Bab 15 - Menyimpan Keluhan

257 70 42
                                    

Chapter ini mengandung horor 10%

Chapter ini mengandung horor 10%

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-oOo-

Bab 15
Menyimpan Keluhan

HAURA sudah gila.

Asumsi itu menusuk benaknya seperti hunjaman paku, membuatnya membeku sejenak sambil menatap sepasang mata hijau giok itu dengan raut terheran-heran.

Merpati ini membuat Haura bergidik ngeri. Dia tidak tampak seperti binatang mungil yang ramah. Ada kerut-merut seperti bekas luka di paruh dan lehernya. Dan, yang membuatnya kebingungan setengah mati; siapa yang baru saja berbicara dalam kepalanya?

Qui es-tu? Kau siapa?

Itu bahasa Prancis, kan? Haura mengerutkan kening. Satu juta detik berikutnya dia sadar bahwa sejak tadi matanya pedih karena tidak berkedip. Gadis itu lantas memejamkan mata sambil berkonsentrasi mendengarkan lagi.

Satu menit berselang, nihil. Tidak ada suara berat pria yang menyela pikirannya. Apa tadi Haura salah dengar?

Setelah berdeham untuk membersihkan tenggorokannya, gadis itu bertanya ragu-ragu, "Kamu ... bicara sama aku?"

Merpati itu malah melengos dan mematuk-matuk permukaan meja seperti mencari makan, secara totalitas mengabaikan Haura.

Merasa dibodohi dengan pikiran konyol, Haura mengusap wajahnya sendiri sambil menghela napas.

"Udah gila aku," gerutunya sambil memaksa tertawa. Mana mungkin ada burung yang ngomong lewat telepati? Ini pasti gara-gara kecapekan.

Diilhami keyakinan itu, Haura menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan dramatis. Dia mencondongkan badan ke merpati itu sambil menatapnya lekat-lekat.

"Kamu masuk dari mana?"

Walau tidak menerima jawaban apa-apa, Haura berpaling ke belakang, ke tempat bilik dapur yang tersambung dengan ventilasi kecil dari luar. Jangankan kaca jendela. Tim Sagara bahkan tidak pernah memasang jaring-jaring kawat untuk menghalau serangga atau binatang dari luar. Kemungkinan besar, merpati ini masuk begitu saja lewat lubang itu.

Haura kembali memperhatikan tingkah si merpati yang menurutnya lucu. Burung itu mematuki meja sambil mondar-mandir dengan kaki mungilnya.

Mungkin laper, batin Haura. Beruntung tadi pagi Jauza dan kawan-kawannya sudah melengkapi bahan-bahan makanan atas permintaan Haura. Gadis itu lantas pergi ke dapur dan mengambil jagung dari dalam kulkas, memipili bijinya hingga terkumpul segenggam penuh, lalu kembali lagi ke ruang tamu.

"Little dove, aku cuma bisa ngasih kamu ini. Dimakan, ya," ujar Haura sambil mendorong mangkuk kecil berisi jagung pipil. Merpati itu terdiam sejenak sambil memandangi isi di dalam mangkuk. Namun, bukannya mematuki makanannya, dia malah menatap Haura.

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Where stories live. Discover now