PART 26

18.9K 2.7K 318
                                    

Seharusnya, sejak dua hari yang lalu Aeris dan Gavril sudah pulang ke kediaman mereka. Anehnya, Gavril sendiri yang memutuskan untuk tinggal lebih lama dengan dalih pekerjaan yang belum kunjung selesai.

Aeris paham. Sangat paham pengapa protagonis pria itu bersikukuh ingin menetap. Apalagi saat menyaksikan pria itu malu-malu kucing dihadapan protagonis wanita.

Dah lah. Dunia serasa milik berdua.

Tetapi, ada sesuatu yang mengganjal perasaan Aeris. Ini tentang Valerie. Pelayannya. Jika mengingat sifat gadis polos itu, bukankah seharusnya Valerie sudah menangis, memeluknya dan mengucapkan seribu kata prihatin sekarang?

Berbeda dengan antisipasi nya, Valerie masih saja bersikap biasa. Ah, terkadang gadis itu menyelinap pergi beralasan ingin ke toilet.

Hei, siapa juga yang akan pergi ke toilet setiap jam lima sore dan itupun menghabiskan waktu selama dua jam lebih? Aeris tak sebodoh itu, bung!

Jikalau pun Gavril berterus terang tentang perasaannya dan hendak menceraikan Aeris, maka dengan senang hati gadis itu angkat kaki seraya melambaikan tangan penuh haru.

Dia belum lupa tujuan utamanya sejak memasuki tubuh ini.

"Kau melamun lagi." Argio, yang sudah beberapa hari belakangan ini menempel pada Aeris, menegur pelan.

Pria yang memiliki kantung gelap di bawah matanya itu tampak layu. Tak ada semangat dan bahu lebarnya terkulai lemas.

Alah sia, boy. Kasihan sekali second male lead ini.

Aeris menegakkan tubuh. Ingin memberikan dukungan semangat tapi tak tahu harus mengatakan apa.

Berakhir, gadis itu hanya bisa memberikan senyum canggung kehabisan akal.

"Kau terlihat biasa saja. Bukankah Gavril berselingkuh di depan matamu?" Tanya pria bermanik emerald itu. Aneh. Sangat aneh menilik gelagat biasa-biasa saja dari gadis ini.

Suaminya berselingkuh dan Aeris tampak asik menyeruput teh di hadapannya. Malahan, gadis itu menatap kasihan kepadanya.

Bukankah mereka berdua sama-sama memprihatinkan di sini?!

Aeris meletakkan cangkir teh yang tandas itu secara perlahan. Gadis yang memiliki ekspresi segar itu menggeleng enteng seraya mengulas senyum.

"Ya, mau bagaimana lagi. Biarkan semuanya mengalir deras seperti rucika."

"Apa? Siapa rucika?"

Terkekeh, Aeris menyugar rambutnya ke belakang. Gadis itu lalu bertopang dagu beralih memperhatikan bunga-bunga di taman belakang.

"Saya hanya berharap agar bisa terus hidup." Dia bergumam lirih.

Aeris sudah jarang bertemu Gavril. Pria itu selalu kembali ke kamar pada tengah malam di saat dia sudah tertidur dan pergi pagi-pagi sekali.

Jikalau mereka berpapasan, Gavril sebisa mungkin menghindari percakapan dengannya. Pria itu bahkan tak menatapnya dengan benar!

Sama halnya seperti Leon. Pemuda itu selalu saja melemparkan senyuman misterius saat melihatnya. Seolah-olah dia mengetahui rahasia dunia.

Demi apapun, Aeris ingin meneriaki jika dia sudah mengetahui rahasia majikan Leon itu! Jadi tak perlu mengejek!

"Aku sedih. Kau tahu, kan? Aku menyukai--tidak. Aku mencintai Yuna. Wah! Bukankah ini semua terlalu mendadak?!" Argio menggebrak meja hingga isi teh miliknya terguncang keluar.

Hatinya terbakar api cemburu sekarang!

Apakah Yuna tak mengetahui itu? Argio secara terbuka menunjukkan perasaan nya pada Yuna. Mustahil gadis itu tak menyadarinya.

I became the wife of the male lead {End}Where stories live. Discover now