PART 35

10.3K 1.2K 28
                                    

Tirai jendela di tempat itu berhembus saat angin malam merayap masuk ke dalam ruangan yang sunyi.

Detak jam dinding mengalun mengisi keheningan. Cahaya remang yang mengandalkan api dari lilin, memberikan suasana yang hangat.

Pria yang mengenakan kemeja putih itu duduk di ujung tempat tidur dengan mata yang menyorot sosok yang berada di balik selimut.

Gavril menggigit bibir bawahnya menahan gemas menyaksikan tingkah istrinya. Rasa manis yang tertinggal kala bibir bawahnya dia jilat, membuat kepalan tangan pria tampan itu mengerat.

Setelah dia melepaskan ciuman, Aeris langsung menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Persis seperti kepompong—menjadikan benda empuk tersebut sebagai benteng pertahanan terakhir.

Istrinya sungguh menggemaskan.

"Aeris," dapat dia lihat gadis yang berada di dalamnya tersentak sebelum menggeliat menjauh.

Tak bisa ditahan lagi, kekehan berat itu mengalun merdu.

Sedangkan Aeris, yang berada di dalam selimut, semakin menekan wajahnya pada bantal. Sudah dia bayangkan semerah apa pipinya. Mungkin sebentar lagi akan meledak.

Ini memalukan untuk menujukkan sosoknya seperti ini kepada Gavril. Entah apa yang akan pria itu pikirkan nantinya.

Aeris juga sibuk menenangkan jantungnya. Si kampret ini! Perutnya serasa digelitik dan debaran memusingkan ini mulai mengganggu pikirannya.

Rasanya dia sedang terjebak dalam momen seperti di dalam film. Padahal Gavril bukanlah tipe nya, lantas mengapa? Dia merasakan perasaan ini?

Sejak kapan ini dimulai? Aeris tak bisa mengingat dengan pasti kapan dimulai hatinya mengarah pada Gavril.

Sejak kapan dia menyukai cara pria itu melihatnya? Memperlakukannya? Membisikkan kata-kata manis.

Sebelumnya Aeris sudah skeptis akan keluar dari tempat ini setelah sebulan namun apa? Baru dua minggu dan hatinya sudah meleleh seperti ice cream di musim panas.

Aeris mati-matian menahan sudut mulutnya yang memaksa naik.

"Kamu akan sulit bernafas."

Mendengar itu, Aeris segera membekap kedua telinganya. Dia juga bingung! Sejak kapan suara Gavril begitu nyaman memasuki kupingnya?!

Gavril yang masih memperhatikan, mengangkat tangannya guna menarik selimut istrinya. Ada pikiran semu yang sempat hinggap untuk membakar selimut tebal itu karena menghalanginya melihat Aeris.

Namun tangannya berhenti di udara. Menghela nafas pendek, Gavril berucap,
"Aeris, besok aku harus pergi ke perbatasan."

Suara sibak kain yang tergesa-gesa bersamaan dengan Aeris yang sudah duduk tegak. Gadis dengan surai sedikit kusut itu terbelalak berhasil terkejut.

"Ke perbatasan? Kenapa?"

"Suku bar-bar menyerang desa di sana."

Aeris mengernyit. Ini tidak ada di cerita aslinya. Novel yang Aeris baca tak memiliki konflik yang berat. Hanya berfokus pada tokoh-tokoh penting saja.

Aeris tahu jika alurnya berantakan tapi dia tak menduga, perubahan itu menjungkirbalikkan segalanya.

Perasaan Aeris mulai tak enak.

Mendongak, gadis itu bersitatap dengan manik ruby Gavril. "Apakah lama?" Tanyanya tak menyembunyikan keresahan.

"Tidak." Jawab Gavril tegas. Sembari merapikan beberapa helai rambut Aeris, mata pria itu memindai bibir lembab yang sempat dia cicipi tadi.

I became the wife of the male lead {End}Where stories live. Discover now