Bab 15 : Almost Gave Up !

13.6K 756 2
                                    

Syd mengalami masa-masa morning sickness di 10 minggu kehamilannya. Belakangan ini Syd seringkali terlambat menuju kantor karena harus menunggu badannya terasa lebih baik setelah memuntahkan semua sarapannya. Syd seringkali pusing, tidak nafsu makan dan lemas. Syd selalu sensitif dan marah pada Kean tanpa sebab. Syd mudah menangis, mood nya sulit di kendalikan. Merry bahkan sering menjadi incarannya jika ada hal pekerjaan yang tidak berkenan di hati Syd. Syd menjadi berbeda dan merasa dirinya aneh.
"maaf sayang, tadi jalanan sangat macet"
"ya" Syd memberengut kesal, tidka mau menatap Kean sedikitpun.
Malam itu Kean menjemput Syd di kantor. Kean hanya terlambat 5 menit saja bisa membuat Syd marah tak karuan.
"oke, sekarang kita akan dinner dimana? Kamu boleh pilih tempatnya" Kean berusaha membujuk Syd. Syd biasanya akan senang jika di beri kehormatan memilih tempat dinner untuk mereka.
"no !!! Aku ga mau dinner. Aku ingin pulang !!" Syd mendesis sambil melirik Kean. Kean hanya menghela nafasnya.
"it's oke Bunda" Kean mengusap kepala Syd. Syd diam. Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Syd. Kean sesekali memandanginya namun Syd masih memberengut.
"apa kamu marah karena aku terlambat menjemput kamu?"
"aku benci menunggu, you know that !"
"aku hanya terlambat 5 menit sayang"
"itu artinya sama, ter...lam..bat !!"
"kenapa akhir-akhir ini kamu selalu marah sama aku?"
"karena kamu selalu membuat aku marah !"
"oh well, aku ga merasa seperti itu. Lagi pula aku sudah meminta maaf"
"Keanu, kepala aku pusing, perut aku mual. Bisa kamu berhenti bicara??" Syd berkata keras memperingatkan Kean. Kean hanya mengangguk sambil menatap lurus ke jalanan. Syd merendahkan sandaran kursi dan bersandar santai. Wajahnya masih di tekuk. Ya Tuhan, betapa marahnya Syd hanya karena terlambat 5 menit, hanya 5 menit !! 300 detik, geram Kean dalam hati.
"semua ini gara-gara anak kamu Kean. Aku merasa diri aku aneh sekarang !" Syd bergerutu kesal. Kean langsung memandang Syd. Mengernyitkan dahinya. Untung saja saat itu mereka sedang berada di lampu merah, jadi Kean mampu memandang Syd dalam-dalam.
"maksud kamu?" Kean berkata heran, Syd memalingkan pandangannya. Terdengar suara klakson mobil dari belakang. Ternyata sudah lampu hijau.
"kita bicarakan ini di rumah" Kean berkata dingin pada Syd. Ada apa dengan Syd? Kenapa nada bicaranya seolah menyalahkan Kean atas kehamilannya? Kean mencoba menahan emosinya dan menunggu hingga mereka sampai di rumah. Kean harus meluruskan masalah ini dengan Syd. Kean tidak menyangka Syd mengatakan kalimat tadi.
                                                                                         ***
Seperti biasa, Ziva mengistirahatkan kepalanya di dada Syd. Belakangan, Ziva sangat manja pada Syd dan selalu ingin tertidur di pangkuan Syd. Syd mengusap punggungnya hingga Ziva tertidur. Syd mengecup kening Ziva. Ziva mengeratkan pelukannya di tubuh Syd. Sementara Kean masih diam.
Sejak sampai di rumah 2 jam yang lalu, Kean tak bicara sepatah katapun pada Syd. Syd beranjak menggendong Ziva untuk menidurkan Ziva di kamarnya, namun Kean langsung menarik Ziva perlahan dari pelukan Syd. Syd menatap Kean dengan kesal karena begitu saja mengambil Ziva dari pelukannya. Tak lama, Kean kembali ke kamar dan duduk di samping Syd sambil bersandar ke kepala ranjang.
"kamu ga boleh menggendong Ziva lagi Syd"
"kenapa?"
"kamu hamil ! Itu berbahaya buat janin kamu" Kean memperingatkan Syd. Syd diam dan menarik selimutnya. Syd kesal pada Kean.
"aku masih mau penjelasan tentang kata-kata kamu tadi. Apa maksud kalimat yang kamu katakan tadi di mobil? apa kamu menyalahkan aku atas semua yang terjadi? Atas semua perubahan dalam diri kamu saat kamu hamil?"
"ya !!! Aku menyalahkan kamu dan ini semua gara-gara kamu !!!" Syd berkata lantang, nada suaranya meninggi pada Kean.
"kita sepakat untuk punya anak Syd, oke? Kamu ga pantas mengatakan ini sama aku. Syd, semua wanita hamil memang merasakan ini. Just enjoy it !"
"aku tidak pernah menikmati ini dan tidak pernah bisa menikmati ini. Kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan Keanu !!! Kamu tidak pernah bisa mengerti !!"
"kamu menginginkan ini Syd, aku juga. So, ini konsekuensi nya ! Kamu harus terima ini Syd"
"ya, tapi kamu menolak mengerti aku Kean. Kamu selalu melakukan hal-hal yang membuat aku marah, kesal !!!! Kamu tahu, detik ini kamu telah membuat aku menyesal...."
"stop Syd !! Jangan teruskan kata-kata kamu. Be mature Syd. Kamu akan menjadi ibu"
"aku ga mau Kean !! Aku....."
"Syd !!! what should I do for you???" Kean berteriak frustrasi di hadapan Syd. Syd menatapnya tajam.
"kamu ga bisa lakukan apapun untuk aku, just shut up !!" Syd mendesis. Kean diam mencoba mengatur emosinya. Kean memilih diam, tidak bisa melawan Syd karena tidak mau Syd meledak. Syd akhirnya memutuskan tidur. Kean masih diam sambil bersandar ke kepala ranjang, pikirannya berkecambuk. Kapan Syd berubah menjadi lebih dewasa? Kean mengusap kepala Syd dan mencium keningnya saat Syd sudah terlelap. Kean mengecup perut Syd.
"hai baby, stay here until you ready to meet us. Good night" Kean mengusap perut Syd sambil  berbaring memandangi Syd.
"love you Sydneyssa, good night"
                                                                                            ***
Syd kembali memuntahkan isi perutnya pagi itu. Syd berdiri di hadapan washtafel dengan pakaian kantornya. Kean mengurut tengkuk Syd dengan lembut. Ini menjadi aktivitas baru mereka setiap pagi atau malam. Kapanpun Syd merasa mual dan ingin muntah, Kean selalu sigap membantunya, mengurut tengkuknya dan memberinya air putih hangat. Kean meringis melihat keadaan Syd yang terlihat lemas dengan wajah yang pucat. Sesungguhnya Kean tidak tega Syd mengalami ini setiap pagi bahkan malam.
"better?" Kean berkata lembut. Syd hanya mengangguk sambil meraih beberapa lembar tissue. Wajahnya pucat pasi.
"I'm sorry, aku ga tahu kalau kamu akan seperti ini" Kean berkata penuh penyesalan. Mengusap lengan atas Syd. Syd merasa tidak tega melihat Kean yang menatapnya nanar.
"it's okay...it's okay Kean" Syd memeluk Kean. Kean memeluknya erat. Mengusap kepala Syd.
"maaf atas kata-kata aku semalam. Akhir-akhir ini aku sulit mengatur emosi aku. Sorry Kean. Sejujurnya aku tidak pernah menyesal mengambil keputusan untuk memiliki anak. Aku hanya belum beradaptasi, I'm so sorry Kean" air mata Syd meleleh, Kean merangkum wajah Syd, menghapus air matanya.
"it's okay sayang, aku paham, aku akan mencoba mengerti dan lebih memahami kamu, aku tidak akan mendebat kamu sedikit pun sayang. Aku janji" Kean tersenyum dan kembali menarik pelan Syd kedalam pelukannya.
"kamu sama sekali tidak pernah mendebat aku Kean, kamu sangat baik dan sabar menghadapi aku" Syd berkata lirih, Kean semakin mengeratkan pelukannya.
"love you Sydney"
"love you too Keanu" Kean mengecup kepala Syd dan mengusap punggungnya. Syd memejamkan matanya. Syd sadar, Kean selalu menjadi korban mood swing nya. Sebelumnya, Syd orang yang stabil, tapi kini Syd sangat sulit mengontrol emosinya. Syd sangat merasa bersalah dan menyesal akan kata-kata yang di ucapkannya semalam pada Kean. Sebenarnya Syd tidak bermaksud mengatakan itu pada Kean.
"Bunda?" tiba-tiba terdengar suara Ziva. Kean melirik ke arah pintu toilet. Ziva berdiri sambil memegang handle pintu. Ziva sudah tampak rapih dengan seragam vast biru muda, kemeja putih dan rok kotak-kotak biru muda nya.
"Ziva ingin rambutnya diikat Bunda" Ziva berkata pelan sambil memegang sisir dan karet rambutnya.
"oke, anything for you" Syd mendekati Ziva dan menuntunnya keluar toilet.
Syd mengikat rambut Ziva. Ziva selalu senang jika rambut panjang nya diikat oleh Syd. Entah kenapa, tapi Ziva selalu tidak mau melepasnya hingga mandi sore.
"Bunda sakit ya? Adik bayi juga sakit?" Ziva tampak menilik wajah Syd. Syd tersenyum sambil menyisir rambut Ziva. Mengikatnya menjadi 2 bagian di kanan dan kiri.
"no, Bunda dan adik bayi fine. Oke well done" Ziva berbalik dan menatap Syd dengan tatapan cerianya.
"Bunda antar Ziva kan?"
"Ayah yang antar ya?" Kean berbisik di balik telinga Ziva lalu mencium pipinya.
"Ziva ingin Bunda" Ziva merengek sambil memegang tangan Syd. Syd mengangkat bahunya sambil menatap Kean. Kean tersenyum.
"memang kenapa kalau Ayah yang mengantar kamu?"
"hmmmmm Ayah kan selalu jemput Ziva"
"oke, Bunda akan antar Ziva, sekarang Ziva turun duluan untuk sarapan. Nanti Bunda dan Ayah menyusul"
"oke, bye Adik Ziva" Ziva mengecup perut Syd. Itu sering di lakukannya akhir-akhir ini. Syd dan Kean sangat senang melihat antusiasme Ziva, meskipun Ziva kini lebih manja pada Syd.
"ya, oke sekarang Ziva prefer kamu di banding aku"
"are you jealous?"
"no, karena anak kedua kita akan menemani aku nanti. Aku ingin anak laki-laki" Kean membungkukkan badannya dan mengecup perut Syd, Syd tersenyum.
"oke, whatever, yang penting dia akan tumbuh sehat sampai lahir nanti"
"sure, kamu juga" Kean mencium bibir Syd dengan lembut sambil memeluk pinggang Syd. Syd melingkarkan tangannya di leher Kean. Syd merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang. Thank God, aku memiliki seorang suami yang baik dan anak yang cantik dan ceria serta janin yang akan tumbuh sehat di tubuhku, please, protect us, ucap Syd dalam hati.
                                                                                              ***

The Break PrincipleWhere stories live. Discover now