Bab 43. Puncak Dilema dan Keputusan Akhir

223 46 22
                                    

Met malam~ yang nggak jawab digigit maung

Met malam~ yang nggak jawab digigit maung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

SEKUJUR tubuh Haura membeku ketakutan tatkala gadis itu menatap sosok Ivan yang berdiri menjulang di hadapannya. Kendati tidak berubah menjadi raksasa, Haura bisa merasakan aura jotun terpancar dari gerak-gerik Ivan yang menunjukkan keperkasaan. Angkuh dan buas, laksana makhluk yang menginginkan darah dari mangsanya. Ivan melangkah pelan memutari Haura yang meringkuk ciut di samping Mahindra. Suaranya bagai geraman yang datang dari kegelapan; "Apa yang baru aja kamu lakukan pada Umeko?"

Haura mencengkeram pakaian Mahindra dengan erat, "Maaf, Ivan. Aku ... aku enggak sengaja...."

"Bukan kamu," kata Ivan, lalu menunjuk Mahindra dengan telunjuknya, "Tapi kamu. Makhluk terkutuk yang sok jagoan. Apa yang kamu lakukan pada Umeko?"

"Siapa ... siapa kamu?" Mahindra tidak bisa melihat jelas siapa yang berbicara padanya. Namun lantaran amarahnya masih tersulut, anak itu berusaha berdiri, dengan keseimbangan goyah menghadang Ivan yang menatapnya bak serangga kecil tidak berguna.

"Para manusia memang koloni yang egois dan licik," desis Ivan, lirih. "Seenaknya menghilangkan nyawa makhluk lain hanya karena mereka pikir makhluk itu berbeda. Mereka pikir siapa mereka di dunia ini? Tuhan yang menciptakan alam semesta, atau pasukan malaikat yang menabur berkah di penjuru dunia?"

Mahindra merapatkan rahang, benci dengan ocehan sampah orang ini. "Kutanya sekali lagi, siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke rumah kami?"

"Kalian bukan keduanya, bukan pula sesuatu di antara keduanya," kata Ivan mengabaikan pertanyaan Mahindra. "Kalian adalah debu yang berpura-pura memiliki akal. Binatang yang berpikir bahwa dirinya penguasa. Manusia yang berlagak menjadi Tuhan. Makhluk sombong yang melancarkan kejahatan demi memberi makan kepuasannya. Pembunuh menjijikkan yang hidupnya terkutuk."

Mahindra merasakan ancaman dan rasa tidak terima ketika mendengar dengkusan meremehkan dari sosok kabur ini. Lantas dia menghambur maju untuk melayangkan pukulan. Akan tetapi Ivan melengos cepat; menepiskan tangannya seperti mengusir nyamuk. Seketika Mahindra tersaput oleh kekuatan tidak kasat mata sehingga dia terhempas ke seberang ruangan laksana kerikil. Punggungnya menghantam dinding dengan keras, lalu dia jatuh tengkurap dan mencium lantai.

Jeritan Haura membelah ruangan. Gadis itu tergopoh-gopoh menghampiri Mahindra, mengguncang tubuhnya yang terkapar lemas, dan tidak mendapat respons apa-apa selain dengihan dan kejat lirih yang mendorong percikan darah dari mulut adiknya. Sementara itu, Ivan melangkah maju, memungut boneka Umeko yang telah remuk di lantai, kemudian berkata pada Haura, "Umeko bilang, kamu sudah tahu siapa kami."

Haura berputar menghadap Ivan dan langsung bersujud memohon ampun, "Ivan, jangan bunuh kami, please ... aku akan jaga rahasia kalian. Aku janji ... aku enggak akan membiarkan siapa pun tahu soal hal ini ... tapi aku mohon... tolong pergi dari sini ... jangan ganggu kami...."

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang