PART 31

25.2K 2.4K 184
                                    

Kedua gadis itu duduk dan saling menyandarkan punggung. Sama-sama menghela nafas sembari mengusap perut rata mereka.

"Ah, Valerie. Perutku masih terasa perih."

"Saya juga, nyonya."

Lagi, mereka menghela nafas bersamaan. Kejadian kemarin malam mengingatkan Aeris jika tubuh yang dia masuki ini, memiliki imun yang amat lemah.

Jika saja Gavril tak datang tepat waktu, mungkin dia sudah menderita demam dikarenakan tiduran di atas ubin.

"Valerie, mengapa kediaman tampak sibuk hari ini?" Aeris mencondongkan tubuh kearah pintu ruangan kerja. Sayup-sayup dapat dia dengar langkah kaki yang tergopoh-gopoh melintasi balik pintu.

Menelisik laporan di dokumen, seharusnya tak ada masalah yang terjadi. Lantas mengapa?

Ada jeda waktu sesaat sebelum Valerie menjawab terbata. "M-mungkin yang mulia sibuk menyuruh pelayan mencari obat?"

"Oh, iya kah?" Bagaimana kalut nya Gavril semalam, tak heran jika pria itu menitahkan para pelayan.

Beberapa keping memori yang tersimpan dari kejadian itu, melintas begitu saja. Kilas yang menunjukkan manik ruby itu berkaca-kaca dengan bibir yang bergetar mampu memberikan efek riak yang aneh pada diri Aeris.

"Dia menggemaskan." Eh? Membelalakkan mata, gadis bersurai coklat terang itu melompat dari sofa.

Siapa? Apa? Barusan dia mengatakan pria tiran itu menggemaskan?!

"Kau gila Aeris!" Gadis itu tanpa sadar berteriak kencang. Valerie bahkan ikut melompat dari tempat duduknya.

"Anda gila, nyonya?!" Pekik pelayan itu dengan mata melotot horor. Tidak! Jangan sampai ada yang tahu tentang hal ini! Valerie tak bisa membayangkan jika sang nyonya akan di kurung, di pasung di dalam menara! Dan yang lebih parahnya lagi, nyonya nya tidak akan di beri makan dan Grand Duke menikah lagi--

"Tidak! Siapa yang gila?!" Aeris yang tersadar langsung menggeleng ribut. Gadis itu buru-buru menepuk kedua pipinya seraya berjalan keluar ruangan.

Masih dia dengar panggilan dari pelayan pribadinya itu namun tak digubris.

Yang terpenting, Aeris harus menyegarkan pikirannya terlebih dahulu!

Angin sepoi-sepoi berhembus diantara pepohonan. Bergerak begitu indah memainkan kelopak bunga mawar yang terbentang luas di taman belakang.

Aeris menengadah, memandang hamparan awan yang menghiasi langit biru. Hari cerah seiring dengan terik sang surya yang tidak terlalu menyengat.

Gadis itu mendaratkan bokongnya pada kursi panjang yang tersedia. Matanya perlahan menutup, menikmati keadaan tenang di sekitarnya.

Beralih pada tempat lain. Sosok pria dengan kemeja hitam sedang berjalan menelusuri koridor bersama ajudan kepercayaannya. Digenggaman pria itu terdapat dokumen yang berisi hadiah-hadiah yang sudah dia persiapkan sejak beberapa hari yang lalu.

"Persiapan untuk nanti malam sudah selesai, yang mulia." Leon—sang ajudan yang selalu bekerja di sisinya membuka suara.

Gavril mengangguk puas mendengarnya. Dia tak sabar, menyaksikan bagaimana raut terkejut Aeris nanti malam. Entah beragam ekspresi apa yang akan gadis itu tujukan nanti. Gavril merasa waktu berjalan begitu lama.

Ah, dia menantikan malam ini.

Langkah pria itu terhenti. Iris merahnya menatap ke samping. Lebih tepatnya pada jendela yang memperlihatkan pemandangan taman. Namun kedua matanya tertuju pada seorang gadis yang terlelap di kursi panjang.

I became the wife of the male lead {End}Where stories live. Discover now