluarga Soetomo" nyonya Davina berkata dengan nada sedikit marah. Kata-katanya ini cukup menyulut emosi Kean.
"kenapa tante seolah membuang Ziva?" Kean mulai geram pada nyonya Davina. Kenapa kata-katanya sangat kasar !! Kean tidak bisa menerima kata-katanya itu yang seolah membuang Ziva seperti sampah.
"saya hanya tidak mau membunuh pelan-pelan seorang anak berumur 5 tahun. Saya sudah merasa memenjarakan Ziva. Kamu tidak perlu menunjukkan surat adopsi apapun pada saya. Silahkan rawat Ziva dan menjadi orang tuanya. Rawat dan sayangi keturunan Soetomo dengan sebaik mungkin. Saya yakin, dia akan lebih baik tinggal bersama kamu dan Sydney. Mulai detik ini, saya putuskan pertalian saya dengan Zivarra. Saya percayakan Ziva pada keluarga Barata. Silahkan kamu tanda tangani perjanjian ini. Saya tidak akan menuntut Ziva untuk kembali dan keluarga Barata tidak berhak menuntut apapun dari keluarga Soetomo untuk perawatan Ziva hingga Ziva dewasa" nyonya Davina berkata tegas sambil menyerahkan sebuah dokumen. Kean membacanya baik-baik sebelum menandatanganinya. Setelah Kean menandatangani, nyonya Davina beranjak dari sofa. Berdiri dengan arogannya.
"barang Ziva sudah saya rapikan dan disimpan di ruangannya. Terimakasih atas semuanya Keanu"
"sama-sama tante" Kean beranjak, Kean mengulurkan tangannya pada nyonya Davina. Nyonya Davina menyambutnya dan memberi Kean senyuman tipis. Sesungguhnya, mereka seperti baru saja transaksi jual beli seorang anak. Kean meringis dalam hati. Nyonya davina berjalan menjauh di kawal 2 orang bodyguard nya. Kean perlahan melihat punggungnya menjauh dan menghilang di balik lorong rumah sakit. Kean menghembuskan nafasnya lega. Kean merasa sangat tenang. Syd aku akan membawa Ziva pulang, bisiknya dalam hati. Kean langsung meraih ponselnya menghubungi Mama.
"Ma, Kean akan bawa Ziva pulang secepatnya. Jangan dulu kabari ini pada Syd" kebahagiaan meletup di hati Kean. Ini pasti akan jadi hadiah terindah untuk Syd.
                                                                                     ***
Sejak hari itu, nyonya Davina Soetomo tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di rumah sakit. Ini hari ke 4 Kean menemani Ziva. Dari pagi hingga malam, Kean menemani Ziva. Terkadang Kean membacakan Ziva cerita. Kean juga selalu memperdengarkan suara video yang dulu sering Syd buat dengan Ziva dan mengirimnya pada Kean saat Kean berada di Perth. Ziva hanya merespon dengan air mata atau gerakan tangannya menggenggam Kean lemah. Kean tahu, pasti Ziva merindukan Syd begitu pula Syd. Kean menghubungi Syd siang itu.
"hai amare, sudah makan siang?"
"sudah, kamu?"
"baru selesai, bagaimana keadaan jagoan kita?"
"dia pintar hari ini, terlalu sering menendang dan meninju aku. Padahal aku sedang meeting, konsentrasi aku menjadi buyar karena ini sangat menggelikan. Aku pikir, mungkin dia tidak suka suasana ruang meeting"
"ya, mungkin dia lebih suka menjadi seorang dokter dari pada CEO sebuah perusahaan"
"ya, maybe" Syd menahan tawa, sementara Kean terkekeh mengingat jagoannya yang mulai lincah di perut Syd.
"kapan kamu pulang?"
"nanti aku kabari sayang, disini sangat hectic sehingga tim dokter belum menentukan jadwal kepulangan. Paling lambat minggu depan" Kean meringis karena kebohongannya. Ini jebohongannya yang kesekian kalinya pada Syd.
"itu terlalu lama !!"
"ada Mama yang menemani kamu, sabar sebentar sayang" Kean berkata lembut. Syd lalu mengiyakan. Bagaimanapun juga, Kean sedang bekerja dan Syd harus mengerti ini.
"oke, tapi kamu harus selalu hubungi aku"
"sure, love you my Sydney"
"love you too my Keanu" Kean tersenyum simpul mendengar Syd mengatakan ini dengan manja. Sesungguhnya, Kean sangat merindukan Syd.
"Mr. Keanu, she's awake..." seorang suster memanggilnya dengan suara agak kencang. Otomatis Syd mendengarnya. Syd langsung bertanya heran pada Kean.
"awake? Who?" Kean menjadi kebingungan mendengar pertanyaan Syd. Kean tidak mau menyalahkan suster itu berteriak, mungkin dia merasa excited melihat Ziva akhirnya sadar.
"sayang, nanti aku hubungi kamu lagi. Ada pasien yang harus aku tangani, oke? Bye sayang. Love you so much. Sampaikan cium aku pada jagoan kita. Bye" klik...
Kean menutup teleponnya Syd hanya mengernyitkan keningnya. Huh Kean sangat sibuk, gerutunya.
Kean dengan cepat menuju ruangan Ziva. Ziva langsung di tangani tim dokter. Kean dengan tidak sabar menunggu di pintu. Setelah selesai seorang dokter tersenyum sambil menepuk pelan bahu Kean. Kean merasa lega melihat ekspresi dokter itu.
"Finally !  she's awake. Congratulation ! You can meet her, right now. Thereafter, I need to talk to you"
"sure, thank you"
Kean langsung bergegas masuk dan  mendekati Ziva. Kean memegang tangan Ziva. Ziva sedang mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan lalu tersenyum tipis pada Kean.
"sweetie, ini Ayah"
"A...yah? A.....yah...."
"iya sayang, ini Ayah"
"B...Bun....Bun...da"
"Bunda di rumah bersama adik Ziva"
"pu.....lang, Ayah" Ziva bicara terbata sambil meneteskan air matanya. Kean mengangguk mantap. Ziva meraba wajah Kean dengan tangan kanannya.
"sure sweetie, kita akan segera pulang setelah Ziva pulih. Ayah akan jaga kamu"
"Ziva....mau pu..lang dengan A....yah"
"ya.....kamu akan kembali pada Ayah dan Bunda sayang. Tapi kamu janji untuk cepat pulih. Jangan terlalu banyak bicara dulu, oke?"
"hmmmmm" Ziva mengangguk. Ziva seketika sadar dan bisa bicara dengan Kean. Ini seperti sebuah keajaiban baginya. Ziva terus memegang tangan Kean, seperti ketakutan. Kean memegang erat tangan Ziva.
"jangan....pergi....Ayah"
"Ayah akan selalu disini sayang" Ziva mengangguk dan memegang wajah Kean. Ziva tersenyum dalam wajah pucatnya. Matanya berbinar. Ini Zivarra yang Kean kenal. Zivarra yang selalu menyinari hari Kean dan Syd. Get well soon sweetie. Akhirnya kamu menemukan jalan pulang dan tersadar sayang, Thank God.
                                                                                         ***
"morning kesayangan Ayah"
Kean tersenyum melihat Ziva yang baru saja bangun. 2 hari yang lalu Ziva sudah di pindahkan dari ruang ICU ke ruang perawatan anak. Kean bersyukur perkembangan kesehatan Ziva meningkat. Tidak ada sakit yang serius menyerang Ziva.
"morning Ayah" Ziva memeluk leher Kean, Kean mengecup pipi Ziva.
"how do you feel?"
"better" Ziva tersenyum sambil memainkan kerah kemeja Kean.
"Ayah akan mandikan Ziva, come on" Ziva mengangguk semangat. Kean dengan hati-hati menggendong Ziva, mematikan infuse nya dan membawanya ke toilet. Sebelumnya Kean tidak pernah membantu memandikan Ziva. Biasanya Syd atau Inah yang melakukan ini. Kean berpikir, mungkin nanti dirinya akan sering melakukan ini setelah Adik Ziva lahir.
Setelah selesai, Kean kembali menggendong Ziva ke ranjangnya dan memakaikannya baju. Beberapa suster disini bahkan sudah mengenal Kean sebagai hot papa yang selalu menunggu dan merawat anak perempuannya dari pagi hingga pagi.
"Ziva ingin bertemu Bunda" Ziva melirik Kean yang sedang menyisir rambutnya.
"Ziva harus cepat sembuh, nanti kita akan bertemu Bunda"
"apa yang sudah bisa Adik Ziva lakukan?"
"menendang emmmmm meninju perut Bunda"
"really?"
"ya sayang"
"Ziva tidak sabar ingin bertemu Bunda dan Adik Ziva" Ziva berkata excited. Kean hanya mengangguk sambil membawa Ziva ke dalam pelukannya. Kean bersyukur Ziva sudah kembali ceria dan bisa tersenyum.
"Ayah tidak akan membawa Ziva bertemu Oma Vina kan?"
"no sayang, kamu akan selamanya bersama Ayah dan Bunda. Ayah tidak akan pernah lagi membiarkan siapapun membawa kamu dari sisi Ayah dan Bunda"
"Ayah janji?"
"janji sayang"
"thank you Ayah" Ziva mengeratkan pelukannya. Kean seketika merasa sangat bersalah pada anak perempuannya ini. Namun, yang terpenting takdir kembali mempertemukan mereka meskipun Ziva harus sakit seperti ini. Kean tak henti mengucap syukur dalam hatinya. Kean tidak akan pernah lagi melepas Ziva. Tidak akan !!!
                                                                                             ***

The Break PrincipleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang