Bab 36. Mendarat di Masa Lalu

207 54 10
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

APA yang aku lakuin, sih?

Haura meraungkan pertanyaan itu di dalam benak selagi melangkah buru-buru di sepanjang lahan bekas lapangan. Kegemingan malam membuatnya dibebani kecemasan tentang pilihannya; kenapa dia mau-mau saja diajak Kenta pergi? Seharusnya Haura menolak dengan tegas dan meminta Kenta untuk angkat kaki dari kamarnya. Akan tetapi, hati tidak bisa dilawan. Sejak dulu Haura selalu lemah bila berhadapan dengan orang yang memohon pertolongan kepadanya sambil memasang wajah seperti anjing terluka.

"Haura, ayo cepat." Kenta menarik lembut tangan Haura dan mengguncangnya pelan. Gadis itu mengangguk dan melangkah melintasi lapangan lebih cepat.

Biarlah, batinnya. Nasi sudah menjadi bubur. Haura tidak bisa lagi mengulang waktu. Kalaupun nanti Jauza sudah sadarkan diri, Haura tinggal memberitahu pemuda itu bahwa Kenta-lah yang memasanya datang kemari.

Setelah sampai di depan pintu markas, Kenta mendorong punggung Haura untuk masuk. Mereka menaiki rangkaian tangga ke lantai tiga hingga akhirnya tiba di ruang tamu markas Sagara yang diam-diam Haura rindukan. Keadaan di tempat ini anehnya terlihat lebih sepi, suram, dan entah mengapa udaranya serasa mencekik. Sungguh berbeda dengan suasana terakhir kali dia datang. Haura bertanya pada Kenta ke mana yang lain, dan Kenta bilang yang lain ada di kamar Jauza.

Sesuai arahan Kenta, Haura memasuki kamar Jauza. Atensinya mula-mula terpaku pada Amari yang duduk di kursi sebelah ranjang, dan Ivan yang berdiri di dekatnya sambil melipat tangan di depan dada. Saat melihat Haura masuk, keduanya hanya diam seolah mereka memang sudah tahu niat kedatangannya kemari. Haura maju lebih dekat, lalu melihat, dengan hati tercabik perasaan cemas, Jauza yang sedang berbaring di ranjang.

Alih-alih terluka parah, Jauza terlihat seperti sedang tidur pulas. Dia mengenakan kemeja putih polos, dan terselimuti sampai sebatas dada. Tidak ada luka lecet, plester luka, atau perban di kepala seperti yang Haura duga setelah dia mendengar berita bahwa Jauza mengalami cedera kepala berat. Apakah jangan-jangan berita itu bohong? Apakah Jauza sebenarnya baik-baik saja, dan hanya mengalami tidur lelap?

"Dia tidur?" Haura tanpa sadar menanyakan apa yang membuatnya penasaran.

"Mas Jauza belum bangun lagi semenjak dia jatuh dari ketinggian," kata Amari.

Haura melihat lebih dekat, lalu tercenung lama. Benaknya berpikir apa yang membuat Jauza menjadi sedemikian tenang. Kenapa enggak ada luka-luka di tubuhnya? Saat dia menanyakan hal itu kepada kawan-kawan, semua orang terlihat mengulur waktu untuk memberi jawaban, seolah mereka sedang menghindari sesuatu.

Kenta adalah satu-satunya yang berani membalas, "Lukanya ada kok, tapi memang tertutup sama pakaian. Dia enggak mengalami luka berat di kepala atau wajah."

Haura mencium bau kecurigaan lain. Tidak mungkin berita tentang cedera kepala berat itu keliru. Namun, daripada memaksa mereka untuk jujur, Haura memilih mengikuti situasi.

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang