Part 35

15K 1.5K 23
                                    

"Auchh!"

Lia terkejut melihat seorang yang tiba-tiba menabraknya dan terjatuh tepat di depannya. Lia melihatnya mengangkat kepala dengan mata berkaca-kaca. Orang itu tak lain adalah Elyana.

"Lia, kenapa kamu menabrak Elyana sampai jatuh gini?!"

"Iya, apa kau tak tahu kalau Elyana mau ikut pentas seni, dia kan harus menari dalam drama kelas kita nanti!"

Lia terdiam bingung. Pasalnya yang memarahinya salah satunya merupakan si gadis yang pernah mengganggunya, yang mengejeknya tak punya ibu. Lalu, gadis lain yang membela Elyana tampaknya se-geng dengan mereka.

"Lia nggak sengaja nabrak Ely. Pas Lia lagi jalan tiba-tiba Ely menabrak Lia!" ujar Lia membela diri.

"Jadi, kamu sekarang mau salahin Elyana gitu?! Mengatakan kalau Elyana jalannya gak lihat-lihat gitu?!"

Lia membalas dengan geram, "Kenyataannya begitu. Ely tiba-tiba datang dari arah samping Lia, kan seharusnya Ely bisa lihat kalau di depannya ada Lia atau orang lain misalnya. Lagipula, tujuan Lia juga ke depan bukannya ke samping!"

"Halah, alasan aja!"

"Sudah, teman-teman. Aku baik-baik saja, kok. Mungkin Lia benar-benar tidak sengaja tadi." Elyana akhirnya buka suara dengan nada lemah dan pura-pura kuat.

"Kamu itu, baik banget El."

"Iya, tuh Liat Elyana yang baik hati!"

Lia lagi-lagi dibuat geram. Padahal dia tidak salah. Kenapa mereka hanya menyalahkannya sedangkan Elyana yang sama-sama bersalah dibela mereka?

Sebelum Lia merespon, sebuah suara datang menginterupsi mereka. "Ada apa ini? Bukankah kelas kita harus siap-siap tampil nanti?"

Ternyata Vin!

"Ini lho Vin! Lia sengaja nabrak Elyana, padahal Elyana mau tampil nanti!" ujar gadis 'pembela Elyana' itu.

Vin mengernyitkan dahi, menatap Lia. Tetapi sebelum berkata apapun, Lia sudah menyela. "Lia nggak sengaja, ya! Kan udah Lia bilang kalo Ely yang nabrak Lia dari arah samping, sedangkan Lia sendiri maunya jalan ke depan. Seharusnya Ely lihat-lihat kalau di depannya ada Lia."

Sejujurnya Vin lebih percaya Lia. Lagipula untuk alasan apa Lia mencelakai temannya sendiri yang hendak tampil? Tidak mungkin, bukan.

"Tapi masalahnya—"

Jadi sebelum yang lain menjawab, Vin langsung menyela. "Sudah, tidak perlu dibahas lebih lanjut. Lia bilang tidak sengaja bukan? Itu berarti keduanya sama-sama salah karena tidak memperhatikan jalan." Lalu Vin mengalihkan pandangannya pada Elyana yang berdiri dengan agak goyah sok kesakitan. "Dan kamu —Elyana, apakah kakimu terluka parah?"

Mendengar pertanyaan Vin ini, hati Elyana tampak berbunga. Menantikan apa yang selanjutnya akan dilakukan Vin. Apakah akan menggendongnya bak princess?

Tapi dia lupa kalau mereka masih bocil.

"Jika ya, maka kita perlu mendiskusikan masalah pergantian pemain untuk drama nanti. Jadi, bagaimana?"

Mendengar ini sontak kebahagiaan Elyana lenyap.

"Tidak bisa diganti begitu saja, dong!" protesnya keras.

Tiba-tiba semua menatapnya. Elyana segera mengubah kembali ekspresinya  menampilkan raut sedih. "Ma-maksudku, kakiku tidak terluka parah kok. Aku masih bisa berakting dan menari untuk drama kelas kita nanti."

"Kalau begitu baguslah jika tidak ada masalah lebih lanjut." Vi mengangguk puas.

"Ayo, segera siap-siap aja semua!Pastikan tidak ada yang kurang untuk pertunjukan drama kelas kita nanti!" lanjutnya.

Kemudian lelaki kecil itu menatap Lia. "Yaudah, Lia, ayo kita temuin om Angga sama tante Vita."

Lia mengangguk antusias. "Iya, ayo Kak Vin!"

Elyana melihat semua itu lagi-lagi hanya bisa mengepalkan tangannya. Sial!

****

Di sisi lain, Lia bertanya pada Vin mengenai masalah sebelumnya. "Apa kak Vin tadi percaya sama perkataan Lia kalau Lia nggak nabrak Ely?"

"Kak Vin percaya kok sama Lia. Lia kan anak baik, gak mungkin segaja celakain temennya!"

"Iya, Lia juga mikirnya gitu. Kenapa Lia harus sengaja nabrak Ely segala?!" ujarnya dengan memanyunkan bibir cemberut mengingat anak-anak yang menuduhnya tadi.

Vin gemas melihatnya. Tetapi lelaki itu tak tega mengungkit kembali masalah tadi, membuat mood si kecil Lia bisa tambah buruk.

Mereka terus berjalan sampai sekitar auditorium. Lia mendongakkan kepala kesana-sini mencari keberadaan papanya.

"Apakah papa sudah masuk ke dalam ya, kak?" Lia bertanya-tanya.

"Ayo, kita cari dulu di sekitar sini. Jika tidak ada kita lihat ke dalam."

"Emang kita bisa menemui mereka jika sudah di dalam?"

Vin tiba-tiba teringat kalau tempat duduk murid dan wali murid sudah diatur. "Hm, tidak bisa sih. Palingan cuman bisa liat apakah mereka sudah datang atau belum."

Keduanya kemudian mencari di luar auditorium dulu dan ternyata benar kalau Angga dan Jovita belum masuk ke dalam. Keduanya tampaknya baru tiba malah.

"Papa!" seru Lia berlari menghampiri papanya.

"Tante Vita!" Gadis kecil itu juga menyapa Jovita.

"Om, Tante." Vin yang mengikuti Lia dari belakang juga menyapa keduanya.

"Lia kira papa sudah masuk ke dalam tadi." keluh Lia di depan papanya.

"Belum. Papa tadi ada sedikit masalah sebelum datang kemari jadi agak terlambat tibanya."

"Belum terlambat kok, Om!" kata Vin menimpali.

"Iya, kak Vin bener!"

"Kak Nio sama Kak Lio dimana Sayang?" tanya Jovita pada Lia.

"Kayaknya Kak Lio sama Kak Nio belum selesai lombanya. Terutama kak Lio, bukankah lombanya menggambar jadi pasti lama!"

"Yaudah kita tunggu sebentar disini seblum acaranya mulai. Kalau mereka belum datang kita hanya bisa masuk dulu." saran Angga yang juga disetujui Jovita.

"Lia tadi lombanya gimana?"

"Seru banget, Pa! Lia itu juara tiga junior lho! Sayang banget Lia gak bisa juara satu!" sesal Lia menampilkan raut sedihnya.

Angga memeluk si kecil dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Tidak apa-apa sayang, Lia sudah melakukan yang terbaik kok! Papa bangga sama Lia!"

"Benarkah, Pa?" tanya Lia berbinar.

"Iya, benar!" Angga mengangguk kuat.

Lia kembali memeluk papa nya erat dan tertawa gembira.

Tak lama kemudian ternyata Nio dan Lio tiba, walau lebih dulu Nio. Keduanya juga ditanya apakah lomba mereka lancar oleh Angga. Mereka juga menjawab kalau mereka memenangkan juara pertama.

"Bagus! Kalian semua sangat hebat. Papa benar-benar bangga dengan kalian!" puji Angga membuat mereka tersenyum gembira.

Ketika acara pentas seni hendak dimulai, mereka akhirnya masuk ke auditorium bersama-sama. Sayangnya anak-anak tak dapat duduk bersama wali mereka karena tempat duduknya sudah diatur. Sehingga Angga dan Jovita harus berpisah dengan Vin dan triplets di dalam.

*****

Tbc.

Don't forget to vote and comment :)

Our Awesome Papa [END]Where stories live. Discover now