#13

39.7K 5K 287
                                    

Sinar matahari yang menebus celah tirai, menyinari seorang gadis yang terbaring telentang di atas kasur.

Gadis bersurai coklat terang itu mengangkat tangan, sepertinya terhanyut di dalam mimpi.

"Jaehyun.. sini sayang, sama tante. Tante ngga main kasar, kok." Bibir ranumnya mengerucut seakan siap untuk mencium angin.

Tak lama, dia tersenyum bodoh lalu berguling. Hingga tak bisa mengatur keseimbangannya dan berakhir jatuh dari atas tempat tidur.

"Aduh!" Seketika manik amber itu terbuka lebar. Tak lama, pintu terbuka keras disertai dengan pekikan terkejut dari pelayan pribadinya.

"Ya Tuhan, nyonya!" Valeria tergopoh-gopoh mendekat lalu mengangkat Grand Duchess yang masih sibuk mencium lantai.

"Anda tak apa? Bagian mana yang sakit? Wajah anda tak apa?"

Aeris sama sekali tak mendengarkan ketika pelayan nya itu memborbardir pertanyaan beruntun. Dia masih terperangah mencerna situasi saat ini.

Tunggu, tunggu. Bukankah kemarin dia dan Gavril berada di pesta? Lantas mengapa bisa berada di sini?

Aeris memejamkan mata. Memutar memori kemarin malam. Saat dirinya berdansa, mencicipi makanan dan minum jus.

Hanya itu. Tak ada ingatan lain yang muncul.

"Valeria," Panggilnya seraya menatap pelayan mudanya itu.

"Ya, nyonya?"

"Kenapa aku berada di sini? Siapa yang membawaku? Mengganti gaunku?" Gadis itu menghela nafas frustasi. Merasa ada suatu hal penting yang dia lupakan.

"Itu... Grand Duke jamet membawa anda!" Binar mata Valeria cerah. Bahkan Aeris sampai bisa melihat pantulannya di dalam sana.

"Anda tak tahu, bagaimana kerennya yang mulia menggendong anda saat tertidur di kereta." Wajah gadis itu dipenuhi antisipasi.

Aeris mengerjap beberapa kali seraya mencungkil telinganya. Memastikan pendengarannya tidak salah. Gavril? Menggendongnya? Itu terdengar mustahil, bung!

Aeris lebih percaya jika pria itu menendangnya dari kereta karena tertidur.

"Dan yang mulia juga menyuruh saya untuk mengganti pakaian anda." Tambah gadis manis itu.

Berwajah cengo, Aeris bertanya.
"Gavril? Si tiran itu? Dia menggendongku seperti pasangan?"

"Pasangan?" Beo Valeria. Pelayan muda itu mengernyit tak paham. Mungkin, karena dirinya yang jauh dengan pergaulan, otak gadis itu dipenuhi kepolosan.

"Itu.. menggendongku dengan romantis di kedua tangannya." Jelas Aeris itu seraya menggaruk pipinya canggung. Tak ingin kepedean namun dirinya penasaran.

Tetapi, Valeria menggeleng cepat. Dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, dan tangan yang menangkup pipinya, dia menjawab,

"Tidak. Yang mulia Grand Duke mengendong anda layaknya memikul sekarung beras."

Di lain tempat, di dalam ruang kerja lebih tepatnya. Terlihat Leon-sang ajudan, menghembuskan nafas kasar. Surai abu-abunya berantakan tak seperti biasanya. Pemuda tampan itu memiliki raut kusut dengan lingkaran hitam di bawah matanya.


Sejak kemarin malam hingga saat ini, Leon sama sekali belum beristirahat. Entah apa yang terjadi selama pesta kemarin, hingga membuat Grand Duke menampilkan tanduk di kepalanya.

"Jehun! Sampai sekarang aku bahkan tak tahu jika ada orang yang bernama seperti itu. Bukankah itu lebih mirip dengan mantra sihir?"

I became the wife of the male lead {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang