#11

42K 5.6K 188
                                    

Pagi ini, kediaman Grand Duke tengah disibukkan dengan persiapan pesta dansa kerajaan. Kamar sang Duchess yang dipenuhi oleh pelayan yang berlalu-lalang membuat Aeris menghela nafas lelah.

Tak ada raut semangat yang dipancarkan oleh wajah cantik itu. Sesekali dia menguap menahan kantuk ditengah-tengah polesan yang diberikan Valeria.

"Astaga, nyonya. Air liur anda." Tegur pelayan pribadinya itu namun, sama sekali tak ditanggapi oleh Aeris.

"Ah, saya tak sabar menantikan dansa pertama anda dengan yang mulia Grand Duke." Timpal seorang pelayan membuat kantuk Aeris, meluap saat itu juga.

Dengan mata yang terbelalak, gadis itu melompat membuat kelima maid yang mendandaninya, berjengit histeris.

"Nyonya!"

"Astaga, nyonya!" Dan masih banyak lagi.

Aeris menyilangkan kedua tangan didepan dadanya. Matanya senantiasa melototi kelima maid tersebut.

Tunggu-tunggu! Berdansa? Bersama Gavril?! Apa-apaan ini! Aeris tak bisa berdansa, bung! Pun, tak ada ingatan yang ditinggalkan oleh pemilik tubuh.

Palingan, gadis itu bisa menari gaya ubur-ubur. Selebihnya, apalagi menari ala-ala kerajaan, big no! Yang ada dirinya akan menjadi bahan olok-olokan masyarakat kekaisaran.

"Dans-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, bahu gadis itu sudah terlebih dahulu ditarik oleh Valeria agar kembali duduk.

Aeris mengerang seraya menggeleng ribut kala kuas bertaburan bedak, akan dioleskan pada wajah nya.

Tidak! Aeris tak mau pergi. Tak bisakah Gavril pergi seorang diri saja?! Gadis itu terus melawan, membuat kelima maid harus mengerahkan tenaga lebih keras.

Begitulah seterusnya hingga Aeris yang sudah kewalahan, menyerahkan diri pada kelima pelayan di sana.

Seorang pria tampan dengan setelan khas bangsawan, berdiri tegak di depan tangga. Pria ber-surai hitam legam itu memasang ekspresi wajah acuh tak acuh, berbeda dengan tumit sepatunya yang mengetuk-ngetuk lantai tak sabaran.

Matahari mulai terbenam, begitupun dengan kreta kuda, sudah terparkir rapi di depan kediaman Argus.

Leon, sang ajudan yang berada di sebelahnya, memperhatikan majikannya itu dengan seksama. Dahinya mengkerut sesaat sebelum senyuman misterius tampil di sana.

"Anda gugup, yang mulia?" Tanyanya membuat Gavril mengalihkan atensi dari anak tangga.

Alis pria itu bertaut sebelum mendengus lalu membuang muka.

Gugup? Kenapa dia gugup? Tak pernah Gavril merasa gugup. Bahkan ketika berhadapan dengan kaisar benua sekalipun.

"Tidak."

Leon menyipitkan matanya seolah-olah dia mendengar kalimat yang lucu. Tidak gugup katanya? Tingkah Grand Duke saat ini benar-benar menunjukkan kegugupan. Ingin rasanya menertawai majikannya ini yang sangat tidak peka akan perasaannya. Namun, Leon masih ingin berkerja dan melanjutkan hidup. Jadi, pemuda itu memilih untuk diam.

Suara langkah yang berasal dari tumit sepatu seseorang, menarik atensi keduanya.

Tatapan Gavril terangkat, menyorot pada ujung tangga. Yang dimana, istrinya sedang berdiri kaku dengan gaun berwarna cream, membalut indah tubuhnya.

Wajahnya yang dipoles, menambah kecantikan gadis itu, berkali-kali lipat dari biasanya. Di tambah, dengan ornamen berkilau, menempel di surai coklat terangnya, membuat gadis itu tampak berbeda.

Sangat cantik. Gavril merasa dia berada di dalam masalah yang serius sekarang. Perasaan aneh ini, begitu rumit untuknya. Pria itu menghela nafas lalu mengepalkan tinjunya.

I became the wife of the male lead {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang