Bab 40. Bantuan Seekor Merpati

217 53 7
                                    

Selamat membaca, all 💚

Selamat membaca, all 💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-oOo-

DUKA atas kematian Harun terbayang pada mata setiap anggota sirkus, laksana kabut gelap yang membungkam senyum dan mengunci kehangatan pada segala bentuk sikap yang ditunjukkan. Mereka seperti kupu-kupu yang kehilangan satu sayapnya. Tidak lagi utuh dan indah. Terasa ganjil dan tidak lagi berbobot. Pertunjukan setiap minggu turut berubah menjadi atraksi suram yang memancing penurunan minat penonton.

Macan gunung berbulu perak sudah tidak ada, begitulah yang diterangkan Phineas, sambil sesekali memasang kesan seolah ikut menyayangkan kepergiannya. Tercebur ke dalam tangki air sewaktu latihan. Meninggal. Kami sudah berusaha memberinya pertolongan.

Pembohong sialan! Haura menyumpah kecut tatkala melihat kepiawaian Phineas dalam meredam kecemasan penonton. Caranya bercerita menumbuhkan keprihatinan lain yang membuat orang-orang semakin bersimpati. Ironisnya, pertunjukan Circue des Étoiles justru mendapatkan puncak kejayaannya di tahun kedua setelah kematian Harun. Namun kenyataan itu tidak membuat satu pun anggota sirkus merasa pantas untuk berbahagia. Mereka semakin tenggelam dalam tekanan dan bayang-bayang ketakutan akan diperlakukan sama seperti Harun.

Phineas bahkan melakukan hal yang lebih parah untuk membuat semua anggota tidak bisa berkutik. Dia menyulap kamar asrama menjadi bilik-bilik penjara tidak layak, yang bahkan untuk meluruskan kaki saja tidak bisa lantaran ruang di dalamnya amat sempit. Haura lebih percaya itu adalah sebuah kandang anjing yang dijajarkan dalam satu ruangan. Mereka dibiarkan tidur tanpa alas, hanya berbantalkan sepatu. Satu kaki diikat pada sebuah rantai yang dibautkan pada jeruji-jeruji pintu, tidak diperbolehkan membersihkan diri atau melihat cahaya selain pada hari ketika akan tampil di atas panggung.

Keterpurukan terpancar di tubuh para anggota yang semakin layu dan hancur. Pada leher mereka yang pucat dan berdaki, melingkar sebuah kalung yang akan selalu menghukum mereka setiap kali ada perbuatan menyeleweng. Haura pernah melihat Ivan dan Kenta menerima siksaan tersebut hanya karena melakukan kesalahan kecil di atas panggung. Kalung itu memancarkan serangan beruntun yang membuat tubuh keduanya bergejolak, menyentak-nyentak kejang di lantai, bagaikan jangkrik yang kaki-kaki dan sayapnya dipatahkan. Haura tidak tahu bagaimana persisnya yang mereka rasakan, tetapi pasti mengerikan, sebab Ivan dan Kenta sampai harus menggigit lidahnya sendiri untuk mengatasi gelombang siksaan itu.

Penyiksaan demi penyiksaan itu terus terjadi, berminggu-minggu, berbulan-bulan, sampai bertahun-tahun. Haura telah melompati banyak ruang waktu untuk menyaksikan dan mengambil kesimpulan dari semua penderitaan yang dialami anak-anak muda ini. Cahaya kehidupan mereka dirampas, sehingga hanya meninggalkan cangkang tubuh yang terdiri dari lapisan tulang dan kulit. Pada tiga tahun berikutnya, kondisi itu diperparah dengan musim dingin yang datang bagaikan kejaran badai. Para anggota sirkus berbaring meringkuk di dalam sel yang bercampur sawang laba-laba dan debu. Tubuh mereka terluka dan menggigil, kulit membiru kepucatan, dan ujung-ujung jari serta bulu mata terlapisi kristal es. Tidak ada tenaga yang tersisa untuk sekadar tampil di atas panggung. Phineas yang mulai kehabisan cara untuk membuat bisnis pertunjukannya berjalan lancar, akhirnya merasakan tamparan keras ketika melihat semua budaknya sekarat.

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Where stories live. Discover now