#8

49.1K 6.3K 175
                                    

Hamparan bunga Krisan yang membentang mengelilingi gazebo, terlihat indah di bawah sinar matahari.

Di dalam ruang terbuka yang biasanya digunakan sebagai jamuan teh para bangsawan, terdapat seorang pria dengan jubah kekaisarannya, dan seorang gadis mungil yang sibuk melahap cookies di genggamannya.

Argio bertopang dagu, memperhatikan lamat anak perempuan dihadapannya ini. Sedikit merasa kesal, kala ekstensi dirinya sama sekali tak dianggap oleh Aeris.

Apakah cookies coklat itu lebih menggiurkan daripada dirinya?

Argio adalah kaisar, loh! Sang penguasa benua ini. Terlebih, saat ini tak ada yang menduduki posisi ratu. Seluruh gadis di kekaisaran berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya. Tapi, lihatlah gadis ini, sedikitpun tak menoleh padanya.

Apakah setiap perempuan yang sudah bersuami, seperti ini?

"Ekhem." Berdehem singkat, barulah manik emerald nya, bersitatap dengan netra amber gadis itu.

Aeris memiringkan kepalanya, menatap tanya mengapa aktivitasnya diganggu. Sebenarnya Aeris bisa saja langsung melogos pergi, namun dirinya harus berterimakasih karena protagonis pria kedua ini, mau menyelamatkan nya dari amukan Gavril.

"Jadi, yang mulia. Ada kepeluan apa dengan saya?" Tanyanya dengan hormat, tak lupa merendahkan kepalanya.

"Kau..." Argio menggantung ucapannya. Memastikan sekali lagi pada penglihatannya. Dan ternyata, memang benar adanya jika aura gadis itu berbeda.

"Jiwa asing. Kau penyihir?" Argio membuka tangannya, dari telapak tersebut muncul api. Pria tampan itu menatap remeh akan gadis dihadapannya.

Terbelalak. Aeris sontak mengaga. Bahkan remah cookies yang memenuhi mulut kecilnya, jatuh keluar. Fokusnya bukanlah tuduhan pria itu, melainkan,

"Wah, wah, wah! Api! Bagaimana bisa? Apakah anda ketulunan Avatal?!" Gadis itu memekik kesenangan. Dia melompat dari tempat duduk, dan menarik-narik pelan kain jubah yang dikenakan Argio.

"Tunjukkan elemen ail, udala, tanah!" Binar mata amber itu, berkilauan lantaran dipenuhi semangat yang membara.

"Mali kita kuasai dunia! Bwahaha!" Berkacak pinggang gadis itu terbahak sendirian. Membuat niat Argio yang hendak menakutinya, menghilang begitu saja.

Jiwa asing ini sangat aneh. Apakah dia gila? Haruskah Argio membedah otaknya? Itulah pikiran-pikiran yang muncul di benak sang kaisar muda.

Pria itu kembali bertopang dagu, memperhatikan Aeris yang masih tertawa kering dengan wajah menyeringai.

"Hei! Diam!" Argio sungguh tak tahan akan tawa melengking gadis itu. Semakin didiamkan, malahan semakin menjadi.

Aeris membekap mulutnya. Gadis itu tergopoh kembali pada bangkunya. Lalu menunduk tak enak hati. Dirinya tadi lupa diri karena memikirkan dia dan Argio menguasai dunia. Edan!

Argio mendengus. Sorot manik emerald nya menghunus dingin pada gadis itu. Raut bersahabat yang tadi ia tujukan, lenyap seakan tak pernah ada.

"Aku tau jika kau bukan Aeris."

Udara sekitar terasa membeku. Bahkan Aeris ragu untuk meraup oksigen. Merinding langsung merayap pada punggungnya. Keringat dingin mulai tampil pada keningnya. Bagaimana Argio tau?

Dengan mata berlarian, Aeris mencicit pelan. Tangannya sibuk menekan-nekan cookies, hingga remuk tak berbentuk lagi.

"Saya memang bukan Aelis. Saya adalah keponakan Gland Duke." Tanpa berani menegakkan kepalanya, gadis itu memilih untuk menunduk menatap kedua sepatunya.

I became the wife of the male lead {End}Where stories live. Discover now