⁰⁹. Askaliam

18 5 8
                                    

HAPPY READINGGG BB!!

"Anjir, ini mah Zeallyn. Kok gue bisa ketemu dia lagi sih, mana gue lagi bawa tuyul," ucap Aska dalam hati.

"Lo, sama siapa di sini?" tanya Aska untuk membuka obloran.

"Hm, sendirian aja," jawab Zeallyn. Aska hanya menganggukan kepalanya, paham.

"Eh, gue balik duluan deh, ya. Ada urusan mendadak," sambungnya.

Zeallyn membalikkan badan menghadap Ella dan Ello sambil mlemparkan senyumnya. "Kak Ayin mau kemana?" tanya Ella dengan ekspresi wajah sedihnya.

"Kak Ayin, ada urusan sayang, lain kali kita main bareng lagi, ya?" jawab Zeallyn sambil mengelus pipi kedua bocah tersebut. Sedangkan Aska hanya terdiam dan tersenyum melihatnya.

Setelah beberapa percakapan antara Zeallyn dan kedua bocah tersebut akhirnya Zeallyn memutuskan pergi meninggalkan tempat itu. Zeallyn menatap Aska sejenak lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Aska terdiam, mengapa gadis itu seolah olah tidak mengenalnya. Namun Aska mengahlikan pikirannya kembali fokus kepada kedua adiknya itu.

Mengapa dirinya harus memikirkan seseorang yang tidak begitu ia kenali. Begitulah pikirnya.

Saat ini Aska kembali fokus bermain kepada kedua adiknya itu. Beberapa orang yang melintasi mereka pasti berfikir jika Aska adalah seorang ayah muda yang sedang bermain dengan anaknya. Menyuapkan jajanan kepada kedua adiknya secara bergantian, begitu pun sebaliknya kedua adiknya menyuapkan makanan kepada Aska. Dapat dilihat mereka seperti sangat bahagia, tertawa lepas bersama tanpa memikirkan orang sekitar.

Tanpa seorang kekasih saja hidupnya sudah cukup berwarna untuk saat ini. Menikmati masa masa bersama adiknya, walaupun di beberapa waktu dirinya juga membutuhkan sosok yang bisa dirinya libatkan di kehidupannya selain keluarga dan sahabatnya.

Saat asik bercanda kepada adiknya, tiba tiba saja dirinya seperti mengenali seorang lelaki yang berjalan ke arahnya, tapi mengapa bersama seorang gadis. Mereka berdua tampak menghampiri Aska yang sedang bercanda kepada adiknya.

"Kak, itu Kak Galen," tunjuk Ella. Ya, apa yang di katakan oleh Ella itu benar. Namun yang membuat dirinya heran, siapa gadis yang di bawanya, tampak begitu sangat dekat.

"Cie, Kak Galen sama cewek," goda Ello sambil tertawa.

Galen yang mendengarnya pun melototkan matanya, "Heh, tuyul. Lo tuh masih kecil, gaya banget ngeledekin gue."

"Ih, kan bener. Kak Galen sama cewek, ini cewek kan?" ucap Ello. Tidak salah sih yang di katakan Ello jika Galen saat ini bersama seorang gadis. Sedangkan Aska hanya terdiam melihat Ello dan Galen sedang berbicara.

Namun tiba tiba saja, perempuan yang di bawa oleh Galen mulai membuka suara. "Oh, ini temannya lo Gal, yang udah punya anak dua?"

Galen langsung menegur gadis itu dengan menarik rambutnya dari belakang hingga kepala gadis itu mendongak ke atas, saat melihat Aska langsung membulatkan matanya sambil menatap Galen. Seperti tatapan ingin menerkam seseorang.

"Apa sih, kan lo yang bilang kalau temen lo ada yang udah beranak dua." Tak terima gadis itu, saat Galen menarik rambutnya.

"Nggak usah percaya omongannya, pacar lo emang sinting," jawab Aska.

"WOI, KITA SEPUPUAN, ANJING, OGAH BANGET GUE PUNYA PACAR MODELAN OPET!"

Aska menatap keduanya secara bergantian dengan bingung. Bisa bisanya mereka berdua menjawab dengan kata yang sama, serempak pula. Aska tertawa, menggelengkan kepalanya, ternyata sifat Galen yang menyebalkan, ternyata turun kepada sepupunya itu.

Di sisi lain, Ella dan Ello kini sudah asik menyantap jajanan tanpa memperdulikan ketiga manusia tersebut.

"Kak, buka lowongan, nggak?" tanya gadis itu membuat Aska dan Galen tampak bingung.

"Lowongan apaan bego? Lo masih sekolah," sahut Galen bingung.

"Apaan sih, nyambung aja lo. Orang gue nanya sama Kak, Aska." Ucap gadis itu sambil menatap Galen dengan sinis.

"Lowongan apa yang lo cari di gue?" tanya Aska penasaran.

"Lowongan untuk jadi pacarnya Kak, Aska." Mendengar apa yang di katakan gadis itu membuat Galen menggeleng gelengksn kepalanya.

"Tar, lo bisa nggak sih, nggak usah malu maluin gue sekali sekali," kata Galen sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal.

"Siapa suruh bawa gue ke sini? Sengaja kan lo, mau nemuin gue sama Kak Aska," ungkapnya dengan percaya diri.

"Iyaa, gue ngajak ketemu lo sama Aska, karena mau minta bantuan dia biar lo bisa pindah sekolah di sini. Bukan buat kayak cewek gatal," ucap Galen, membuat gadis yang bernama Tara itu memajukan bibirnya, cemberut.

"Oh, dia mau pindah sekolah? Yaudah, lo temuin Bu Wulan aja, ntar di urus sama dia, bakalan di bantu ngurus sampai selesai juga," sambung Aska. Karena dirinya sudah kenal dekat dengan guru beranak satu itu, sebagai ketua osis pastinya Aska harus dekat dengan semua guru.

Saat Aska dan Galen asik mengobrol, sedangkan Tara malah berusaha mengajak Ella untuk main bersama.

"Nggak mau main sama kamu, kamu jelek, cantikan Kak Ayin," ujar Ella dengan nada sedikit tinggi. Gadis itu langsung terdiam mendengar ucapan Ella.

Aska yang mendengarkan ucapan adiknya langsung membalikkan badan menghadap Ella sambil berkacak pinggang. Namun berbeda dengan Galen yang menahan tawanya mendengar ucapan Ella.

"Ella, nggak boleh gitu sayang, nggak baik," tegur Aska dengan nada pelan namun sedikit tegas.

"Ih, kan Ella nggak mau main, tapi di paksa terus," gumam Ella.

"Biarin aja kali, Ka. Yang di omongin adek lo juga benar," sambung Galen dengan tawanya.

"Jahat banget sih sama sepupu lo sendiri," ucap Tara sambil memonyongkan bibirnya.

Sayangnya, Galen tidak mengubris ucapan Tara, tetapi dirinya malah membicarakan topik yang lain.

"Eh Ka, tadi gue lihat sih Alin, deh," kata Galen. Kedua bocah yang mendengar itupun langsung menyauti ucapan Galen secara bersamaan.

"Mana, Kak Ayin? Mana?" kompak kedua bocah tersebut mencari gadis itu.

Aska yang mendengarnya itu langsung menenangkan mereka, memberi tahu jika gadis itu kini sudah tidak berada di taman itu. Dengan wajah yang sedih, Akhirnya kedua bocah tersebut mengiyakan untuk tidak mencari gadis itu.

"Kenapa adik gue pada demen sama lo si, Lin. Jangan jangan pakai pelet lagi tuh orang." Kata Aska dalam hati.

Karena hari sudah terlihat petang, Aska dan kedua adiknya tersebut memutuskan untuk pulang. Sedikit merasa lelah mengajak kedua bocah yang sangat extrovert ini untuk mengunjungi tempat ramai.

Di sepanjang perjalanan, awalnya kedua adiknya tersebut sangat berisik membicarakan hal random, tetapi secara perlahan suara mereka semakin mengecil hingga akhirnyaa tak mengeluarkan suara lagi. Aska menoleh ke belakang dan melihat kedua adiknya sudah tertidur pulas sambil bersandar satu sama lain. Aska tersenyum lalu memelankan laju kendaraanya agar tidak mengganggu kedua adiknya tidur.

Saat melewati kota, Aska memberhentikan mobilnya sebuah supermarket untuk membeli sesuatu. Saat Aska hendak keluar dari mobilnya, kedua adiknya terbangun dan meminta untuk ikut masuk ke dalam supermarket.

"Kak, mau ikut!" ucap Ella dan Ello secara bersamaan, dengan berat hati Aska mengiyakan ucapan kedua adiknya itu.

Aska turun dari mobilnya dan beralih ke belakang, membukakan pintu untuk kedua adiknya. Setelah turun kedua adiknya lari menuju supermarket meninggalkan Aska yang masih berada di samping mobil.

Aska menggelengkan kepalanya, lalu mengejar kedua adiknya. Sesampainya di dalam supermarket, Aska melihat kedua adiknya sedang berbicara dengan seorang gadis. Terlihat gadis tersebut seperti seseorang yang ia temuin di taman siang tadi.

⋆。゚☁︎。⋆。 ゚☾ ゚。⋆

- to be continued -

ada yg maksa up guys🙏🏻

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Apr 19 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

ASKALIAM Donde viven las historias. Descúbrelo ahora