Bab 42. Penyusupan di Malam Hari

187 50 16
                                    

Kalian kalau baca chapter lebih enak pakai musik atau enggak sih?

Enjoy!

Enjoy!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


-oOo-

SETELAH mendengar keputusan bahwa kedua orang tuanya ingin rujuk, perasaan Haura terbelah menjadi potongan-potongan emosi yang tidak menentu. Dia tidak bisa berkata apa-apa untuk menanggapi berita tersebut. Reaksinya hanyalah mengangguk pasrah, sementara bibirnya bungkam seribu bahasa. Mama tampaknya tidak menangkap gelagat aneh putrinya, atau mungkin berpura-pura tidak melihatnya. Pada kecanggungan momen tersebut, keduanya berpelukan untuk waktu lama, lalu berpisah dan menghabiskan malam di kamar masing-masing.

Haura menaikkan selimut hingga dagunya, tetapi dia tidak tidur. Bagaimana mungkin tidur nyenyak dalam kondisi seperti ini? Benaknya tidak bisa berhenti berpikir tentang mutiara hitam dan cara seperti apa yang harus dia gunakan untuk mengambil mutiara itu dari papanya. Kalau Haura bicara baik-baik kepada Papa, kemungkinan akan ada dua respons yang terjadi; entah Papa akan melaporkan sirkus itu ke polisi dengan dugaan cerita palsu, atau justru dia akan menyembunyikan mutiara itu di tempat yang lebih aman agar Haura tidak bisa mengambilnya.

Apa sebaiknya aku menyerah aja? Apakah aku pura-pura enggak tahu di mana mutiara itu? Cara itu lebih mudah, betul, kan? Sejak awal Haura bukanlah siapa-siapa dan tidak memiliki hubungan apa pun dengan Sirkus Sagara. Semua anggota sirkus juga selalu menendangnya keluar dari lingkaran mereka. Mengapa dia harus repot-repot melibatkan dirinya dalam konflik para makhluk itu?

Namun saat Haura mulai yakin bahwa bungkam adalah pilihan terbaik, hati kecilnya mencicit pedih; Bagaimana dengan Jauza?

Saat menjenguknya beberapa waktu lalu, saat melihat Jauza sadar dari tidur panjangnya, Haura begitu lega dan senang. Jantungnya selalu berdesir setiap kali mengingat wajah tersenyum Jauza, dan hatinya ikut sakit saat melihat Jauza terpuruk. Ini begitu konyol. Haura mungkin melihat Jauza ... lebih dari seorang teman. Dia tahu perasaannya adalah sebuah kesalahan. Seharusnya dia tidak menaruh perhatian lebih kepada Jauza, yang jelas-jelas merupakan spesies makhluk yang bukan ditakdirkan untuk manusia sepertinya. Hanya saja ... konflik yang terjadi di antara keduanya memberi peluang bagi mereka untuk saling dekat dan mengenal. Haura berulang kali mempertanyakan perasaannya. Apakah perasaan ini murni muncul sebagai bentuk cintanya kepada Jauza, ataukah hanya perasaan peduli seperti kepada teman saja?

Memikirkan semua itu membuat kepalanya pening. Sekarang yang terpenting adalah keselamatan Jauza dan papanya. Besok pagi, Haura berjanji, dia akan bertemu Mahindra untuk membicarakan masalah ini dengan serius. Lantas gadis itu memejamkan mata dan berusaha tidur, akan tetapi tidak lama kemudian dia terbangun lagi karena guncangan di bahunya.

Haura menyipitkan mata, memandang di antara kegelapan kamar. Wajah Mahindra muncul di samping tempat tidurnya. Anak itu berkata setengah panik dan setengah berbisik, "Bangun, Ra."

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora