Bab 5 - Serangan Tidak Terduga

438 96 16
                                    

-oOo-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-oOo-

"UDAH enggak ngambek lagi, Za?"

Pertanyaan terheran-heran itu datang dari belakang Jauza. Pemuda itu berpaling dari kursi komputer untuk melihat salah satu teman tim sirkus menghampirinya sambil menggendong sebuah boneka ichimatsu―boneka anak perempuan dari Jepang―layaknya seorang bayi.

"Siapa yang ngambek?" Jauza bertanya sambil mengerutkan kening.

"Ivan," kata Kenta. "Dia bilang, kamu ngambek dan ngurung diri di kamar gara-gara Ivan ngungkit masalah pamit enggak bilang-bilang."

"Enggak ngambek, kok. Aku lagi siapin konsep di kamar."

"Aku kira Ivan marahin kamu kelewatan, jadi tadinya aku niat mau samperin kamu supaya berbaikan sama Ivan."

Sial, Jauza merutuk dalam hati. Si Ivan itu, kalau Jauza boleh mendeskripsikannya, dia sangat mirip burung kakak tua berjambul merah yang membeokan percakapan orang-orang di sekelilingnya―si tukang melebih-lebihkan masalah dan biang peretak hubungan di antara anggota tim. Kepribadian Ivan memang seru dan menyenangkan, tetapi dia cerewet dan omongannya kejam. Kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa sepedas cabai atau sepanas mercon, seperti Jauza yang tersinggung setelah mendengar sesuatu darinya pagi tadi.

Ivan sungguh berbeda dengan kepribadian Kenta yang pendiam dan kalem, yang untuk membicarakan sesuatu saja masih harus melihat keadaan sekeliling. Dia terlihat seperti pemuda anggun yang menimang bayi dengan tenang.

"Kamu ngapain, Za?" Kenta bertanya sembari melongok melewati bahu Jauza yang sedang duduk di depan komputer.

Di hadapan Jauza, ada layar besar yang menunjukkan website resmi milik Sirkus Sagara. Pemuda itu mengulum lidah di dalam pipi sebelum berkata setengah kecewa, "Lagi ngecek jumlah pembeli tiket untuk pertunjukan sirkus kita minggu depan, Ken."

"Oh, ya?" Kenta jadi semakin antusias. Sunggingan senyum gingsul yang manis muncul di wajahnya. "Sudah ada berapa tiket yang terjual?"

Pertanyaan Kenta terlalu semangat, sampai-sampai Amari yang kebetulan lewat menjadi ikut penasaran. Gadis itu menghampiri Jauza. Sementara Ivan, yang baru saja naik ke dasar tangga tempat mereka berkumpul, mengernyit melihat semua anggota timnya ada di ruang keluarga. "Wow, ada apa, nih, ramai-ramai?"

"Jauza lagi ngecek jumlah pembeli tiket," sahut Kenta.

Ivan praktis terlihat semangat dan langsung menghampiri meja komputer juga. "Tiketnya habis lagi ya kayak penjualan pertama kemarin?"

"Delapan belas orang."

Semua orang terdiam. Kenta bertanya lagi, "Berapa, Za?"

"Delapan belas," ulang Jauza, kemudian pemuda itu menyingkir sebentar dari layar komputer dan membiarkan semua temannya lihat. "Baru delapan belas orang yang beli tiket."

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Where stories live. Discover now