Bab 10 - Kode Biru

325 79 21
                                    

-oOo-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-oOo-

"GIMANA cara kamu natap orang yang dibenci?"

Mahindra yang sedang duduk di sofa sambil memencet-mencet remote televisi menjawab enteng, "Tatap dengan segala kebencian dan amarah yang kamu punya. Kayak tatapan pengin membunuh atau mencelakai."

"Gimana contohnya?"

"Kayak gini." Lalu Mahindra menengok ke Haura dan memandanginya dengan kernyitan mata dan bibir merengut. Bukannya merasa takut, Haura justru sebal. Pasalnya ekspresi wajah Mahindra seperti campuran antara ingin terlihat tengil dan sok cakep. Gadis itu melengos sambil memelototi layar televisi, berhenti berkomentar apa-apa.

Reaksi Haura membuat Mahindra protes, "Gitu amat kalau lihat, Neng!"

"Tahu, ah."

"Lagian kenapa nanya-nanya hal kayak gitu?"

Haura berpikir-pikir untuk memberitahu adiknya tentang keresahan yang belakangan dia alami, lalu akhirnya menyerah memendam rahasia, "Ndra, kayaknya aku dibenci deh sama salah satu anggota Sirkus Sagara."

"Enggak kaget," Mahindra membalas ketus.

"Hah?"

"Ya soalnya wajahmu itu emang mendukung, Ra. Apalagi foxy eyes kamu, tuh. Judes banget, udah kayak orang yang mau merencanakan skenario pembunuhan."

"Serius, lah, Ndra." Haura sungguh-sungguh tersinggung dan akhirnya ngambek sendiri di tempat duduknya―menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, lalu menekankan dagunya di atas lutut yang tertekuk. Mahindra mendadak saja merasa bersalah karena kata-kata banyolannya tak dianggap reaksi sarkas seperti biasa. Pemuda itu merapatkan tubuhnya ke Haura, lalu memeriksa ekspresi Haura seperti seorang badut yang mau ciluk-ba ke bocah.

"Ada apa, sih, Ra?" Mahindra bertanya, "Kayaknya kemarin sepulang dari nonton latihan sirkus Sagara, kamu happy-happy aja. Kok sekarang jadi gusar gitu?"

"Soalnya baru kepikiran sekarang," kata Haura, kemudian gadis itu menceritakan seluruh kekhawatirannya pada Mahindra. Adiknya mendengarkan dengan hikmat ketika Haura menceritakan bagaimana raut wajah Ivan―salah satu anggota sirkus Sagara―yang menatapnya dengan sorot sinis di saat-saat terakhir, ketika Haura mau pulang dari menonton latihan. Sang puan juga menceritakan bagian di mana semua anggota terlihat aneh setelah Haura bertanya dari mana asal sirkus mereka.

"Dari semua anggota sirkus, cuma Ivan yang kelihatannya benci sama kamu?" Mahindra memastikan kalau-kalau pendengarannya tak keliru.

"Iya," kata Haura sambil mengangguk yakin. "Sementara yang lainnya, termasuk Jauza, ... wajahnya resah, kayak lagi menyembunyikan sesuatu. Sebelum pulang dari PCT, aku nanya ke Jauza apa aku melakukan kesalahan, dan kata dia, mereka emang sedikit sensitif sama suatu kejadian di masa lalu. Kayaknya pertanyaanku enggak sengaja bikin mereka ingat tentang kejadian buruk, entah apa." Haura menatap adiknya dengan pandangan ngeri yang terpilin rasa bersalah. Bibir gadis itu digigit gelisah seolah dia bisa merasakan kecurigaannya memuncak.

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Where stories live. Discover now