Part 32

14.4K 1.6K 60
                                    

"Teman-teman, seperti yang kita tahu kalau tanggal 22 nanti merupakan hari ulang tahun sekolah. Dan pihak sekolah memutuskan untuk mengadakan pentas seni dan lomba-lomba seru seperti yang sudah kita dengar sebelumnya. Disini nanti kita akan membahas bersama mengenai pembagian siapa saja yang mau ikut lomba atau ikut pentas seni. Bla... bla... bla... " Vin menjelaskan hasil rapatnya serta bagaimana hal tersebut akan dibahas.

"Lomba yang akan diadakan nanti ada kurang lebih 8 lomba, 3 lomba kelompok dan 5 lomba individu. Nah, lombanya meliputi bla... bla... bla.. "

"Siapa yang ingin mendaftar? Ah ya, nanti jika ada dua orang atau lebih yang mau ikutan lomba individu maka kita putuskan sama-sama siapa yang terbaik untuk ikut."

"Untuk pentas seni, setelah selesai menentukan siapa saja yang ikut kegiatan ini, nanti didiskusikan lagi dalam kelompok tersebut apa yang hendak ditampilkan."

Kegiatan pembahasan tersebut dilakukan Vin saat jam pelajaran terakhir yang kebetulan kosong. Pendaftaran anggota yang akan mengikuti lomba masih besok, anak-anak yang ingin ikut dapat memikirkan terlebih dahulu sebelum mau mendaftar.

Bel pulang berbunyi, anak-anak kelas segera mengemasi barang mereka dan berhamburan keluar ruang kelas, sangat excited untuk pulang.

"En-Vin!"

Itu merupakan suara Elyana yang memanggil Vin ketika lelaki itu tengah mengemasi barangnya. Dan hampir saja Elyana salah memanggil Vin sebutan dengan Enzo lagi.

"Iya?"

"Aku ingin mendaftar untuk pentas seni."

Vin mengerutkan kening. "Apa kau sudah yakin? Tidak memikirkannya lagi?"

"Iya, Vin! Aku bisa menari, menyanyi dan bermain musik. Jadi tidak ada masalah untuk mengikuti pentas seni." Elyana berkata dengan jujur dan terus terang.

"Baiklah, aku akan mendaftarkan namamu besok." kata Vin tergesa, lelaki itu melihat ke bangku triplets yang sudah kosong.

Kapan mereka keluar kelas?

"Oh ya Vin!" Melihat Vin yang hendak keluar, Elyana memegang lengan lelaki itu untuk menahannya. "Apa kamu tidak ada kegiatan setelah ini? Aku ingin mengajak kamu bermain ke suatu tempat."

Vin melepaskan tangan Elyana yang sedikit tak nyaman.

"Maaf, aku sudah ada janji setelah ini." Setelah mengatakan itu Vin langsung berlari pergi. "Bye!"

Elyana menarik nafas. Ekspresinya tampak sedih. Tak tahu saja apa yang ada di baliknya.

"Eh, sabar El. Vin memang gitu orangnya. Dia memang ramah dan baik sih, tapi agak menjauh dari kita gitu. Dia hanya mau main sama si anak-anak kembar tiga yang miskin itu!" Seorang gadis kecil menghampirinya. Ternyata dia salah satu anak yang menghina tripets sebelumnya.

"Beruntung kamu kasih tahu aku kalau si kembar tiga itu hanya punya ayah saja, tidak punya seorang ibu. Memang pantas! Rasain tuh! Pasti sebentar lagi mereka akan punya ibu tiri yang suka nyiksa kayak di film-film itu, haha!"

Elyana tertegun, lalu menunduk sedih. "A-aku nggak sengaja tahu soal mereka. Aku merasa bersalah banget sama Lio, Nio, dan Lia. Tapi, aku ga berani minta maaf sama mereka takutnya mereka akan marah sama aku."

"Sudah, sudah. Itu bukan salah kamu kok! Salahkan saja si kembar tiga tak tahu diri itu!"

Di balik menunduknya, Elyana mengangkat sudut bibinya puas. "Mm."

****

Di sisi lain, Angga sudah membuat janji dengan Jovita, ingin mengundang gadis itu makan siang bersama. Jovita menerima dengan senang hati. Mereka cukup sering melakukannya, selain hanya undangan makan biasa terkadang juga membahas masalah kerja.

Our Awesome Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang