#15

40.6K 5.2K 286
                                    

Angin malam berhembus menerpa kain tirai transparan. Jendela yang terbuka lebar, memberikan akses masuk. Ruangan menjadi semakin dingin setelahnya.

Seorang gadis yang tertidur pulas dengan posisi duduk, semakin merapatkan tubuhnya pada seseorang yang terjaga sejak beberapa jam yang lalu.

Gavril merendahkan kepalanya, memerhatikan bagaimana sang istri yang menggeliat, mencari kehangatan kepadanya.

Meletakkan sebelah tangan pada punggung mungil gadis itu dengan sebelah tangan yang lain dia sematkan pada kedua paha Aeris, perlahan dia membawa tubuh gadis itu menuju kasur.

Gavril membaringkan tubuhnya setelah memastikan gadis itu tak terusik. Bertopang pada sebelah telinga, maniknya tak bisa lepas dari gadis ini.

Kejadian tadi, benar-benar memberikan efek yang aneh pada diri Gavril. Pertama kali dia merasakan hal ini. Perasaan asing yang mendominasi tubuhnya, perasaan yang mengitari dan menggelitik.

Antara dia dan Aeris. Diantara mereka. Perasaan ini menyebar seperti aroma. Membuat Gavril berdebar, membuatnya merasa pusing. Apa ini? Hatinya menyebar kearah Aeris. Getaran manis ini, apa itu? 

Untuk Gavril, yang hidupnya bagaikan ruangan yang gelap tanpa pelita. Tapi suatu hari gadis ini datang memasuki kehidupannya.

Tak ada satupun yang melihat jika grand Duke Gavril, yang membunuh keluarganya. Itu semua hanyalah mitos.
Aeris yang membelanya disaat banyak orang yang menunjuknya sebagai penjahat.

Ini hidup bukan surga, anda tidak harus sempurna.
Aeris satu-satunya orang yang meminta agar Gavril hidup sesuai keinginannya sendiri, di saat yang lain menuntut kesempurnaan darinya.

Tenang yang mulia. Anda akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja.
Dan Aeris yang bisa menenangkan nya saat penyakitnya kambuh.

Apakah ini yang namanya cinta? Jujur saja, Gavril tak tahu namanya cinta.

Pria itu meraih beberapa helai surai coklat Aeris. Membawa rambut itu hingga menyentuh bibirnya.

Tapi satu hal yang pasti, Gavril tak ingin kehilangan Aeris.

Senyuman kecil tampil memperindah wajahnya.

"Kurasa aku terjebak denganmu." Dia berucap pelan. Pria itu beralih mengusap lembut sebelah wajah Aeris.

"Sepertinya kamu akan kerepotan." Gavril memejamkan mata, menumpukan dagunya di atas ubun-ubun Aeris. Senyuman samar itu, terpajang di dalam tidurnya.

____________________

Sinar matahari menembus kaca transparan. Kicauan burung dan rindang pohon yang disapu sepoi-sepoi, mengawali pagi hari ini.

Aeris mengerjap beberapa kali sebelum terbelalak kaget. Tunggu! Sejak kapan dia berada di atas tempat tidur? Bukankah kemarin dia memeluk-

Sontak gadis itu menegang ketika baru menyadari sesuatu dihadapan nya dan beban yang menimpa area pinggangnya. Menelan saliva dengan susah payah, tangannya turun meraba benda kokoh yang mengitari perutnya.

"Tangan?" Gumam gadis itu. Dingin langsung merayap pada punggungnya. Nafas goyah, membelai dahinya dengan ringan.

Aeris menggeleng ribut. Mencoba menampik keadaan yang saat ini terjadi kepadanya. Masih tak menyangka, dia mencubit kuat sebelah pipinya. Pun, ringisan keluar dari bibir ranumnya.

"Sial. Ini kenyataan." Dia menggerutu pelan. Dengan mata yang berlarian seiring dengan rona di pipinya, gadis itu meraih lengan Gavril yang memeluk pinggangnya.

I became the wife of the male lead {End}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora